Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Yunus bin Ubaid, Pedagang Jujur ketika Menjual Barangnya

Ahmad Muhajir , Jurnalis-Sabtu, 05 Februari 2022 |15:12 WIB
Kisah Yunus bin Ubaid, Pedagang Jujur ketika Menjual Barangnya
Kisah Yunus bin Ubaid, pedagang jujur ketika menjual barangnya (Foto: Arab America)
A
A
A

JAKARTA - Yunus bin Ubaid hidup di masa tabiin. Selain ramah, sosoknya selalu mengedepankan kejujuran, termasuk dalam aktivitas sehari-harinya berdagang di pasar.

Diketahui, Yunus menjual berbagai macam perhiasan, riwayat lain menyatakan garmen dan tekstil, dia menjadi yang paling pertama membuka kios.

Dikisahkan bahwa setelah selesai membuka tempat berjualan, ia selalu menunaikan sholat dua rakaat. Selama sholat, dia menitipkan semua jualannya kepada adik laki-lakinya.

"Kamu tunggu di sini. Saya akan segara kembali," kata Yunus kepada saudaranya, seperti diceritakan dalam buku 101 Kisah Muslim, dikutip dari Sindonews, Sabtu (5/2/2022).

"Baik, saya juga sementara ini belum ke mana-mana," jawab adiknya tersebut.

Akhirnya Yunus berlalu meninggalkan kiosnya untuk melakukan kegiatan rutin sebelum memulai akad jual-beli. Setelah beberapa menit Yunus meninggalkan kios, datang seorang pembeli dari kalangan Badui.

Setelah melihat-lihat perhiasan di kios Yunus, akhirnya warga Badui itu mengajukan pertanyaan. "Berapa ini, anak muda?" tanya dia kepada adik Yunus itu.

"Itu barang kita kasih harga 400 dirham," jelas adik Yunus.

Dikarenakan suka melihat perhiasan yang dijual di kios Yunus, akhirnya warga Badui itu tidak mengajukan permintaan agar harga dapat diturunkan.

Ternyata ada kecurangan yang dilakukan adik Yunus. Tanpa sepengetahuan Yunus, sang adik menjual dengan harga dua kali lebih mahal dari yang sudah ditentukan.

Padahal, harga yang ditetapkan Yunus sebesar 200 dirham. Artinya, adik Yunus untung 200 dirham dari penjualan perhiasan itu. Tanpa direncanakan, orang Badui yang baru saja beberapa saat meninggalkan kios bertemu Yunus di persimpangan.

Yunus menyapa lebih awal karena mengetahui barang yang dibawa orang Badui itu dibeli dari kiosnya. Lalu, bertanya kepada orang Badui itu.

"Berapakah harga barang ini kamu beli?" kata Yunus bertanya kepada orang Badui, mengingat reputasi Yunus sebagai pedagang jujur cukup terkenal.

Tanpa pikir panjang, orang Badui itu menjawab, "(Seharga) 400 dirham," ucapnya.

Mendengar jawaban itu, Yunus kaget karena barang tersebut dijual hanya 200 dirham, bukan 400 dirham.

"Tetapi, harga perhiasan ini sebenarnya hanya 200 dirham," ungkap Yunus.

Dikarenakan merasa kasihan kepada sang pembeli, akhirnya Yunus meminta orang Badui itu kembali ke tokonya untuk mengambil kelebihan pembayaran.

"Mari ke kios lagi supaya saya dapat kembalikan uang selebihnya kepada saudara," kata Yunus meminta.

Namun, orang Badui itu menolak dengan halus. Alasannya ia sudah merasa cocok dengan barang dan harga yang diterimanya sebesar 400 dirham.

"Sebab di kampungku harga barang ini paling murah 500 dirham," katanya.

Orang Badui itu tetap menolaknya. Namun, Yunus memohon agar mau menerima ajakannya mengambil kelebihan pembelian sebesar 200 dirham.

Melihat ketulusan Yunus akan mengembalikan kelebihan uang, akhirnya orang Badui itu mau memenuhi permintaan kembali ke kios. Setelah selesai mengembalikan kelebihan uang pembelian orang Badui, Yunus memanggil adik laki-lakinya yang tidak amanah.

"Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat?" tanya Yunus.

Namun, adiknya tidak mau disalahkan begitu saja. Ia berpikir orang yang membelinya saja tidak keberatan dengan harga yang ditawarkan.

Adiknya berpendapat, jika harga 400 dirham itu ditawar orang Badui tadi, ia akan menurunkan harganya sampai 200 dirham sehingga harga pokok penjualan tidak berkurang dari 200 dirham.

"Tetapi, ia sendiri yang mau membelinya dengan harga 400 dirham," kata adik Yunus coba mempertahankan diri tidak salah.

Mendengar bantahan itu, Yunus berkata, "Ya, tetapi di atas pundak kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri."

Ada cerita lain tentang sosok Yunus bin Ubaid. Pada suatu hari Asma'i menceritakan dari Muamil bin Ismail, katanya, "Datang seseorang dari Syam ke Pasar Sutra dan berkata: 'Apakah engkau memiliki kain seharga 400 dirham?'."

"Kami memiliki yang seharga 200 dirham" jawab Yunus bin Ubaid.

Bersamaan dengan itu terdengar suara azan sholat sehingga Yunus pergi ke Bani Qusyair untuk ibadah berjamaah di sana.

Ketika kembali dari sholat, keponakannya telah menjual kain tersebut dengan harga 400 dirham. Yunus pun bertanya, "Dari mana uang ini?"

"Itu hasil penjualan kain," jawab sang keponakan.

Yunus pun berkata kepada orang yang telah membeli kain itu, "Wahai hamba Allah, kain yang aku tawarkan itu harganya 200 dirham. Jika engkau suka ambillah dan ambil kembali kelebihan yang 200 dirham. Jika tidak, maka tinggalkanlah."

"Siapa kamu?" tanya pembeli itu heran.

"Aku adalah salah seorang dari kaum Muslimin," jawab Yunus.

"Demi Allah, aku tanya siapa kamu dan namamu?" tanya orang itu sungguh-sungguh.

"Aku Yunus bin Ubaid," jawabnya.

Orang itu berkata, "Demi Allah, sungguh kami pernah berada di antara musuh. Ketika keadaan menjadi sulit, kami berseru: 'Wahai Allah, Tuhan-nya Yunus, tolonglah kami' atau ungkapan seperti itu."

"Subhanallah, subhanallah (mahasuci Allah)," ungkap Yunus terheran-heran.

(Ahmad Muhajir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement