 
                
MUSLIM pesepakbola dari klub AS Monaco, Keita Balde, mengecam tindakan rasisme yang terjadi di Spanyol. Ia pun melakukan gerakan untuk membantu para korban ketidakadilan tersebut.
"Kehidupan hitam tampaknya penting jika nama Anda Keita Balde (sebagai bintang sepakbola, red), tetapi jika Anda seorang pekerja paruh waktu di Lleida (kota di bagian barat Katalunya, Spanyol), kehidupan Anda tidak dihargai," ungkap Keita, sebagaimana dikutip dari About Islam, Rabu (24/6/2020).
Baca juga: Cara Unik Imam Masjid di Amerika Beri Peringatan soal Covid-19
Penyerang AS Monaco berkewarganegaraan Senegal, tapi lahir di Arbucies dan besar di Barcelona, Spanyol, ini menyayangkan bahwa rasisme masih terjadi di Spanyol. Ditambah, pandemi virus corona (covid-19) memberikan dampak krisis terhadap nasib pekerja musiman di sana.
Di antara mereka yang berjuang selama pandemi covid-19 adalah 150 keluarga kulit hitam yang ditolak bernaung di hotel-hotel. Keita Balde pun terpanggil untuk memberikan bantuan.

Dirinya mengetahui masalah ini melalui rekaman video oleh pembuat film Paco Leon yang bekerja dengan pekerja musiman Serigne Mamadou untuk menunjukkan ketidakadilan yang dihadapi pekerja musiman.
Oleh karena itu, Muslim pesepakbola ini memutuskan memberi bantuan keluarga-keluarga tersebut dengan menyediakan tempat tinggal dan makanan gratis.
Baca juga: Zulkarnain, Raja Shalih Sang Pernakluk yang Mengurung Ya'juj dan Ma'juj
"Mungkin mereka (hotel, red) tidak mau menyewakan apa pun kepada bocah kulit hitam. Saya merasa harus melakukan apa yang saya bisa untuk membantu," katanya.
"Saya tidak ingin menawarkan kata-kata, saya tidak ingin berbicara, saya ingin fakta. Orang-orang membutuhkan bantuan. Mereka hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi, tidur di jalanan di antara kotak-kotak kardus. Mereka bekerja 13 jam sehari dengan upah 25 euro; dan harus membeli makanan, menemukan tempat tinggal. Mereka tidak mencuri dari siapa pun," tegas Keita Balde.
Gerakan Amal
Selain itu, Keita Balde juga menyediakan tempat tinggal untuk 80 pekerja di Barcelona selama masa pandemi covid-19. Dia merasa penting memberikan bantuan kepada masyarakat membutuhkan di sana, karena dibesarkan sebagai pemain sepakbola di Camp Nou.
"Saya telah membiayai sebuah masjid dan sebuah sekolah di Senegal. Saya telah membantu dengan pandemi di Eropa. Saya suka menjadi seperti ini," jelasnya.
Baca juga: Cerita Mbah Moen tentang Malaikat Thawaf Kelilingi Kakbah

"Saya sudah seperti ini sejak masih muda. Saya seorang anak laki-laki dan saya suka berbagi."
"Saya memberikan pakaian dan sepatu yang diberikan Barcelona dan Nike kepada saya di lapangan."
"Uang adalah salah satu masalah di dunia ini. Ini membedakan setiap orang. Jika memiliki uang, Anda akan dihargai. Jika tidak, Anda bukan siapa-siapa," ungkapnya.
Baca juga: Pemerintah Tak Bisa Melarang WNI untuk Berhaji
"Kita hidup di dalam masyarakat yang tercemar dengan hal itu. Arti sebenarnya dalam kehidupan manusia telah hilang. Ini sangat menyedihkan," paparnya.
"Saya bahagia ketika dahulu tidak memiliki uang, namun sekarang tetap bahagia," pungkasnya.
(Hantoro)