3. Memperbanyak doa
Hendaknya imam memperbanyak doa sambil berdiri menghadap kiblat, bersungguh-sungguh mengangkat tangan ketika berdoa (sampai nampak ketiak), dan hendaknya imam mengarahkan punggung telapak tangannya ke langit. Para jamaah ketika itu juga dianjurkan untuk mengangkat tangan. Kemudian imam ketika itu mengubah posisi ridhonya (yang kanan dijadikan ke kiri dan sebaliknya).
Di sini jamaah tidak perlu mengubah posisi ridhonya, cuma khusus imam. Sebagaimana hal ini diterangkan oleh Syekh Umar Bazmoul dalam kitab "Bughyatul Mutathowwi".
4. Membaca doa istisqa
Di antara doa istisqo’ yang dibaca adalah:
اللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وَبَهَائِمَكَ وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ وَأَحْىِ بَلَدَكَ الْمَيِّتَ
"Ya Allah, turunkanlah hujan pada hamba-Mu, pada hewan ternak-Mu, berikanlah rahmat-Mu, dan hidupkanlah negeri-Mu yang mati." (HR Abu Dawud nomor 1176. Hasan)
اللَّهُمَّ أَغِثْنَا ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا
"Ya Allah, turunkanlah hujan pada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan pada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan pada kami." (HR Bukhari nomor 1014 dan Muslim: 897)
5. Mengerjakan sholat istisqa
Mengerjakan sholat istisqa dua rakaat sebagaimana sholat id. Pada rakaat pertama ada takbir tambahan (zawaid) sebanyak tujuh kali dan rakaat kedua takbir rambahan (zawaid) lima kali. Bacaan ketika sholat tersebut dijahrkan (dikeraskan).
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)