JAKARTA - Kehadiran tempat ibadah yang layak dan nyaman bagi umat Islam adalah hal yang sangat penting. Kenyamanan tempat ibadah diharapkan dapat meningkatkan kekhusyukan ibadah para jemaah.
Namun, di beberapa tempat kehadiran tempat ibadah layak belum dapat terwujud. Salah satunya di Kampung Warudoyong, Desa Sukatani, Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi. Satu-satunya musala di kampung tersebut, Mushola Sayyidina Ali kondisinya memprihatinkan.
Dinding musala sudah retak dan lapuk. Kondisi yang sama juga terjadi pada tiang penyangga yang terbuat dari kayu. Lantai musala berukuran 4x5 meter masih terbuat dari semen yang sudah retak dan mengelupas. Selama 32 tahun berdiri, musala Sayyidina Ali belum pernah diperbaiki.
Ada lebih dari 45 kepala keluarga tinggal di kampung tersebut. Untuk mencapai masjid terdekat, warga harus berjalan sejauh 2 kilometer dengan kontur jalan yang masih tanah dan bebatuan.
Imam Mushola Sayyidina Ali Ustaz Abdul Hadrom mengatakan, mayoritas warga Kampung Warudoyong bekerja sebagai petani dan nelayan dengan penghasilan tidak menentu. Warga belum mampu untuk renovasi musala tersebut.
"Saya berharap ada donatur yang sekiranya dapat membantu pembangunan mushola yang layak di tempat kami,” ujar beliau.
Selain Mushola Sayyidina Ali di Sukabumi, kondisi yang sama juga terjadi pada Mushola Tambak di Dusun Glagah Lor, Kecamatan Bugul Kidul, Kabupaten Pasuruan. Separuh dinding bangunan terbuat dari kawat yang sudah berkarat dan rusak.
Djumadi jemaah Mushola Tambak mengatakan, saat hujan deras disertai angin, mushola seperti kolam. “Setiap hujan pasti bocor, apalagi kalau campur angin. Sudah pasti mushola kami seperti kolam yang penuh air,” ujar Djumadi.
Mushola Tambak berdiri pada 1996 dan direnovasi pada tahun 2013 dari hasil iuran masyarakat. Menurut Djumadi, uang yang terkumpul hanya cukup untuk merenovasi lantai.
“Jemaah rata-rata bekerja sebagai penjaga tambak dan juga nelayan pesisir, sehingga dana yang terkumpul pada saat itu sangat terbatas dan tidak cukup untuk merenovasi yang lain. Bahkan hingga kini, kebutuhan listrik Mushola Tambak masih ikut salah satu jemaah yang rumahnya dekat dengan mushola,” ujarnya.
(Ahmad Muhajir)