LIONEL Messi mengenakan jubah bisht Arab ketika merayakan kemenangan Piala Dunia 2022 Qatar. Busana khas Arab tersebut dipakai kapten Timnas Argentina ini setelah diberikan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al Thani.
Dai muda Ustadz Aan Candra Talib pun menjelaskan sejarah jubah bisht Arab itu. Ia mengungkapkan bisht atau baju kebesaran biasa dipakai keluarga kerajaan pada acara-acara formal atau sebagai cenderamata tersebut tidak sembarangan.
BACA JUGA:Mengenal Jubah Bisht Arab yang Dipakai Lionel Messi saat Angkat Trofi Piala Dunia 2022
Motif emas atau zari terbuat dari sutera yang dilapisi emas murni, kadang menggunakan perak atau kombinasi. Pengerjaannya menggunakan tangan, kisaran harganya rata-rata 15.000 hingga 30.000 riyal.
"Sebenarnya bisht adalah baju tradisional Arab Badui yang hanya dikenakan pada musim dingin. Seiring berkembangnya zaman, bisht menjadi pakaian formal untuk acara-acara seperti resepsi pernikahan, perayaan ied dan pertemuan kenegaraan," jelas dia, dikutip dari unggahan di akun Instagram-nya @act_elgharantaly, Senin (19/12/2022).
BACA JUGA:Arab Saudi Gelar Festival Bisht, Tampilkan Warisan Budaya dan Seni Menjahit
Ia melanjutkan, pada kondisi biasa penggunaan bisht berfungsi sebagai penanda status sosial seseorang di tengah masyarakat apakah dia seorang agamawan, negarawan, atau bangsawan.
Sementara dilansir laman Arab News, nama jubah bisht berasal dari bahasa Persia. Bisht pertama kali dibuat dengan dijahit tangan di Persia, kemudian masuk dan terkenal di Tanah Arab ketika para pembuat bisht ini datang ke Arab Saudi untuk ibadah haji ataupun umrah.
Jubah bisht sendiri adalah busana tradisional khas pria Arab berupa jubah panjang yang dikenakan sebagai lapisan kedua setelah mengenakan thobes atau busana gamis sebagai outfit pertama. Bisht biasanya terbuat dari material bahan wool dengan variasi warna-warna dasar seperti putih, beige, krem, coklat, abu-abu, dan hitam.
Disebutkan bahwa jubah bisht hanya dikenakan para pria Arab untuk kesempatan spesial, misalnya perayaan pernikahan, festival, pesta kelulusan, hari raya Idul Fitri, hingga acara spesial lainnya.
Jubah spektakuler ini menjadi pilihan busana formal para politikus, tokoh-tokoh terpandang, dan pria-pria dengan kasta sosial yang tinggi di Arab. Maka itu, bisht atau jubah tradisional ini menjadi penanda status dari pemakainya.
Dalam proses pembuatannya, ada tiga tipe embroidery yang diaplikasikan, yaitu jahitan benang emas, jahitan benang silver, dan jahitan sutra.
Jubah hitam dengan jahitan emas disebutkan menjadi bisht yang paling populer, setelahnya baru jubah dengan jahitan krem dan putih.
Kalangan pria Arab yang lebih muda lebih suka mengenakan bisht berwarna biru, abu-abu, dan maroon. Sedangkan generasi yang lebih tua dan berumur lebih favorit memakai bisht hitam, coklat, dan krem.
Terkait harga, meskipun hadir dengan desain yang sekilas mata terlihat simpel, banderol untuk bisht ini biasanya mulai dari 100 hingga 200 ribu dinar.
Bisht handmade termahal biasanya dibuat untuk kalangan tertentu, yakni keluarga kerajaan, politikus, dan para keluarga ningrat.
Ada tiga desain utama dalam pembuatan bisht, yakni Darbeyah, Mekasar, dan Tarkeeb. Darbeyah terbuat dengan jahitan tangan dengan zari embroidery dan pattern tradisional, dan bergaya segi empat serta longgar.
Mekasar atau biasa disebut Gasbi hadir dengan desain embroidery sutra. Lalu terakhir Tarkeeb yang hadir dengan desain ala Darbeyah namun dengan desain zari embroidery emas.
Cara pakai jubah bisht Arab yang memiliki desain dua buah lengan ini hanya dengan mengenakan satu bagian lengan saja dan bagian lainnya dibiarkan menjuntai longgar atau dimasukkan erat ke satu sisi tertentu.
(Hantoro)