Tagline haji ramah lansia di musim 2023 menjadi pengalaman penting penyelenggaraan haji tahun depan. Kualitas layanan akan terus ditingkatkan untuk mendukung program ramah lansia yang kemungkinan akan dilanjutkan sebagai akselerasi mengurangi antrian sebagai dampak peniadaan pelaksanaan haji tahun 2020 dan 2022 serta pengurangan kuota pada 2022 karena pandemi covid 19.
Tahun ini, jamaah lanjut usia (lansia) yang berangkat haji sebanyak 66 ribu orang lebih atau 30% dari kuota jemaah haji Indonesia. Selain itu, Kemenag menerapkan kebijakan baru meniadakan pendamping jamaah lanjut usia (lansia) dan mahram. Langkah itu baru pertama dilakukan pada 2023 untuk merealisasikan penyelenggaraan ibadah haji berkeadilan.
Tingginya jamaah lansia tersebut menghadirkan tantangan dalam penyelenggaran haji tahun ini. "Sekarang sudah punya pengalaman, haji ramah lansia, tanpa pendamping, tahun depan kalau memunginkan lansinya untuk yang betul betul pendamping bisa dipertimbangkan," kata Inspektorat Jenderal (Irjen) Kemenag Faisal Ali Hasyim kepada Media Center Haji (MCH) di Makkah, Selasa (4/7) malam waktu Arab Saudi.
Menurut Faisal, keputusan akhir menjadi wilayah dari Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. "Yang punya kewenangan pak menteri, tapi beliau terbuka dengan usulan dan masukan. Nah, tantangan kita menyiapkan data. Sekarang ini banyak lansia berdasar data Siskohat. Tapi, yang betul betul persis butuh pendamping berapa," tambah Faisal.
Pendamping lansia di tahun depan, menurut Faisal dimungkinkan karena waktu yang tersedia tahun ini cukup panjang dibandingkan 2023. Faisal menjabarkan, pada pelaksanaan haji tahun ini, salah satu kendala yang dihadapi adalah verifikasi dokumen jemaah.
Karena itu, fokusnya sekarang adalah bagaimana memperbaiki pendataan yang sempat memunculkan beberapa masalah. Salah satunya dengan rencana menggunakan Artificial Intelligence (AI) dalam pelayanan haji 2024. Khususnya terkait dengan verifikasi dokumen jemaah haji. Faisal mencontohkan, request visa jemaah haji yang agak lama karena terkendala di Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat).
"Di Siskohat ada yang satu nama tapi di endorsement-nya tiga nama itu enggak ada atau upload fotonya juga kurang. Saya sudah minta ke Tim Irjen untuk tahun depan, kita dengan teman-teman Siskohat mendorong Artificial Intelligence di situ," katanya.
Dengan penggunaan AI, kata Faisal, apabila ada yang meng-input cuma satu suku kata kalau belum melampirkan lembar persetujuan halaman tiga akan ditolak. Sehingga tidak seperti sekarang ini, kata Faisal, semua lempar-lempar dari kabupaten ke provinsi dan dari provinsi ke pusat.
Kemudian dari pusat karena dinilai kurang lalu lempar lagi ke kabupaten dan kota. "Ini juga catatan yang akan saya perbaiki yaitu, penyiapan data dokumen jemaah. Proses request visa kemarin injury time baru keluar. Nah kalau itu semua lengkap di awal, luar biasa itu," tandasnya.
Sementara itu, Anggota Amirul Hajj 2023 Machendra Setya Atmaja juga menilai perlunya pendamping lansia atau yang resiko tinggi dari keluarga dapat dipertimbangkan untuk dibuka kembali. Banyak dari petugas ingin melayani maksimal jamaah lansia tapi menjadi canggung karena bukan mahram atau alasan lain. "Selain itu, screening kesehatan baik jasmani maupun psikis yang sangat akan berpengaruh pada penanganan di lapangan," ujarnya.
(Khafid Mardiyansyah)