1. Ia berusaha untuk menolak riya tersebut serta tidak merasa tenang dengannya. Bahkan dia berpaling dan membencinya. Maka seperti ini tidak berpengaruh terhadapnya, berdasarkan sabda Nabi Muhammad :
“Allah memaafkan ummatku dari segala yang dibisikkan dan dikatakan hatinya, selama belum dilakukan atau diucapkan.” (HR. Bukhari: 6664, Muslim: 127)
Misalnya, seorang sholat dua rakaat ikhlas karena Allah ?, dan pada raka’at kedua ia merasa ada riya namun dia segera menolaknya, maka hal ini tidak mempengaruhi sholatnya sedikitpun.
Baca Juga: Kemuliaan Puasa Arafah Dapat Menjauhkan Siksa Api Neraka
2. Dia merasa tenang dengan riya ini dan tidak berusaha untuk menolaknya, maka kedaan seperti ini membatalkan semua ibadah, karena ibadah tersebut akhirnya dibangun dari awalnya dan berkaitan. Misalnya, seorang sholat dua raka’at ikhlas kepada Allah SWT dan pada raka’at kedua muncul riya karena dia merasa ada orang yang melihatnya, kemudian dia malah merasa tenang dan menurutinya, maka batal semua sholatnya dikarenakan keterkaitan antara sebagian dengan sebagian yang lain.
Baca Juga: Hujan Membawa Berkah, Ini Doa yang Bisa Diucapkan
3. Riya yang muncul setelah selesai ibadah, maka hal ini tidak mempengaruhi sedikitpun. Kecuali apabila ada kelaliman seperti menyebut-nyebut sedekah dan menyakiti orang yang menerima. Kelaliman ini dosanya menjadi penghapus pahala sedekahnya sehingga menjadi batal, berdasarkan firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah:264).
(Vitrianda Hilba Siregar)