Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

10 Contoh Kultum Puasa Ramadhan 7 Menit Singkat

Asthesia Dhea Cantika , Jurnalis-Rabu, 29 Maret 2023 |17:31 WIB
10 Contoh Kultum Puasa Ramadhan 7 Menit Singkat
Ilustrasi (Foto: Okezone)
A
A
A

KETAHUI 10 contoh kultum puasa Ramadhan 7 menit singkat. Ini menjadi salah satu tradisi yang sudah melekat saat bulan Ramadhan.

Ada banyak materi tentang puasa Ramadhan yang dibahas dalam kultum dengan penuh makna dan arti mendalam bagi yang menjalan ibadah puasa.

Berikut 10 contoh kultum puasa Ramadhan 7 menit singkat, sebagaimana telah Okezone himpun:

-Contoh 1

Melatih Kesabaran dengan Berpuasa

Salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan kepada kita semua adalah kembali mempertemukan kita dengan bulan yang sangat agung, yaitu bulan Ramadhan, untuk merasakan kembali nikmat berpuasa. Dengan berpuasa, kita semua bisa lebih mengerti arti dari seteguk air bagi tenggorokan yang haus. Dengan puasa, kita lebih tau manfaat sepiring nasi bagi perut yang sedang lapar.

Kendati demikian, puasa tidak hanya memiliki arti menahan diri dari haus dan lapar, lebih dari itu juga mengajarkan kepada kita semua perihal cara untuk melatih diri dengan bersabar. Orang yang sedang berpuasa tidak diperkenankan mengonsumsi dan mengerjakan hal-hal yang diperbolehkan di waktu tidak berpuasa sebelum sampai pada waktunya, yaitu berbuka.

Artinya, kita semua dituntut oleh Allah untuk bersabar sebelum mencapai waktu diperbolehkan makan, minum, dan lainnya.

Karena itu, tujuan pokok di balik disyariatkannya puasa adalah agar orang-orang yang berpuasa dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 183).

Menarik untuk dibahas dalam hal ini adalah hubungan puasa dengan ketakwaan itu sendiri. Mengapa Allah menjadikan takwa sebagai tujuan pokok daripada puasa, mengapa bukan lainnya?

Syekh Muhammad Ali As-Shabuni dalam salah satu karyanya menjelaskan alasan mengapa takwa menjadi tujuan pokok di balik syariat puasa.

Menurutnya, takwa adalah pokok dari kesabaran. Orang yang sedang puasa dilatih untuk bertakwa kepada Allah untuk taat kepada-Nya, baik di waktu rahasia maupun terbuka.

Dalam keadaan rahasia, bisa saja seseorang tidak taat kepada-Nya dengan cara tidak puasa, namun di saat itulah ketakwaan dan keimanannya diuji oleh Allah. Bisakah dia bersabar dan terus berpuasa hingga mencapai waktu berbuka; atau justru terbawa oleh rayuan nafsu yang jelek, sehingga tidak bersabar dan berhenti puasa.

Karena itu, dengan berpuasa seseorang akan semakin terdidik untuk semakin bertakwa kepada Allah dan taat kepada-Nya, sebagaimana dikatakan oleh Syekh Ali As-Shabuni:

الصوم يهذّب النفس البشرية، بما يغرسه فيها من خوف الله، ومراقبته في السر والعلن، ويجعل المرء تقياً نقياً يبتعد عن كل ما حرّم الله

Artinya, “Puasa bisa mendidik jiwa manusia, dengan sesuatu yang telah tertanam dalam jiwanya, berupa takut kepada Allah, dan selalu merasa diawasi, baik di waktu rahasia maupun terbuka. Dan, (puasa) juga menjadikan seseorang bertakwa dan bersih, serta jauh dari setiap sesuatu yang diharamkan oleh Allah.” (Muhammad Ali As-Shabuni, Tafsiru Ayatil Ahkam, [Damaskus, Maktabah Al-Ghazali: 1400 H], juz I, halaman 93).

