"Suatu hari Ibnu Muthii' memperhatikan rumahnya, dia pun kagum akan keindahannya, kemudian ia pun menangis seraya berkata, "Demi Allah, sekiranya bukan karena (adanya) kematian niscaya aku gembira karenamu dan sekiranya bukan karena tempat yang akan kita tuju nanti berupa kuburan sempit niscaya dunia menjadi penghibur hati kita, kemudian ia pun menangis tersedu-sedu sampai suara tangisnya meninggi" (Ihyaa' IV/479-480 dan Rihlah ilaa ad-Daaril Aakhirah hal 120)