ADA sebagian pihak yang meremehkan wabah penyakit menular termasuk pandemi Covid-19 karena beralasan ada hadits yang menjelaskan. Mungkin saja mereka hanya membaca dzahir-nya saja, dan belum membaca dan mendengar penjelasan ulama dengan lengkap.
Sebagian pihak tadi membaca hadits yang secara dzahir-nya yang menunjukkan tidak ada penyakit menular. Maka ia menyimpulkan dan menyebarluaskan bahwa ajaran Islam mengatakan tidak ada yang namanya penyakit menular. Maka hal ini salah dan perlu diluruskan
Ustaz dr Raenul Bahraen dalam akun Instagramnya@raehanul_bahraen menjelaskan hadist tersebut yakni:
Baca Juga: Kasus Covid-19 Semakin Tinggi, Amalkan Doa Ini Agar Terhindar dan Lekas Sembuh
Dan sebagian orang yang salah paham dengan lafadz Hadits "Tidak ada penyakit Menular", sehingga mereka meremehkan penyakit menular dan wabah. Hal ini mereka dasarkan pada hadits:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ النَّبيُّ : لاَ عَدْوَى, وَلاَ طِيَرَةَ , وَأُحِبُّ الْفَأْلَ الصَّالِحَ
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: “Tidak ada penyakit menular dan thiyarah (merasa sial dengan burung dan sejenisnya), dan saya menyukai ucapan yang baik”. (HR. Muslim no. 2223)
Hal ini tentu kelihatannya bertentangan dengan kenyataan yang ada di mana saat melihat banyak sekali orang saat ini terkena wabah pandemi Covid-19 dan merengut nyawa orang dengan cepat.
Perlu diketahui ada dalil-dalil lain yang menunjukkan bahwa Islam juga mengakui adanya wabah penyakit menular.
Baca Juga: Menteri Agama Ingatkan Jaga Prokes Saat Idul Adha dan Pemotongan Hewan Kurban di Pondok Pesatren
Dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda,
لاَ يُوْرِدُ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ
“Janganlah unta yang sehat dicampur dengan unta yang sakit”.(HR. Bukhari no. 5771 dan Muslim no. 2221)
Dan Sabda beliau,
فِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ فِرَارَكَ مِنَ الأَسَدِ
“Larilah dari penyakit kusta seperti engkau lari dari singa”.(HR. Muslim: 5380)
Maka kompromi hadits ini atau maksud dari hadits pertama yang menafikan penyakit menular adalah penyakit tersebut tidak menular dengan sendirinya, tetapi menular dengan kehendak dan takdir Allah. Berikut keterangan dari Al-Lajnah Ad-Daimah (semacam MUI di Saudi):
العدوى المنفية في الحديث هي: ما كان يعتقده أهل الجاهلية من أن العدوى تؤثر بنفسها، وأما النهي عن الدخول في البلد الذي وقع بها الطاعون فإنه من باب فعل الأسباب الواقية.
Wabah yang dinafikan dari haidts tersebut yaitu apa yang diyakini oleh masyarakat jahiliyah bahwa wabah itu menular dengan sendirinya (tanpa kaitannya dengan takdir dan kekuasaan Allah). Adapun pelaranan masuk terhadap suatu tempat yang terdapat tha’un (wabah menular) karena itu merupakan perbuatan preventif (pencegahan). [Fatwa Al-Lajnah Ad-daimah no. 16453]
Hal ini diperkuat dengan Hadits bahwa Allah yang menciptakan pertama kali penyakit tersebut. Ia tidak menular kecuali dengan izin Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu , bahwa seorang lelaki yang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa onta yang berpenyakit kudis ketika berada di antara onta-onta yang sehat tiba-tiba semua onta tersebut terkena kudis, maka beliau bersabda:
فَمَنْ أَعْدَى الْأَوَّلَ ؟
“Kalau begitu siapa yang menulari (onta) yang pertama ?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
(Vitrianda Hilba Siregar)