Ketakwaan dan kesabaran merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan dalam menjalani ibadah puasa. Keduanya merupakan konsekuensi dari adanya puasa itu sendiri. Artinya, orang yang berpuasa sedang melatih dirinya untuk terus berada di jalan yang telah sariat Islam tentukan, dengan tujuan menjalankan perintah-Nya (imtitsalan li amrih) dan berharap pahala dari-Nya (ihtisaban lil ajri). Ini merupakan intisari di balik syariat puasa. Karenanya, dalam beberapa riwayat Rasulullah menyebutkan bahwa puasa merupakan separuh dari kesabaran. Nabi bersabda:

الصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ

Artinya, “Puasa adalah separuh kesabaran.” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad).

Syekh Abdurrauf Al-Munawi (wafat 1031 H) dalam salah satu karyanya mengatakan bahwa puasa dan sabar memiliki kandungan yang sama. Sabar adalah memampukan diri untuk mengerjakan semua yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-Nya, sedangkan puasa adalah menahan keinginan hawa nafsu agar tidak menerobos hal-hal yang diharamkan ketika puasa. (Al-Munawi, Faidhul Qadir Syarhil Jami’is Shagir, [Mesir, Maktabah at-Tijariyah: 1356 H], juz III, halaman 372).

Sedangkan Syekh Waliyuddin Abu Abdillah At-Tibrizi (wafat 741 H) dalam kitabnya mengatakan, alasan di balik puasa menjadi bagian dari kesabaran adalah karena sabar merupakan upaya untuk mengajak diri sendiri dalam mengerjakan kewajiban dan menahan dari perbuatan yang diharamkan. Sedangkan puasa adalah upaya untuk menahan keinginan hawa nafsu yang terus mengajak pada keharaman tersebut. (Syekh Waliyuddin, Misykatul Mashabih ma’a Mir’atil Mafatih, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah], juz II, halaman 35).

Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa mendapatkan keuntungan di bulan Ramadhan, dan tidak termasuk orang-orang yang menyia-nyiakannya. Aamiin.

-Contoh 2

Keistimewaan dari Puasa

Dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa puasa memiliki beberapa keistimewaan dibanding ibadah-ibadah pada umumnya. Salah satu hadits yang menjelaskan kelebihan puasa dibanding ibadah lainnya adalah hadits qudsi berikut,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَام، فَإنَّهُ لِي وَأنَا أجْزِي بِهِ

Artinya, "Semua amal perbuatan anak Adam -yakni manusia- itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya.”

Secara substansi hadits qudsi tersebut ingin menyampaikan bahwa ibadah puasa memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Kata “untuk-Ku” adalah bentuk penyandaran ibadah puasa kepada Allah swt yang menunjukkan betapa puasa merupakan ibadah yang memiliki kedudukan lebih dibanding ibadah lainnya.

Dalam beberapa hal, penyandaran sesuatu kepada Allah swt juga terjadi. Seperti kata Ka’bah yang memiliki nama lain Baitullah (rumah Alllah). Kata bait disandarkan pada kata Allah. Ini menunjukkan bahwa Ka’bah merupakan tempat yang memiliki kedudukan tinggi dibanding tempat-tempat lainnya.

Dari hadits tersebut, ada satu hal yang perlu kita garis bawahi yaitu kalimat “karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya”. Kalau kita cermati, pasti muncul sebuah pertanyaan besar; bukankah semua ibadah itu akan dibalas oleh Allah swt? Lalu mengapa dalam hadits di atas seolah hanya puasa yang langsung dibalas oleh-Nya? Seolah menegasikan ibadah-ibadah yang lainnya.

Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan hadits tersebut. Mengapa puasa memiliki keistimewaan di sisi Allah swt dibanding amal ibadah lainnya? Berikut beberapa pendapat di antaranya.

Pertama, puasa adalah ibadah yang tidak bisa terjerumus dalam riya (pamer). Puasa merupakan ibadah yang bersifat abstrak. Artinya ibadah puasa tidak memiliki gerakan yang bisa membedakan antara orang yang sedang berpuasa dengan yang tidak.

Berbeda dengan ibadah lainnya. Seperti shalat, haji, zakat dan lainnya. Antara orang yang sedang shalat dengan yang tidak, bisa kita bedakan dengan mudah, karena shalat bisa dilihat dengan gerakan yang bisa membedakan mana yang sedang shalat dan mana yang bukan.

Antara orang yang sedang melaksanakan haji dengan yang tidak juga demikian, karena haji memiliki gerakan yang bisa membedakan antara mana yang sedang haji dan mana yang bukan. Meskipun puasa bisa terjerumus dalam sifat riya (pamer), itu pun hanya bisa diungkapkan dengan ucapan. Misal ada orang berpuasa, dengan maksud memamerkan puasanya, ia berkata, “Saya ini sedang berpuasa, loh.” Tapi, sekali lagi, itu hanya bisa diperlihatkan dengan ucapan. Berbeda dengan ibadah lainnya yang bila terjerumus dalam riya melalui gerakan atau pun ucapan.

Kedua, puasa mampu melumpuhkan setan. Saat sedang berpuasa, maka kita akan menahan diri untuk tidak makan dan minum sampai waktu magrib tiba.

Ketika makanan dan minuman tidak masuk dalam tubuh, maka nafsu (syahwat) dalam diri akan terkendali. Sementara nafsu (syahwat) merupakan pintu masuk utama bagi setan untuk menjerumuskan manusia dalam lembah maksiat.

Ketiga, pahala puasa lebih besar dibanding ibadah lainnya. Menurut Al-Qurtubi, setiap amal ibadah sudah ditentukan besar pahala yang diperoleh, dari mulai dilipatkan 10 kali, 700 kali, dan sampai yang Allah kehendaki.

Keempat, pahala melihat Allah SWT. Dalam kitab Durrah an-Nashihin (hal. 13), Syekh Utsman Syakir dengan mengutip pernyataan Abul Hasan menjelaskan, bahwa semua amal ibadah akan mendapatkan balasan berupa surga. Berbeda dengan puasa, pahalanya adalah bersua langsung dengan Allah swt di akhirat nanti, tanpa ada penghalang apapun.

-Contoh 3

Ramadhan Penuh Berkah

Saudara muslimku yang berbahagia, sesungguhnya kita mendapatkan rahmat dan berkat yang luar biasa dari Allah SWT, yang mana hingga pada hari ini, kita masih diberi kesempatan untuk merasakan kenikmatan ibadah di bulan suci ramadhan.

Berpuasa menjadi ibadah yang wajib untuk kita lakukan. Tujuan menjalankan puasa ramadhan yaitu untuk mendapat derajat taqwa di sisi Allah. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah ayat 18).

Dari ayat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa kewajiban berpuasa telah ada bahkan sejak zaman dahulu. Bahkan, puasa sudah dikenal bahkan sejak zaman Mesir Kuno dan bahkan meluas sampai ke Yunani hingga Romawi. Allah pun mengabarkan kepada umat Rasulullah, bahwa puasa hukumnya wajib. Ketika tahu bahwa puasa hukumnya wajib, maka hal ini akan terasa ringan dilaksanakan.

Bentuk ketaqwaan seorang muslim juga dapat dilihat dari caranya berpuasa. Pertama, orang yang berpuasa wajib meninggalkan perkara yang dilarang oleh Allah, entah itu makan, minum, jima’ dan lain-lain.

Kedua, orang berpuasa sebenarnya mampu melakukan kesenangan-kesenangan yang bersifat duniawi. Akan tetapi, orang yang memahami hakikat bulan ramadhan tentu akan lebih memilih untuk memperbanyak amal ibadah dibanding melakukan sesuatu yang tidak berfaedah. Hal ini juga dapat menjadi latihan emosional sekaligus spiritual yang berguna untuk mengasah ketaqwaan.

