Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Umar bin Abdul Aziz, Khalifah yang Sangat Sederhana dan Selalu Memenuhi Kebutuhan Umat

Hantoro , Jurnalis-Senin, 17 Oktober 2022 |13:27 WIB
Kisah Umar bin Abdul Aziz, Khalifah yang Sangat Sederhana dan Selalu Memenuhi Kebutuhan Umat
Ilustrasi kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang adil dalam memimpin. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

INILAH kisah Umar bin Abdul Aziz seorang khalifah yang memiliki sifat zuhud dan sangat alim. Sangat penting dijadikan contoh kaum Muslimin ketika menjadi pemimpin agar tidak salah dalam bertindak serta bisa menjadi panutan bagi umat.

Dikutip dari laman Almanhaj, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz lahir pada tahun 63H. Nama lengkap beliau adalah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz bin Marwan bin al Hakam. Ibunya bernama Ummu ‘Ashim, Laila bintu ‘Ashim bin ‘Umar bin al Khaththab.

Pada masa remaja, ayah beliau mengirim ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz ke Madinah untuk memperdalam ilmu agama. Kepergian ke Madinah bukan keinginan ayahnya, tetapi merupakan keinginannya sendiri untuk dapat mereguk ilmu para ulama di sana dan mempertajam kemampuan sastranya.

Tidak berapa lama setelah ayahnya meninggal, ‘Abdul Malik bin Marwan mengajaknya pulang dan menikahkannya dengan putrinya yang bernama Fathimah.

Baca juga: Perjalanan Hijrah Jhody Super Bejo, Berawal Serangan Jantung hingga Mantap Hapus Tato 

Ketika Al Walid bin Abdul Malik memegang puncak kekuasaan khilafah, ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz dipercaya memegang pemerintahan Kota Madinah, Makkah, dan Thaif selama rentang 7 tahun antara 86–93H.

Tercatat ada beberapa ulama besar menjadi teman diskusi. Di antaranya: ‘Urwah, ‘Ubaidillah bin ‘Abdillah bin ‘Utbah, Abu Bakr bin ‘Abdir-Rahman bin al Harits bin Hisyam, Sulaiman bin Yasar, Kharijah bin Zaid bin Tsabit, Salim bin ‘Abdillah dan ‘Abdullah bin ‘Amir bin Rabi'aht.

Info grafis sunah-sunah di hari Jumat. (Foto: Okezone)

Usai memegang pemerintahan di kota-kota tersebut, ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz kembali ke Syam, sampai akhirnya terpilih sebagai khalifah pada 10 Safar Tahun 99H.

Dijelaskan juga seusai wafatnya Khalifah Mua'wiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhu pada tahun 60 Hijriah, kezhaliman merajalela di mana-mana. Hubungan antara kalangan para ulama dengan para penguasa terjadi kesenjangan.

Kondisi makin buruk ketika sebagian orang zhalim mengemban kekuasaan, seperti misalnya Al Hajjaj yang juga dibantu para pengikutnya. Mereka menghimpun harta dan menggunakannya tanpa aturan, dan juga memakainya untuk kepentingan yang tidak halal.

Baca juga: Cerita Lucu Abu Nawas Lolos dari Tugas Mustahil Menjahit Batu Pecah, Raja Ngaku Kalah Lagi! 

Misalnya, seorang penyair saja yang datang menyanjung Khalifah atau menyanjung Gubernur, pasti ia akan menangguk hadiah yang sangat besar.

Begitu mengemban tongkat pemerintahan pusat, Khalifah Umar bin Abdul Aziz segera membuat beberapa ketetapan dan kebijakan yang disemangati nilai-nilai keislaman dan keadilan. Tujuannya menyelamatkan umat dari "bencana" semena-mena yang selama ini seolah menjadi kebiasaan.

Berkat kebijakan tersebut, kemudian sebagian ulama memandang Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz sebagai mujadid pertama, yaitu dengan merujuk hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا

"Sesungguhnya Allah membangkitkan bagi umat ini orang yang memperbarui agamanya pada setiap awal seratus tahun." (HR Abu Dawud, Al Hakim. Lihat Ash-Shahihah (2/150 nomor 599))

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement