MUHAMMAD Ahsan Bukhori (9), siswa kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI) --- setingkat sekolah dasar--- Tahfidzul Qur’an Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus, Jawa Tengah, berhasil menghafal 30 juz Al- Quran. Ahsan tidak sendiri, tahun ini, ada 29 rekan seangkatannya juga berhasil menyelesaikan hafalan 30 Juz.
Proses menghafal dilakukannya selama tiga tahun, sejak masuk madrasah Ibtidaiyah (MI) Tahfiz Al-Qur'an TBS. Namun terpenting juga doa dari orangtua.
Ahsan tidak sendiri, tahun ini, ada 29 rekan seangkatannya juga berhasil menyelesaikan hafalan 30 Juz. Ahsan bercerita tentang kiatnya memasukan seluruh ayat Al Qur’an ke dalam memorinya. Sejak awal ia memang memiliki minat menjadi seorang hafiz Al-Qur'an. Untuk itu, ia mendaftar ke MI Tahfiz Al-Quran TBS, lembaga pendidikan Islam berbagai jenjang yang memiliki program khusus tahfiz untuk usia dini.
Baca Juga: Membersihkan Usus Besar, Begini Resep Herbal yang Ditawarkan Ustaz Zaidul Akbar
Di madrasah yang terletak di Kelurahan Krandon, Kecamatan Kota, Kab Kudus itu, Ahsan digembleng hafalan dengan beban setoran satu halaman per hari. Proses itu dilakoninya dengan tekun hingga berhasil khatam dalam tempo tiga tahun. Padahal di lembaga itu Ahsan tidak hanya mendapat beban hafalan saja, tetapi juga mendapat pendidikan fomal sebagaimana sekolah biasa.
Anak lelaki berkulit coklat ini bercerita tetang kiatnya membagi waktu dan menjaga agar "setoran" dapat dilakukan dengan lancar. “Ustadz selalu ngendikan (menyampaikan), baca dulu berulang kali ayatnya, jika sudah yakin maka coba untuk menghafal tanpa melihat Al-Quran,” jelasnya sebagaimana melansir laman Kemenag (28/6/2021).
Menurutnya, terdapat hal-hal non teknis yang membuat proses belajarnya mendapat kemudahan. “Ahsan selalu minta doa bapak ibu, niat sungguh-sungguh, serta tak boleh ngantuk apalagi ngobrol ketika hafalan. Sama ustaz harus hormat dan patuh agar bisa cepat hafal,” ungkapnya lugu.
Baca Juga: 7 Ikthiar dan Doa Menghindari Virus Covid-19 Saat Berada di Luar Rumah
Kepala MI NU Tahfidzul Qur’an TBS KH. Saeun menyampaikan, madrasah yang dipimpinnya, selain mengedepankan prestasi akademik juga memberikan hafalan Al-Quran bagi siswa yang masuk jalur tahfiz.
Pelajaran sekolah dan hafalan Al-Quran, diakuinya merupakan beban yang berat bagi siswa. Namun dengan kehidupan di pesantren yang terkontrol 24 jam, internalisasi ilmu dan karakter menjadi maksimal. Madrasah yang dipimpinnya tidak ingin memproduksi orang pintar saja, tetapi harus disertai etika dan akhlak yang baik sesuai tuntunan Al-Quran.