Ketiga, orang yang berpuasa dan kuat imannya akan lebih sadar bahwa Allah SWT mengawasinya. Sehingga, mereka akan lebih mampu mengendalikan diri untuk menahan hawa nafsu dan meninggalkan perkara yang membuat Allah murka.

Selain itu, berpuasa di bulan ramadhan juga dapat memberikan hikmah tersendiri bagi muslim yang taat menjalankannya. Hikmah tersebut yaitu:

Mendekatkan diri kepada Allah, mengendalikan hawa nafsu, membiasakan hidup teratur, disiplin waktu, melatih rasa empati dan menumbuhkan kasih sayang, kesetaraan bagi yang kaya dan miskin, melatih berakhlak mulia, dan melatih kecerdasan emosional.

-Contoh 4

Kisah Rasulullah tentang Puasa

Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah SAW berkunjung ke rumah seorang wanita bernama Ummu 'Umarah. Begitu Rasulullah datang Ummu 'Umarah segera mempersilahkan beliau masuk. Tak lama kemudian, ia segera menghidangkan makanan untuk beliau.

Rasulullah sangat dikenal menghormati pemilik rumah. Ketika diberikan hidangan, beliau pun menyantapnya. Namun ketika beliau melihat pemilik rumah tidak ikut makan, beliau berkata "Makanlah, wahai Ummu 'Umarah!" Kemudian Ummu menjawab "Saya sedang berpuasa”. sangat senang mendengar salah satu kaumnya berpuasa. Kemudian beliau bersabda,

"Sesungguhnya orang yang berpuasa itu selalu didoakan oleh Malaikat. Terutama jika ada orang yang makan di tempatnya. Orang berpuasa itu akan didoakan hingga orang makan itu selesai menyantap makanannya”.

Dari apa yang telah dikatakan Rasulullah, Ummu 'Umarah sangat bersyukur. Ia secara langsung mendapatkan pelajaran tentang berpuasa dari Rasulullah SAW.

Dalam kesempatan lain, Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang memberi buka orang yang berpuasa, ia mendapat pahala seperti seperti pahala orang yang berpuasa itu.Tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu”.

Tak hanya itu, perintah berpuasa juga difirmankan dalam Al Quran oleh Allah SWT, Surat Al Baqarah.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa." (Q. S. Al Baqarah (2):183)

Ibadah puasa memang memiliki kedudukan tersendiri di sisi Allah SWT. Di mana Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda sesuai kualitas puasa yang dilakukan oleh seorang hambaNya. Semakin tinggi kualitas puasanya, maka semakin banyak pula pahala yang didapatkannya. Artinya puasa yang dilakukannya, bukanlah satu aktivitas untuk menahan tidak makan dan minum belaka

Puasa merupakan peribadatan yang utama yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasulullah. Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. menyatakan sabda Rasulullah.

"Setiap anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah SWT berfirman: Kecuali puasa, mama Aku akan membalas orang yang mengerjakannya karena dia telah meninggalkan keinginan bahwa nafsunya dan makannya karena Aku”. (Shahih, HR. Muslim).

Perlu dijadikan catatan penting bahwa berpuasa tidak hanya menahan lapar dan haus serta hal lain yang dapat membatalkannya. Orang yang berpuasa juga harus menjaga lisan dan anggota tubuhnya dari hal yang diharamkan oleh Allah SWT.

-Contoh 5

Shalat Tiang Agama

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Swt., yang sudah memberi nikmat berupa kesehatan hingga hari ini. Tidak lupa shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw., serta keluarga, para sahabat, sampai kepada kita umatnya yang mudah-mudahan selalu taat mengikuti sunah-sunahnya.

Dalam kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan satu hadis yang maknanya begitu mendalam mengenai shalat. Isi hadis itu berbunyi:

"Salat adalah tiang agama, barang siapa mendirikannya maka sungguh ia telah menegakkan agama (Islam) itu dan barang siapa meninggalkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu." (Baihaqi)

Hadis di atas menggambarkan betapa pentingnya shalat. Bahkan shalat diibaratkan sebagai tiang atau pondasi agama.

Bayangkan saja bila rumah didirikan tanpa pondasi, apakah rumah itu bisa berdiri tegak? Tentu saja jawabannya tidak!

Pun demikian dengan agama Islam, jika kita tak mendirikan shalat, roh Islam di dalam diri seorang Muslim akan mudah roboh. Bahkan dalam hadis lain, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda:

"Yang pertama kali ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat adalah perhatian kepada shalatnya. Jika shalatnya baik, dia akan beruntung (dalam sebuah riwayat disebutkan dia akan berhasil). Dan jika sholatnya rusak, dia akan gagal dan merugi." (Thabrani)

Maka artinya, salat merupakan ibadah wajib yang tak bisa kita tinggalkan begitu saja. Sebab ia adalah tiang agama dan merupakan amalan yang akan Allah Swt., hisab pertama kali di akhirat kelak.

Itulah kultum singkat tentang salat. Semoga ada manfaatnya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

-Contoh 6

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Puji syukur senantiasa kita haturkan ke hadirat Allah Swt., yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa berkumpul di tempat penuh barokah ini tanpa kekurangan suatu apapun.

Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan ceramah singkat tentang kematian. Dalam Al-Qur'an surat Ali Imron ayat 185 telah dijelaskan bahwa kematian pasti akan menghampiri setiap manusia yang hidup di dunia.

Mengenai waktunya, tidak ada satu pun manusia yang tahu kapan ajalnya akan menjemput. Ingat Saudaraku, kehidupan ini hanyalah sementara. Kehidupan akhiratlah yang kekal.

Mulailah untuk banyak berbuat kebaikan dan amalan sebagai bekal di akhirat kelak karena tidak ada yang bisa menolong kita selain amal perbuatan kita sendiri. Allah Swt. telah menyiapkan surga bagi orang-orang yang gemar berbuat baik dan Allah Swt. akan memasukkan ke neraka bagi orang-orang yang lalai dalam kehidupannya di dunia.

Oleh karena itu, jangan sampai kita terlena dengan keadaan yang ada di dunia yang fana ini. Itu semua hanyalah bersifat sementara yang bisa diambil kapan pun oleh Allah. Demikianlah ceramah singkat tentang kematian dari saya.

Semoga bisa menjadi pengingat dan menambah ketaatan kita. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

-Contoh 7

Tujuan dari Puasa

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang sudah memberikan limpahan nikmat yang tak terkira sampai hari ini. Hingga akhirnya kita bisa bertemu kembali di Bulan Ramadhan yang penuh berkah.

Tidak lupa, selawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, hingga sampai kepada kita semua selaku umatnya.

Melalui kesempatan ini, izinkan saya untuk menyampaikan sebuah kultum yang singkat mengenai tujuan puasa di bulan Ramadan.

Sebelumnya, mari kembali kita ucapkan rasa syukur terhadap Allah, sebab kita masih diberi kesempatan umur oleh Allah untuk bertemu dengan bulan yang penuh kenikmatan ini. Mari sama-sama ucapkan bacaan hamdalah "Alhamdulillahirabbil alamin,"

Mengenai anjuran berpuasa di bulan Ramadan, sesungguhnya sudah Allah firmankan lewat ayat Al-Qur’an Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:

"Yaa ayuhaladzi na aamanuu kutiba alaikumusyiam kamaa kutiba alalladzina min khoikikum laallakum tatakuun"

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Dari penggalan ayat di atas jelas, Allah mewajibkan berpuasa bagi setiap orang yang beriman. Melalui ayat tersebut, Allah ingin kita menjalani puasa dengan maksud agar kita menjadi orang yang bertakwa.

Maka dari itu, sebelum ketakwaan dicapai bagi setiap orang yang berpuasa mereka untuk menahan diri dari segala nafsunya selama satu bulan penuh, selain makan dan minum.

