Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hikmah Idul Fitri, Membebaskan Kelompok Terpinggirkan

Hikmah Idul Fitri, Membebaskan Kelompok Terpinggirkan
A
A
A

Dalam konteks seperti masa pandemik Covid-19 saat ini, seorang mu’min (orang beriman) akan menerapkan nilai dan proses puasa ke dalam sikap hidup yang senantiasa sabar, tawakkal dan gigih dalam mencari jalan keluar. Ketiga sifat itu tersublimasi dalam satu tindakan hidup sebagai umat dan warga negara sekaligus.

Contohnya saya selaku Ketua Serikat nelayan Nahdlatul Ulama (SNNU), memaknai nilai hikmah puasa dan ditakdirkannya kita bertemu dengan perayaan Idul Fitri tentu memiliki konsekuensi yang sifatnya ilahiyah (transendental) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan umat manusia) dan juga wathaniyah ( saudara sebangsa setanah air).

Sebagai Umat Islam yang dilatih merasakan laparnya orang miskin dengan berpuasa, pasti akan senantiasa peduli dan memperjuangkan setiap kelompok yang terdzolimi, teralienasi atau bahakn dirugikan oleh sistem. Contohnya adalah nelaayan Indonesia yang kerap hidup di bawah garis kemiskinan.

Konkretnya misalnya di negara sekaya Indonesia, negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, wilayah lautnya pun sangat luas, seharusnya tidak ada lagi pelaku usaha kelautan hidupnya berada di bawah garis kemiskinan.

Faktanya, para Nelayan di Indonesia masih banyak yang tersandera oleh tengkulak, kalah bersaing dengan kapal besar yang dimiliki oleh pemoda besar. Belum lagi minimnya akses para nelayan terhadap segala fasilitas dari pemerintah, baik program pendampingan, pinjaman lunak dan berbagai sistem yang terkait dengan elan vital kehidupan para nelayan.

Rasa-rasanya jika dimaknai sekilas soal puasa, takwa dan Idul Fitri tidak ada kaitannya dengan masalah kehidupan nelayan. Namun jika kita ilhami lebih dalam, nilai yang terkandung dalam ibadah puasa (Takwa) itu sejatinya menjadi proses spiritual yang menajamkan mata batin umatnya. Dampaknya, seorang muslim yang bertakwa tidak akan pernah bisa tidur jika orang di sekitarnya tidak bisa makan atau terdzolimi.

Di sinilah relevansinya, bagaimana tujuan puasa sebagai proses penempaan diri dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang bertakwa akan senantiasa meluangkan waktunya untuk menjadi bagian solusi atas masalah.

Kompleksitas masalah kehidupan nelayan hanyalah salah satu konteks masalah yang harus disikapi sebagai proses spiritual menjemput takwa Allah. Menuju pribadi yang senantiasa bersama Ridho Allah, berjuang menjalani kehidupan di jalan Alllah (yajhadu fiisabilillah).

Akhir kalam semoga Allah meridhoi dan menerima ibadaha puasa kita selama sebulan terakhir. Kita semua tidak hanya dipertemukan dengan bulan kemenangan syawal tetapi nilai takwa dan fitrah itu menjadi komitmen transendental (vertikal) dan juga komitmen yang berdimensi sosial. Bergerak berjamiyah dengan kelompok sosialnya masing-masing, mewujudkan cita umat sekaligus cita negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Wallahualam bishowab

Oleh: Witjaksono

Penulis adalah Ketua Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama

(Muhammad Saifullah )

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement