Hadis tersebut menunjukkan bahwa bekerja mencari nafkah bisa mendapat pahala jika diniatkan dengan ikhlas untuk meraih ridha Allah Subhanahu wa ta'ala. Tapi jika itu hanya dilakukan karena aktivitas harian, atau yakin sekadar kewajiban suami, belum tentu berbuah pahala.
Dijelaskan pula bahwa memberi nafkah termasuk sedekah. Berdasarkan riwayat dari Al Miqdam bin Ma'dikarib, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَا أَطْعَمْتَ نَفْسَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ وَلَدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ زَوْجَتَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ خَادِمَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ
Artinya: "Harta yang dikeluarkan sebagai makanan untukmu dinilai sebagai sedekah untukmu. Begitu pula makanan yang engkau beri kepada anakmu, itu pun dinilai sedekah. Begitu juga makanan yang engkau beri kepada istrimu, itu pun bernilai sedekah untukmu. Juga makanan yang engkau beri kepada pembantumu, itu juga termasuk sedekah." (HR Ahmad 4: 131. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadis ini hasan)
Baca juga: Viral Risma Sujud: Tak Boleh Sujud kepada Siapapun Selain kepada Allah
Kemudian harta yang dinafkahkan semakin barokah dan akan diberi ganti. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
Artinya: "Tidaklah para hamba berpagi hari di dalamnya melainkan ada dua malaikat yang turun, salah satunya berkata, 'Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang senang berinfak.' Yang lain mengatakan, 'Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang pelit'." (HR Bukhari Nomor 1442 dan Muslim Nomor 1010)
Baca juga: Pasca-Lockdown, Objek Wisata Al Bahah Didatangi 120 Ribu Orang
(Hantoro)