Kelak di akhirat, manusia yang berhasil dan benar-benar memaknai puasa dengan sebaik-baiknya, maka ia akan sampai pada derajat ketaqwaan yang paling tinggi terhadap Allah.

Semoga kita semua yang dengan ikhlas menjalani ibadah puasa sanggup untuk sampai ke tujuan hakiki bulan puasa. Pada dasarnya sesuatu yang dijalani dengan hati yang lapang dan ikhlas akan diberikan kemudahan dan keberkahan dari setiap langkahnya oleh Allah SWT. Maka dari itu jalani puasa selama satu bulan dengan penuh keikhlasan dalam hati sehingga puasa yang kita jalani pada akhirnya tidaklah sia-sia.

Itulah kultum singkat yang dapat saya sampaikan. Segala manfaat dan pengetahuan semua datangnya dari Allah, sementara jika ada salah ucap atau perbuatan datanya dari saya, sebagai manusia biasa. Semoga dengan lapang hati bisa dibukakan pintu maaf dengan lapang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Contoh 8

Puasa dan Sabar

Saudaraku Seiman.

Alhamdulillāh dihadapan kita ada sebuah bulan yang mulia bulan Ramadhān, bulan Ramadhān merupakan bulan kita bershaum yaitu berpuasa. Bulan Ramadhān adalah bulan untuk menempa kesabaran kita.

Pada saat kita berpuasa ditempa kesabaran kita di mana kesabaran yang ditempa di bulan Ramadhān ada 3 macam:

Sabar untuk Mentaati Allāh

Karena kita berpuasa untuk mentaati perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sabar untuk Meninggalkan Maksiat

Karena saat kita berpuasa kita dianjurkan untuk meninggalkan perbuatan maksiat.

Sabar Menghadapi Musibah

Karena dahaga, lapar dan haus kita adalah musibah yang menimpa kita.

Maka di bulan Ramadhān ini kesabaran kita betul-betul ditempa, makanya bulan Ramadhān disebutkan juga dengan شَهْرُ الصبر yaitu bulan kesabaran.

Karena kesabaran itu saudaraku sekalian, merupakan pokok keimanan artinya modal keimanan.

Ali bin Abi Thālib berkata:

الصَّبْرُ مِنَ الْإِيمَانِ، بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ

“Sabar di dalam keimanan bagaikan kepala untuk badan kita.”

Sebagaimana badan kita tidak akan hidup tanpa kesabaran artinya badan kita tidak akan hidup tanpa kepala, demikian pula iman kita tidak akan hidup tanpa kesabaran.

Karena untuk masuk Surga itu berat, perintah-perintah Allāh tidak sesuai dengan hawa nafsu kita, sementara larangan-larangan Allāh sering kali sesuai dengan syahwat kita.

Di situlah kesabaran sangat kita butuhkan.

Maka saudaraku sekalian, terlebih betapa agungnya pahala kesabaran.

Allāh Ta’āla berfirman dalam Al-Qur’ān:

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍۢ

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu diberikan pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar [39]: 10)

Oleh karena itu pahala shaum (puasa) itu tanpa batas. Kalau amalan-amalan lain ditulis oleh Allāh 10 sampai 700 kali lipat. Tapi untuk shaum karena ia berhubungan dengan kesabaran maka pahalanya hanya Allāh yang Maha Tahu.

Betapa agungnya saudaraku sekalian shaum dan betapa kita sangat membutuhkan shaum, karena di situlah kesabaran kita sangat ditempa.

Di bulan Ramadhān ini kita akan ditempa kesabaran kita, sabar untuk berpuasa, sabar untuk shalat tarawih, sabar untuk membaca Al-Qur’ān, sabar untuk selalu di atas kebaikan, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan yang bisa merusak shaum kita.

Maka kita berharap, mudah-mudahan di bulan Ramadhān ini kesabaran kita semakin meningkat, kita tidak lagi berkata bahwa kesabaran saya ada batasnya, tapi dengan adanya bulan Ramadhān kesabaran kita menjadi tidak terbatas. Kita terus bersabar di atas keimanan kita dan ketakwaan sampai kita meninggal dunia.

