Si keledai menatap buku tersebut, dan tidak lama mulai membalik halamannya dengan lidah. Terus-menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Abu Nawas.
"Demikianlah," kata Abu Nawas. "Keledaiku sudah bisa membaca," lanjutnya dengan wajah khas senyum simpul.
Baginda Raja mulai menginterogasi, "Bagaimana caramu mengajari dia membaca?"
Abu Nawas berkisah, "Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar."
"Tapi, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?" tanya Baginda Raja tidak puas.
Abu Nawas menjawab, "Memang demikianlah cara keledai membaca: hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, kita disebut setolol keledai, bukan?"
Baginda Raja mengangguk-angguk sembari menatap wajah keledai dan Abu Nawas secara bergantian. "Dasar," gumam Baginda Raja lalu mengusir Abu Nawas bersama keledainya itu.
Allahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)