Gadis itu menolak untuk mengikuti rencana ibunya. Dia berkata, "Khalifah mungkin tidak di sini, tetapi perintahnya adalah perintah, dan itu harus dipatuhi."
"Hati nuraniku adalah Khalifah. Ibu mungkin luput dari perhatian Khalifah dan pejabatnya, tapi bagaimana kita bisa luput dari perhatian Allah dan hati nurani kita sendiri?" imbuhnya.
Setelah itu sang ibu tetap diam. Lampu padam dan ibu beserta putrinya pergi tidur.
Keesokan harinya Umar bin Khattab mengutus seorang laki-laki untuk membeli susu dari gadis itu. Susu itu murni. Gadis tersebut telah mempertahankan tekad kejujurannya.
Umar menoleh ke temannya dan berkata, "Gadis itu telah mempertahankan tekadnya meskipun ada perintah dari ibunya. Dia pantas mendapatkan hadiah. Hadiah apa yang harus aku berikan kepadanya?"
"Dia harus dibayar sejumlah uang," kata Ibnu Abbas.
"Gadis seperti itu akan menjadi ibu yang hebat. Kejujurannya tidak bisa ditimbang dengan beberapa koin. Itu harus diukur lebih besar. Aku akan menawarkan kepadanya penghargaan tertinggi," kata Umar.
Khalifah pun memanggil putri dan ibunya ke istananya. Sang ibu gemetar saat berdiri di hadapan penguasa yang perkasa. Tapi, gadis itu menghadapi Umar dengan berani dan tenang. Dia cantik dan memiliki martabat yang mengesankan di dalam dirinya.
Kemudian sebelum pertemuan itu, Umar menceritakan telah mendengar percakapan ibu dan anak perempuan tersebut. Meskipun ada desakan ibunya, gadis itu tetap memutuskan menjual susu murni.
Ada yang menyarankan agar sang ibu harus mengambil tugas tersebut. Khalifah berkata bahwa biasanya dia akan menghukum ibunya, tetapi telah memaafkannya demi putrinya.