Semoga Allāh memberikan kepada kita kekuatan dengan datangnya bulan Ramadhān ini, dan dijadikan kita sebagai hamba Allāh yang sabar menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan yang menerpa. Sabar untuk mentaati Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan sabar untuk meninggalkan kemaksiatan kepada Allāh Azza wa Jalla.

Contoh 9

Seorang yang Ahli Dzikir dan Syukur

Segala puji hanya milik Allah SWT. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui setiap isi hati hamba-hamba-Nya, senantiasa melimpahkan petunjuk-Nya kepada kita sehingga kita menjadi orang-orang yang istiqomah di jalan-Nya.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada kekasih Allah, baginda nabi Muhammad SAW.

Saudaraku, semoga kita menjadi ahli dzikir dan ahli syukur. Rasulullah SAW. mengajarkan sebuah doa supaya kita menjadi hamba yang ahli dzikir dan syukur. Doa tersebut berbunyi, “Allahumma a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika, wa husni ‘ibaadatik.’ (Ya Allah, bimbinglah aku untuk mengingatMu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepadaMu).” (HR. An Nasa’i dan Ahmad)

Menurut Rasulullah SAW, manusia itu bisa menjadi makhluk yang ajaib. Manusia yang mana? Yaitu manusia yang beriman kepada Allah SWT. Orang beriman itu manusia ajaib, dia tidak pernah rugi, diberi nikmat dia bersyukur dan diberi ujian dia bersabar.

Keduanya menjadi kebaikan. Jadi kalau kita memiliki dua keahlian saja, yaitu ahli dzikir dan ahli syukur, maka tidak akan ada kejadian seperti apapun yang membuat kita rugi.

Allah akan melipatgandakan karunia bagi hamba-Nya yang bersyukur. Kalau diumpamakan adalah seperti satu butir benih yang jatuh ke tanah dan disiram hujan. Benih itu kemudian tumbuh menjadi sebuah pohon yang semakin tinggi besar nan subur dan menjadi jalan kehidupan bagi tumbuhnya pohon-pohon lainnya. Atau seperti anak sapi yang makan rumput,

kemudian dia tumbuh besar dan sehat, menghasilkan daging dan susu yang berlimpah. Demikianlah gambaran Allah melipatgandakan karunia bagi hamba-Nya yang bersyukur.

Maka jangan pernah takut akan nikmat yang belum ada. Karena semuanya sudah ada di sisi Allah SWT.

Yang seharusnya kita takutkan adalah jika kita tidak bersyukur atas karunia Allah yang telah kita rasakan selama ini.

Padahal syukur itu adalah bagaikan tali, yang mengikat nikmat yang telah ada dan menarik nikmat yang belum ada.

Takutlah jika tali ini tidak ada di dalam diri kita. Karena Allah SWT. berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu..” (QS. Ibrahim [14] : 7)

Jadi sebenarnya jangan sibuk memikirkan nikmat yang belum ada, melainkan sibuklah memikirkan syukur yang belum ada atas segala nikmat yang telah kita rasakan selama ini. Karena yang belum ada itu sudah janji Allah akan menambahkannya jikalau kita bersyukur.

Saudaraku, semoga Allah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita menjadi ahli dzikir dan ahli syukur. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

Contoh 10

3 Makna Puasa sebagai Perisai

Ramadhan datang dengan segala keutamaan. Selama sebulan penuh umat Islam seluruh dunia serentak melaksanakan ibadah puasa dengan niat memenuhi perintah Allah. Dalam Islam, selain bernilai ibadah dan bukti ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya, puasa memiliki banyak keutamaan. Salah satu keutamaan puasa yang diketahui ialah puasa sebagai perisai bagi pelakunya.

