"Baiklah kalau kau memang tidak bisa melepasku. Tapi bila permintaan keduaku ini kau penuhi, aku akan sangat senang," balas si burung.
"Apa permintaan keduamu?" tanya Abu Nawas.
"Aku minta tolong kepadamu jika kau telah sampai ke negeri India, pergilah ke sebuah hutan di desa ini, kabarkanlah kepada saudara-saudaraku bahwa saat ini aku berada dalam sangkar di rumahmu. Melalui kabar ini, aku berharap mereka tidak gelisah mencariku. Itulah permintaan keduaku," tutur si burung.
"Memangnya semua burung yang jenisnya sepertimu bisa mengerti bahasa manusia?" tanya Abu Nawas.
"Iya mereka yang jenisnya seperti aku pasti bisa mengerti bahasa manusia dan bisa bicara seperti aku," jawab si burung.
"Baik, aku akan berusaha memenuhi permintaanmu kali ini," ucap Abu Nawas.
Singkat cerita sampailah Abu Nawas di negeri India. Ia pun langsung melaksanakan tugas dari Baginda Raja.
Setelah tugas-tugasnya selesai, barulah Abu Nawas menuju hutan di desa yang dimaksud oleh burungnya. Tidak disangka-sangka, baru saja memasuki hutan beberapa puluh meter, Abu Nawas melihat sekawanan burung hinggap di sebuah dahan pohon tepat di atas kepalanya.
Burung-burung itu mirip dengan burung yang ada di rumahnya. Ia segera saja berkata ke sekawanan burung itu.
"Wahai burung, aku ingin menyampaikan pesan dari saudaramu bahwa saat ini saudaramu terkurung di dalam sangkar yang ada di dalam rumahku. Kalian jangan mencarinya karena saat ini saudaramu telah menjadi milikku," kata Abu Nawas.
Mendengar kabar tersebut, salah satu burung tiba-tiba pingsan dan jatuh mengenai kaki Abu Nawas. Lalu Abu Nawas memungutnya dan membolak-balik badan si burung.
"Aneh, burung ini mendadak mati. Mungkin ia kaget karena mendengar kabar saudaranya sekarang terpenjara dalam sangkar dan jauh berada di negeriku," kata Abu Nawas dalam hati.
Ia tidak mau ambil pusing atas kejadian ini. Hal terpenting dia telah menyampaikan pesan si burung kepada saudara-saudaranya.
Abu Nawas lalu memutuskan berlayar kembali dan pulang ke negerinya. Setibanya di rumah, ia memberi tahu burungnya bahwa permintaannya telah disampaikan.
"Bagaimana kabar saudara-saudaraku? Apakah mereka baik-baik saja?" tanya si burung.
"Semuanya baik-baik saja, tapi ada salah satu burung yang tiba-tiba langsung mati saat mendengar kabar kalau kau sekarang berada di sini," kata Abu Nawas menjelaskan.
Mendengar berita yang disampaikan Abu Nawas, burung yang ada di sangkar pun tiba-tiba pingsan dan jatuh. Spontan Abu Nawas menjadi kaget dan segera mengambil burung tersebut. Setelah dibolak-balik ternyata burungnya mati mendadak.
"Apa mungkin ini gara-gara mendengar kabar kalau saudaranya telah mati. Ia sangat terkejut sampai mengalami kematian," pikir Abu Nawas.
Abu Nawas pun menjadi sedih, dia lalu menggotong burungnya dan menempatkannya di bibir jendela. Tapi tiba-tiba saja burung itu segera terbang dan hinggap di salah satu pohon di dekat jendela.
Sebelum terbang tinggi, si burung berkata kepada Abu Nawas, "Wahai tuan, ketahuilah apa yang kau anggap kesedihan bisa jadi merupakan kabar baik bagi yang lain. Mungkin tuan bersedih karena aku lepas dari sangkarmu, tapi aku bahagia karena bisa lepas dari sangkarmu."
Si burung lalu terbang tinggi meninggalkan Abu Nawas. "Ternyata benar apa yang dikatakan si penjual burung di pasar. Si burung bukan hanya bisa bicara, tapi juga cerdik. Aku telah dikelabui oleh burung itu," pungkas Abu Nawas kecewa.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)