Lebih lanjut, selain bulan syawal dan apit/selo/dzulqa'dah, dalam kepercayaan masyarakat Jawa muncul pandangan adat tentang konsep bulan-bulan "Duda" yang bersumber dari spekulasi otak-atik kaidah perhitungan Aboge. Serta kalender urfi sistem aboge, dikenal siklus windu atau per 8 tahunan.
"Tahun-tahun lainnya ada padanan hari/pasarannya. Yang tidak ada padanannya itulah yang ditetapkn sebagai tahun duda. Maka dihindari helat perkawinan pada tahun-tahun 'duda'," jelas KH Sirril Wafa.
Selain itu, supaya tidak terjadi perceraian, terdapat spekulasi yang menarik di dalam aturan adat, antara lain tertolak oleh segmen-segmen tata cara Nabi Shallallahu alaihi wassallam berprilaku sebagai sunah dalam kehidupan sehari-hari.
"Inilah antara lain makna Nabi sebagai uswatun hasanah (contoh yang baik)," pungkasnya. Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)