Imam Al-Bukhari dalam kitabnya meriwayatkan hadits:

حدثنا عبد الله بن مسلمة عن مالك عن أبي الزناد عن الأعرج عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صم قال: الصيام جنة فلا يرفث ولا يجهل. وإن امرؤ قاتله أو شاتمه فليقل: إني صائم- مرتين- والذي نفسي بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك، يترك طعامه وشرابه وشهوته من أجلي، الصيام لي وأنا أجزي به، والحسنة بعشر أمثالها

Artinya: “Menceritakan kepadaku Abdullah bin Maslamah, dari Malik dari Abiz Zinad dari Al-A’raj dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Puasa merupakan perisai, janganlah kalian berucap kotor dan janganlah melakukan hal yang bodoh. Jika ada seseorang yang mengajak berkelahi atau mencaci maka hendaklah mengucapkan, ‘Saya sedang berpuasa’ –dua kali-. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kasturi. Ia meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya karena-Ku. Puasa milik-Ku dan Aku akan membalasnya. Satu kebaikan bernilai 10 kali lipatannya”. (HR Al-Bukhari).

Hadits di atas menjelaskan beberapa keutamaan puasa sebagai perintah Allah. Di antaranya, salah satu keutamaan puasa ialah puasa yang diibaratkan sebagai perisai bagi pemiliknya. Lantas apa sebenarnya maksud dari perisai di sini?

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya menjelaskan tiga (3) makna puasa sebagai perisai: Puasa sebagai perisai dari api neraka. Disebutkan juga puasa diibaratkan perisai yang digunakan saat berperang untuk melindungi diri dari serangan musuh. Maksudnya ialah karena puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Islam yang diibaratkan sebagai perisai untuk menjaga diri dari api neraka.

Puasa sebagai perisai yang menjaga pemiliknya dari syahwat yang melukainya. Dalam melaksanakan puasa, umat Islam seyogianya (bahkan diharuskan) menjaga diri dari hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan membatalkan pahala puasa.

Karenanya dalam hadits di atas disebutkan setelahnya larangan untuk berkata kotor maupun berbuat hal bodoh seperti menghina, mencela dan lainnya agar pahala puasa yang dilakukan tidak berkurang apalagi lenyap. Puasa sebagai perisai dari melakukan dosa dan dari api neraka. Puasa dikatakan benteng dari melakukan dosa dan api neraka karena dengan berpuasa seseorang menahan dirinya dari ajakan syahwat di mana neraka diliputi oleh syahwat.

وقال ابن العربي: إنما كان الصوم جنة من النار لأنه إمساك عن الشهوات, والنار محفوفة بالشهوات

Artinya: “Ibnu Arabi berkata: puasa merupakan perisai dari api neraka dikarenakan ia menahan dari syahwat, sedang api neraka diliputi oleh syahwat”. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, [Beirut, ar-Risalah al-Alamiyah], juz VI, hal 254).

Puasa sebagai perisai yang menjaga diri dari api neraka berlaku selagi pemiliknya tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa. Sebagaimana hadits riwayat Imam Al-Bukhari berikut:

حدثنا أدم بن أبي إياس حدثنا ابن أبي ذئب حدثنا سعيد المقبري عن أبيه عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صم: "من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

Artinya: “Menceritakan kepadaku Adam bin Abi Iyas, menceritakan kepadaku Ibnu Abi Dzi’b, menceritakan kepadaku Said Al-Maqbari dari ayahnya dari Abi Hurairah ra berkata: “Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan haram maka tidak ada hajat bagi Allah meski ia meninggalkan makan dan minum”.” (HR Al-Bukhari).

Dalam momen Ramadhan ini mari bersama-sama menjaga diri agar puasa kita tidak hanya mendapatkan rasa haus, lapar dan lelah saja. Semoga puasa yang kita laksanakan di bulan Ramadhan mendapatkan kesempurnaan di sisi Allah. Aamiin.

Itulah 10 contoh kultum puasa Ramadhan 7 menit singkat. Wallahu a'lam bisshawab.

(RIN)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement