Tetapi menurut Ibnu Hajar al- Asqlani, Saif itu menjadi rasanan orang-orang yang menggeluti ilmu hadis, dan gurunya adalah orang yang tidak dikenal.
Ketiga.
Ada lagi hadis serupa yang ujung sanadnya berakhir pada Anas ibn Malik r.a. dia bercerita; Setelah Rasulullah SAW berpulang, para sahabat mengerumuninya sambil menangis. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki berperawakan tinggi, rambutnya sampai di pundaknya, memakai sarung dan selendang melangkah di sela-sela para sahabat, lalu memegangi dua sisi pintu dalem kemudian menangis. Setelah itu dia menghadap ke arah para sahabat.
"Sesungguhnya Allah telah menyiapkan penghibur untuk setiap musibah dan menyediakan ganti untuk setiap sesuatu yang hilang dan susulan untuk setiap sesuatu yang rusak. Maka kembalilah kepada Allah, dan perhatikanlah perhatian Allah kepada kalian di saat musibah menimpa kalian. Karena orang yang ditimpa musibah yang sebenarnya adalah orang yang tidak mendapat balasan pahala," kata laki-laki misterius itu, terus pergi.
"Hadapkan laki-laki itu kepadaku," kata Abu Ba-kar. Orang-orang melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak ada siapa-siapa.
"Barangkali dia itu Khadhir, saudara nabi kita, datang melayat kita atas wafatnya Rasulullah," kata Abu Bakar.
Hadis ini disampaikan oleh Ibnu Abid Dunya dari Kamil ibn Thalhah dari Abbad ibn Abdis Shamad dari Anas ibn Malik r.a. At-Thabrani juga mengeluarkan hadis tersebut dalam kitab al-Ausath, dari Musa ibn Harun dari Kamil ibn Thalhah dan seterusnya. Menurut at-Thabrani, tidak ada orang lain yang meriwayatkan hadis ini dari Anas kecuali Abbad. Sedangkan Abbad, hadisnya banyak yang munkar. Al-Bukhari, Abu Hatim dan al-Uqaili menilainya sebagai rawi yang daif.
(Vitrianda Hilba Siregar)