Pada masa Dinasti Abbasiyah, pemerintah banyak memiliki divisi budak dari berbagai etnis, seperti Turki, Kurdi, India, China dan Afrika (Zanj). Budak-budak dari Turki kemudian menduduki strata tertinggi setelah mereka berhasil masuk dan mengendalikan sepenuhnya istana Khalifah. Adapun Zanj, menempati strata terendah.
Kehidupan Imam Al-Muhajir I semenjak muda hingga dewasa diwarnai dengan guncangan-guncangan sosial politik di Bashrah secara khusus dan di seluruh wilayah negara Abbasiyah secara umum, mulai dari revolusi negro tahun 225 hingga revolusi Syi'ah Ismailiyah Qaramithah, sebuah sekte syiah yang dipimpin oleh Yahya bin Mahdi di Bahrain, dia dengan para pengikutnya bekerja keras untuk membiuskan paham-pahamnya ke semua lapisan masyarakat dan menggunakan situasi guncang akibat revolusi negro dan fitnah Khawarij untuk memepercepat pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Syiah Ismailiyah Qaramithah (Sekte 7 Imam) adalah penguasa Arabia Timur sejak tahun 1899 dengan Ibukota Al- Hasa Bahrain. Mereka satu sekte dengan Dinasti Fathimiyah Mesir, yaitu sama-sama sekte Ismailiyah, hanyasaja Dinasti Fathimiyah menolak ajaran 7 Imam versi Qaramitah.
Sekte Qaramitah yang sangat memuja mistisisme (aliran kebathinan) ini sangat radikal dan revolusioner, bahkan cenderung brutal. Tahun 900 mengalahkan militer Abbasiyah, tahun 902 mengepung Damaskus, tahun 906 membantai 20.000 jamaah haji, tahun 911 menguasai San'a dan Janad, tahun 927 menyerbu Ibukota Negara Abbasiyah Baghdad, tahun 928 memproklamirkan negara Qaramithah Darul Hijrah, tahun 929 kembali membantai jamaah haji dan mencuri Hajar Aswad, tahun 931 menyerbu Kufah,
Tahun 951 mengembalikan hajar aswad ke Ka'bah dengan jumlah tebusan sangat besar, tahun 972 menyerbu Dinasti Fathimiyah di Cairo, tahun 974 menyerang Dinasti Fathimiyah di Ain Syams, tahun 976 mengalami kekalahan terhadap militer Abbasiyah dan tahun 1067 menyerah kepada Abdullah Bin Ali Al-Uyuni yang dibantu oleh Miter Dinasti Turki Seljuk. Abdullah Bin Ali Al-Uyuni kemudian mendirikan Negara Uyuni di bekas wilayah negara Qaramithah.
Pada saat Negara Teror Ismailiyah Qaramithah sedang merajalela di seluruh wilayah Abbasiyah, Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir, leluhur para Habib dan Syarifah, memutuskan untuk hijrah meninggalkan kota Basrah. Beliau dan rombongan keluarga besarnya melakukan hijrah pada 929, bertepatan dengan tahun pembantaian Jamaah Haji dan perebutan Hajar Aswad oleh Negara Qaramithah.
Imam Al-Muhajir I adalah keturunan Rasulullah yang tidak mengikuti faham syiah, beliau cenderung pada faham Ahlussunnah Wal Jamaah yang lahir pada 912, di tengah-tengah teror Qaramithah. Posisinya yang tidak menganut faham syiah terancam, mengingat Syiah waktu itu mulai menguasai Ibukota Negara Abbasiyah. Tercatat ada tiga kelompok syiah yang sangat kuat saat Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir memutuskan untuk hijrah, yaitu Dinasti Buwaih, Dinasti Fathimiyah dan Dinasti Qaramithah. Dinasti Buwaih kemudian berkuasa secara resmi di Irak 4 tahun setelah Imam Al-Muhajir I hijrah.
Setibanya di Hadramaut, Imam Al-Muhajir I harus berhadapan dengan masyarakat Hadramaut yang waktu itu mayoritas menganut sekte Khawarij, satu sekte dengan masyarakat Oman. Sekte Khawarij adalah sekte radikal yang terkenal dengan tokoh Ibnu Muljam sang pembunuh Khalifah Ali Bin Abu Thalib ra. Imam Al-Muhajir I melakukan pendekatan persuasif dengan penuh sopan-santun sehingga masyarakat khawarij hadramaut beralih teologi ke Ahlussunnah Wal Jamaah.
Diaspora Bani Muhajir
Keturunan Imam Al-Muhajir I kemudian berdiaspora ke seluruh dunia terutama pantai Afrika Timur dan pantai India Barat. Dari pantai India Barat mereka mereka berdiaspora ke Asia Tengah bahkan ke China. Dari China dan India barat mereka bertemu di Campa (Cambodia dan Vietnam), dan dari Campa mereka berdiaspora ke seluruh wilayah nusantara.
Tentu saja alur diaspora yang saya tulis ini hanya satu versi, masih banyak versi lain tentang diaspora keturunan Imam Al-Muhajir I. Saya sengaja mengambil versi yang paling mainstream.
Diaspora keturunan Imam Al-Muhajir I ini pada awalnya bergelar Sayyid dan menyandang nama keluarga atau fam Azmatkhan dan Basyaiban. Sesampainya di tanah rantau mayoritas mereka hilangkan gelar sayyid dan nama keluarga tersebut, mereka lebih memilih gelar lokal tanah rantau seperti Kyai, Tubagus, Ajengan, Raden dan sebagainya. Penghilangan gelar Sayyid merupakan strategi canggih dalam dakwah islam di tanah rantau Bani Muhajir.
Hampir seluruh Sultan, Sunan, Kyai, Ajengan, Tuan Guru, Tubagus dan Raden di Indonesia merupakan keturunan Imam Al-Muhajir I, sedangkan Imam Al-Muhajir I merupakan keturunan ke-10 dari Fathimah Az-zahra ra. Fathimah Az-zahra ra adalah salah satu puteri Rasulullah SAW yang keturunannya dimuliakan dengan berbagai style oleh kaum Syiah dan sebagian kaum Sunni.