Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Terlena dengan Pujian Menumbuhkan Sifat Ujub

Rizka Diputra , Jurnalis-Senin, 15 Juni 2020 |17:29 WIB
Terlena dengan Pujian Menumbuhkan Sifat Ujub
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
A
A
A

SIAPA yang tidak suka dipuji? Pujian bisa menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri seseorang. Namun, kita harus berhati-hati dengan pujian, karena jangan sampai membuat kita lupa diri.

Pujian kerap kali menjadikan orang lupa akan hakikat dirinya yang sejatinya. Waspada terhadap pujian yang dilayangkan orang lain sudah diwanti-wanti oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّ رَجُلًا ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَثْنَى عَلَيْهِ رَجُلٌ خَيْرًا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” وَيْحَكَ، قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ – يَقُولُهُ مِرَارًا – إِنْ كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا لاَ مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ: أَحْسِبُ كَذَا وَكَذَا، إِنْ كَانَ يُرَى أَنَّهُ كَذَلِكَ، وَحَسِيبُهُ اللَّهُ، وَلاَ يُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا”

Artinya: “Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya: Ada seseorang berada di dekat Nabi shalallahu’alaihi wa sallam. Lalu ada orang lain yang memuji-muji orang tersebut, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celaka engkau! Engkau telah menebas leher kawanmu.” – Nabi mengulang kata tersebut berulang kali – Jika kamu mau memuji, dan itu harus memuji, maka katakan, “Aku sangka (aku kira) dia demikian dan demikian” jika dia menyangka kawannya memang seperti itu, “dan yang mengetahui pasti adalah Allah, dan aku tidak mau memastikan (keadaan) seseorang di sisi Allah,” (HR. Bukhari no. 6061 dan Muslim no. 3000).

Baca juga: 5 Amalan Istri Pengundang Rezeki untuk Suami

Melansir dari laman muslim.or.id, Rasulullah dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa ujub dapat disebabkan karena pujian yang berlebihan. Seseorang justru akan merasa besar diri dan bangga dengan amalannya jika dipuji di hadapan orang lain. Sehingga perbuatan ini dimakruhkan. Adapun pujian kepada seseorang yang orangnya tidak ada di tempat itu, maka hal tersebut adalah sanjungan yang baik.

Ilustrasi Ujub

Ilustrasi (diangpedia.blogspot)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Syakir:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَنْتَ سَيِّدُ قُرَيْشٍ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” السَّيِّدُ اللهُ “، فَقَالَ: أَنْتَ أَفْضَلُهَا فِيهَا قَوْلًا، وَأَعْظَمُهَا فِيهَا طَوْلًا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” لِيَقُلْ أَحَدُكُمْ بِقَوْلِهِ وَلَا يَسْتَجِرَّنَّهُ الشَّيْطَانُ أَوِ الشَّيَاطِينُ”

Artinya: “Suatu hari seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dia mengatakan, “Apakah anda sayyidul Quraisy?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “As Sayyid adalah Allah.” Maka sahabat mengatakan, “Engkau adalah orang yang paling mulia di antara kita, paling besar jasanya?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Katakanlah perkataan yang biasa kalian ucapkan, dan jangan jadikan perkataan kalian menjadi tunggangan setan-setan,” (HR. Ahmad no. 16316, Abu Daud no. 4706).

Baca juga: Wapres Kiai Ma'ruf Amin Ungkap 5 Tugas Penting Ulama

Dari hadits tersebut Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam melarang keras seseorang memuji di hadapan beliau, lalu bagaimanakah dengan orang yang levelnya pasti di bawah Rasulullah. Baginda rasul mengingatkan kita sebagai umatnya untuk berhati-hati dengan hati manusia yang lemah. Jika dipuji, maka dapat menyebabkan masuknya ujub dalam hatinya, yang dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan. Dikatakan bahwa:

أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنْ نَحْثِيَ فِي وُجُوهِ الْمَدَّاحِينَ التُّرَابَ

Artinya: “Rasulullah memerintahkan kami untuk melemparkan debu di wajah orang-orang yang suka memuji,” (HR. Muslim no. 3002).

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement