Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Bung Karno Meminta Nasihat KH A Wahab Chasbullah untuk Merebut Papua dari Belanda

Tim Okezone , Jurnalis-Selasa, 17 Agustus 2021 |07:51 WIB
Kisah Bung Karno Meminta Nasihat KH A Wahab Chasbullah untuk Merebut Papua dari Belanda
KH A Wahab Chasbullah sering dimintai nasihat oleh Bung Karno. (Foto: NU)
A
A
A

BUNG Karno dan kedekatan serta persahabatannya dengan tokoh Nahdlatul Ulama jangan diragukan lagi. Setiap ada persoalan penting dan strategis dan membutuhkan nasihat ulama, Bung Karno selalu menemui tokoh NU.

Misalnya saja Bung Karno meminta nasihat dan saran dari tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU) KH A Wahab Chasbullah sebelum memutuskan untuk melakukan pembebasan di Papua. Bahkan buan hanya sekali saja, namun Bung Karno berkali-kali menemui KH A Wahab Chasbullah.

Dari nasihat dari ulama karismatik itulah lahir Tri Komando Rakyat (Trikora) yang diumumkan di alun-alun utara Yogyakarta, pada 19 Desember 1961.

Baca Juga: Jenderal Soedirman Saat Pimpin Perang Gerilya dalam Kondisi Sakit Tak Pernah Menunda Sholat

Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) KH Ahmad Muwafiq menceritakan sejarah tersebut saat mengisi acara di Pendopo Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Gus Muwafiq mengungkapkan bahwa sejarah ini didapatkannya dari para sesepuh NU hingga KH Dimyati Rais. “Saya dapat cerita para sesepuh, terakhir dapat dari Mbah Dimyati Rais, dapat cerita dari KH Saifuddin Zuhri. Untuk memutuskan Irian Barat itu Bung Karno konsultasi minta pertimbangan ke KH Wahab Chasbullah sampai tiga kali dan Kiai Wahab bilang 'tunggu, tunggu, saya buka kitab dulu',” katanya dilansir dari NU Online.

Menurutnya, sikap Bung Karno ini menunjukkan bagaimana contoh dari anak bangsa bersatu padu dalam memikirkan negaranya.

Baca Juga: Kisah Kiai Subchi Ulama Pejuang Memberikan Kekuatan pada Bambu Runcing

Gus Muwafiq menambahkan, peristiwa ini merupakan contoh yang harus diwariskan oleh generasi terkini.

Persatuan antara Bung Karno dan Kiai Wahab dalam merawat Indonesia membuat Indonesia konsisten berada di tengah. Tidak ke kiri mengikuti komunis, kapitalis atau Islam kanan yang diwakili Darul Islam (DI)/Tentara Islam Indonesia (TII) pada tahun (1949-1962).

“Indonesi dari dulu punya prinsip berada di tengah, pernah ke kiri oleh PKI tidak bisa. Diajak ke kanan oleh DII/TII juga tidak bisa,” ujar Gus Muwafiq.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement