Utusan Raja bingung setengah mati. Apa yang akan disampaikan kepada Raja nanti. Benar saja, Raja marah-marah begitu menerima laporan utusannya. "Cari di mana Abu Nawas. Harus ketemu," titahnya.
Sementara itu, Abu Nawas langsung berangkat ke hutan begitu utusan itu balik ke istana. Dia berpesan kepada istrinya jika utusan itu datang lagi bilang saja, "Saya di hutan sana."
Utusan disertai beberapa pengawal Raja datang juga ke rumah. Istrinya pun menunjukkan di mana suaminya berada.
Abu Nawas sedang duduk di mulut sebuah gua di hutan sambil bicara sendiri ketika utusan dan pengawal datang. "Hai Abu Nawas, Raja mencarimu. Cepatlah!" kata utusan Raja.
"Sebentar, saya sedang ngobrol dengan burung itu," ujar Abu Nawas sembari menunjuk seekor burung yang bertengger di dahan pohon.
"Ah, kau gila ya?"
Abu Nawas menunjukkan wajah serius. "Saya sedang bicara dengan burung. Diamlah. Ini menyangkut masa depan Raja," ujar Abu Nawas meyakinkan.
Utusan Raja terheran-heran. Mau tak mau mereka pun sabar menanti sembari menyaksikan tingkah Abu Nawas yang aneh itu.
Tidak lama kemudian, Abu Nawas ngeloyor menaiki keledainya. Utusan dan pengawal Raja mengawalnya sampai istana.
Begitu sampai di istana, Abu Nawas duduk di tempat biasa. Sedangkan utusan menemui Raja di ruang lain. Sang utusan bercerita bahwa Abu Nawas setengah gila.
"Hamba lihat Abu Nawas bicara dengan burung," ujar utusan berkisah.