MALANG - Awalnya daftar hanya coba-coba saja dan yang mendaftarkan pun juga istri, namun ternyata Muhammad Shohibul Huda tidak menyangka menjadi satu dari 27 peserta yang lulus seleksi imam masjid di UEA atau Uni Emirat Arab.
Seleksi ini dilakukan oleh Kementerian Agama dan Pemerintah UEA. Warga Perumahan Istana Bedali Agung, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, ini awalnya hanya coba-coba didaftarkan sang istri mengikuti seleksi imam asal Indonesia yang bakal dikirim ke UEA.
Menurut dia, awalnya dirinya mengetahui adanya seleksi imam masjid di UEA pada tahun 2020 lalu. Saat itu ia membaca informasi dari Dirjen Binmas Kemenag RI bahwa Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan UEA di Abu Dhabi mencari imam yang bakal di tempatkan di masjid-masjid di UEA. Ini atas permintaan khusus Pangeran UEA Syeikh Mohammaed bin Zayed.
Baca Juga: Lailatul Qadar Malam ke-27, Apa Benar Begitu?
"Kalau enggak salah itu informasinya tahun lalu, sekitar bulan September. Sebetulnya saya sendiri juga melihat pengumumannya kayak enggak yakin juga, apakah memenuhi kriteria atau bukan. Kriterianya banyak, yang masuk kriteria saya kira di atas umur 25 tahun, ya itu yang akhirnya memberanikan diri mendaftar," ucap Shohibul Huda.
Atas dorongan sang istri pula, ia pun akhirnya coba mendaftarkan diri. Mendaftarnya pun di hari terakhir batas pendaftaran yang ditentukan oleh pihak Kemenag RI dan panitia dari Pemerintah UEA. Pria berusia 37 tahun ini masih ingat betul saat itu pendaftaran terakhir pada 20 Oktober 2020, sedangkan ia sendiri juga mengirim syarat dokumen pendaftaran pada hari sama di sorenya.
Baca Juga: Tanda Malam Lailatul Qadar, Sahabat Nabi Diperlihatkan dalam Mimpi
"Sore hari itu baru daftar. Kalau enggak salah ditutupnya malam jam 9 (21.00) atau jam 10-an (22.00)," timpalnya.
Bulan berganti, pada November 2020, pria yang akrab disapa Shohib itu terkejut saat menerima pemberitahuan dari pihak Kemenag RI bahwa dirinya menjadi 1 dari ratusan peserta seleksi calon imam yang lulus verifikasi dokumen awal. Saat itu ia pun menerima pemberitahuan harus berangkat ke Jakarta untuk menjalani seleksi tahap pertama calon imam.
"Tanggal 2 sampai 4 Desember diminta ke Jakarta untuk melakukan seleksi tahap pertama. Jadi pertama itu dites sama orang Kemenag-nya di Jakarta," ungkap dia.
Selama tes tahap pertama di Jakarta ini, Shohibul Huda harus bersaing dengan ratusan peserta seleksi lain menjalani tes meliputi tahsin atau suara yang merdu, fikih sholat, kebahasaan atau fasih dalam berbahasa Arab, hingga memiliki keilmuan Islam moderat. Di tahap pertama pula setiap peserta harus bisa berkhotbah dan berpidato secara bagus menggunakan bahasa Arab.