Tidak mudah menciptakan generasi Qur'ani yang juga memiliki kapabilitas akademik. Beban yang berat itu menuntut partisipasi penuh antara pihak madrasah, siswa, dan juga dukungan spiritual dari orangtua. “Doa dan tirakat orang tua sangat membantu lancarnya hafalan anak-anak,” tukas Saeun.
Terkadang ada juga anak yang mogok hafalan. Bila ini terjadi, madrasah akan mengkomunikasikannya dengan tiga pihak, yaitu: pengasuh pesantren, ustaz, dan orangtua. Bila semuanya bertindak positif, biasanya ada solusi dan pembelajaran berjalan kembali.
Baca Juga: 60.000 Jamaah Ibadah Haji 2021 Diumumkan Otoritas Arab Saudi
Kegiatan pembelajaran memiliki durasi cukup panjang, yaitu pukul lima pagi hingga jam delapan malam. Mulai subuh hingga pukul 7 pagi anak-anak harus setoran hafalan hingga waktunya belajar di madrasah.
Selesai di madrasah, kegiatan dilanjutkan lagi dengan tahfiz sampai selesai malam hari. Di sela-selanya terdapat istirahat, mandi, makan, dan aktifitas lainnya. Program tahfiz harus sinergis dengan madrasah, karena anak-anak tidak boleh dibebani Pekerjaan Rumah (PR) atau pekerjaan lain yang dibawa pulang.
Saat ini, dari 307 siswa MI Tahfidzul Qur’an Krandon, 30 di antaranya telah hafal 30 Juz. Lainnya, 70% dari mereka sudah mencapai lebih dari 20 juz. "Ini semua menjadi tanggung jawab semua pendidik,” pungkasnya.
(Vitrianda Hilba Siregar)