Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Habib dan Kiai dalam Pelangi Peristiwa

Habib dan Kiai dalam Pelangi Peristiwa
A
A
A

Generasi Habib

Setelah generasi Imam dan generasi Sayyid berubah gelar jadi Sunan, Sultan, Raden, Kyai, Ajengan, Tubagus, Tuan Guru dan sebagainya, datanglah rombongan diaspora gelombang terakhir.

Rombongan diaspora Bani Muhajir I gelombang terakhir ini sudah tidak bergelar Sayyid lagi, mereka bergelar Habib, dan dibelakang nama mereka menempel nama keluarga atau fam, di antaranya fam Assegaf, Al-Idrus, Alaydrus, Shihab, Shahab, Jamalullail, Al-Hadi, Al-Qadri, Mutahar, Shihab, Shahab, Bin Syech Abubakar, Tarbeh, Baabud, Al-Habsyi, Bachsin dll.

Tradisi NU dan Thariqah Alawiyah

Nahdlatul Ulama pada awal kelahirannya dijuluki sebagai "hadramautisme" oleh Belanda, karena NU sangat menghormati para Bani Muhajir Hadramaut, baik yang bergelar Sayyid, Sultan, Raden, Kyai, Ajengan, Tubagus, Tuan Guru maupun yang bergelar Habib. Doktrin NU tentang penghormatan tersebut sangat kuat dan mengakar.

Namun kelompok diaspora Bani Muhajir gelombang terakhir memilih mendirikan lembaga tersendiri yang bernama Rabithah Alawiyah, dua tahun setelah berdirinya NU.

Rabithah Alawiyah berdiri berdasarkan berdasarkan akta Notaris Mr. A.H. Van Ophuijsen No. 66 tanggal 16 Januari 1928 dan mendapat pengesahan dari pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1928 (1346 H), yang ditandatangani oleh GR. Erdbrink ( Sekretaris Pemerintah Belanda).

Untuk merealisasikan program-program Rabithah Alawiyah, beberapa waktu kemudian didirikan al-Maktab al-Daimi, suatu lembaga yang khusus memelihara sejarah dan mencatat nasab As-Saadah Al-Alawiyyin. Maktab ini telah melakukan pencatatan di seluruh wilayah Hindia Belanda Raya. Pada tanggal 28 Januari 1940, jumlah Alawiyin yang tercatat oleh Maktab Daimi berjumlah 17.764 orang.

Diaspora Bani Muhajir gelombang I (Azmatkhan) dan gelombang II (Basyaiban) tidak masuk dalam pembukuan nasab ala Rabithah Alawiyah, mungkin karena Diaspora Gelombang I dan gelombang II dinilai sudah tidak murni lagi, terlalu banyak melakukan kawin campur dengan pribumi nusantara.

Fenomena Baru NU

Entah bagaimana asal mulanya, fenomena baru telah muncul di tubuh NU, beberapa pimpinan NU sudah tidak segan lagi adu argumentasi dengan kelompok diaspora gelombang terakhir atau biasa disebut Alawiyyin atau Ba'Alawy atau Habaib. Bisa kita lihat di Youtube bagaimana para pemimpin dan tokoh NU sejak KH Abdurrahman Wahid hingga KH Said Aqil Siradj kerap berbalas pantun dengan para Habaib, yang paling keras adalah adu argumentasi antara KH Abdurrahman Wahid (Bani Muhajir Gelombang I) dengan Habib Rizieq Shihab (Bani Muhajir Gelombang III).

Habib NU dan Habib FPI

Pada tanggal 17 Agustus 1998 Habib Rizieq Shihab mendirikan Front Pembela Islam (FPI). Banyak Habaib yang bergabung dengan FPI. Begitu lahir FPI langsung menjadi salah satu organ Pam Swakarsa bentukan Panglima ABRI waktu itu Jenderal Wiranto untuk mengamankan Sidang Istimewa MPR RI 1998. Sejarah mencatat bahwa Pam Swakarsa kemudian terlibat bentrok berdarah dengan elemen gerakan reformasi yang terkenal dengan tragedi semanggi I. Paska tragedi semanggi, FPI terus menerus terlibat dalam aksi kekerasan dan intoleran, yang menurut mereka merupakan Nahi Munkar.

Karena FPI terlihat berbeda style dengan NU, maka sebagian Habib memilih tetap aktif di NU, tidak ikut terlibat dalam FPI, dan sebagian habib lainnya memilih tidak aktif keduanya.

Habib yang aktif di NU antara Habib Luthfi Bin Yahya dan Habib Zein Bin Smith, beliau berdua ada di jajaran Mustasyar PBNU. Penampilan Habib-habib NU rata-rata lembut, tenang dan tidak berapi-api, mereka berlanggam moderat.

Titik Temu Sekaligus Titik Pisah

Titik temu antara Bani Muhajir Gelombang I, II dan III sebetulnya sangat kuat, yaitu titik temu genealogis, sesama keturunan Fathimah Az-zahra ra dan titik temu teologis, yaitu sama-sama menganut teologi Ahlussunah Wal Jamaah.

Namun kedua titik temu tersebut kemudian menjadi titik pisah karena para Bani Muhajir gelombang III memunculkan Thariqah Alawiyah dan FPI, sedangkan Bani Muhajir gelombang I dan II memunculkan Ahlusunnah Wal Jamaah An-Nahdliyyah dan Islam Nusantara. Kita ikuti saja perkembangannya, mereka sama-sama Bani Fathimah Az-zahra ra.

Oleh : Firman Syah Ali

Penulis adalah Pengurus Wilayah NU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah IKA PMII Jatim

(Muhammad Saifullah )

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement