Pandemi Virus Corona mengakibatkan dampak yang sangat besar bagi masyarakat global. Dampak itu bukan hanya dirasakan oleh hampir semua manusia di seluruh penjuru dunia, tetapi juga memberikan pukulan yang sangat kuat dalam semua sektor kehidupan.
Dampak itu juga dirasakan oleh Umat Islam di seluruh dunia yang sejak 23 April 2020 lalu mulai menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Bagi Umat Islam di seluruh dunia, Ramadhan adalah bulan terbaik sepanjang tahun. Bulan kesembilan dalam penanggalan Islam ini diyakini oleh Umat Islam sebagai bulan di mana untuk pertama kalinya Allah menurunkan ayat Alquran kepada Nabi Muhammad. Selain itu, Ramadhan juga diyakini sebagai Bulan Penuh Berkah, Bulan Rahmat dan Bulan Pengampunan.
Sepanjang bulan ini, sekitar 1,6 milyar Umat Islam di seluruh dunia melaksanakan puasa, menahan diri dari makanan dan minuman serta semua hal yang bisa membatalkan puasa. Bagi Umat Islam puasa, pada satu sisi, adalah jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, dan, pada sisi lain, adalah ujian untuk mengelola dan mengendalikan diri, serta meningkatkan empati terhadap orang-orang yang kurang beruntung.
(Baca Juga : 4 Fadhilah Sholat Tasbih, Salah Satunya Dapat Mengubah Nasib)
Untuk menyempurnakan puasa, Umat Islam juga melengkapi kesibukannya dengan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Selain meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah-ibadah sunnah – seperti bersedekah dan salat rawatib – Umat Islam juga melaksanakan ibadah-ibadah yang lebih sering dikerjakan pada bulan Ramadhan, seperti sahur, iftar (buka puasa) bersama, tarawih, dan tadarusan.
Penyebaran Virus Corona, tentu saja, tidak merubah kedudukan puasa Ramadhan yang diwajibkan bagi seluruh umat Islam, kecuali bagi orang-orang yang diperbolehkan hukum Islam untuk tidak berpuasa. Namun, situasi pandemik yang mencekam ini membuat banyak tradisi Ramadhan harus mengalami perubahan demi mencegah penyebaran Virus Corona.
(Baca Juga : Pandangan Ulama tentang Lelang Keperawanan untuk Donasi Covid-19)
Akibatnya, banyak tradisi Ramadhan yang muncul pada tahun-tahun sebelumnya terpaksa mengalami modifikasi. Jika biasanya setiap menjelang sahur anak-anak kampung berkeliling untuk membangunkan warga, kini nyaris tak terdengar lagi kebijakan physical distancing.
Pemandangan berbuka puasa bersama yang dihadiri oleh banyak orang, kini semakin jarang terlihat karena larangan untuk berkumpul. Suasana masjid yang biasanya dibanjiri oleh jamaah yang ingin bertarawih dan bertadarus kini juga telah berubah sebagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran wabah.
(Baca Juga : Wajib, Ini Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga)
Suasana Ramadhan yang jauh berubah ini jelas tidak bisa dijadikan alasan untuk menjalankan puasa dengan mental dan semangat pesakitan. Sebaliknya, di tengah suasana pandemik yang menakutkan ini, Umat Islam harus lebih meningkatkan kualitas ibadahnya untuk mengharap pertolongan Tuhan demi musnahnya wabah Corona.
Bagi Umat Islam yang baik, Ramadhan sekali ini harus dijalani dengan memaknai puasa bukan hanya sebagai tindakan menahan diri dari haus dan lapar, tetapi juga sebagai upaya melockdown diri dari segala hal yang mengakibatkan penyebaran penyakit (wabah) terhadap dirinya dan orang lain.
(Baca Juga : Aa Gym Sebut Banyak yang Kecewa dan Terkhianati di Tengah Wabah Corona)
Dengan melockdown diri seperti itu, Insya Allah Ramadhan ini bukan hanya menjadi Bulan Penuh Berkah, Bulan Rahmat dan Bulan Pengampunan bagi Umat Islam, tetapi juga akan menjadi Bulan Penyembuhan bagi seluruh umat manusia. Amien.
Oleh : H. Fadli Yasir
Penulis adalah pengurus ISNU
(Muhammad Saifullah )