ABU Nawas mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa dia suka fitnah. Diawali saat suatu hari harta sosok humoris itu kian menipis. Ia juga sudah lama tidak jumpa dengan Baginda Raja.
Maka itu, Abu Nawas coba memancing agar diberi hadiah oleh Baginda Raja. Suatu hari dia membuat ulah di tengah keramaian pasar di Kota Baghdad. Kemudian Abu Nawas berbicara seperti bukan orang beriman.
"Wahai umat manusia, ketahuilah! Aku, Abu Nawas, adalah orang yang sangat membenci haq (kebenaran) dan suka fitnah. Aku juga orang yang lebih kaya dibandingkan Allah," ujar Abu Nawas sambil berteriak, dikutip dari Kalam Sindonews, Ahad (17/9/2023).
Semua orang terdiam dan terkejut. Padahal selama ini Abu Nawas dikenal sebagai seorang Muslim yang taat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Meskipun sering membuat lelucon, candaannya tidak pernah separah itu. Akibatnya, Abu Nawas ditangkap dan dibawa menghadap Raja.
"Hai Abu Nawas, benarkah engkau berkata begitu?" tanya Raja.
"Benar," jawab Abu Nawas.
"Mengapa engkau berkata begitu, sudah kafirkah engkau?" tanya Raja lagi.
"Ah, aku kira Baginda Raja juga seperti aku. Baginda Raja juga pasti membenci perkara yang haq," ucap Abu Nawas.
"Gila benar engkau!" bentak Raja.
"Jangan marah dulu wahai Baginda Raja. Dengarkan dulu keterangan dariku," kata Abu Nawas coba menguasai situasi saat itu.
Baca juga:
"Keterangan apa yang ingin engkau dakwahkan. Sebagai seorang Muslim, aku membela dan bukan membenci perkara yang haq, engkau harus tahu itu," kata Raja.
"Tuan, setiap ada orang yang membacakan talqin aku selalu mendengar bahwa mati itu haq dan neraka itu haq. Nah, siapakah orangnya yang tidak membenci mati dan neraka yang haq itu? Tidakkah Baginda Raja juga membencinya seperti aku?" jelas Abu Nawas.
Kemudian Raja terdiam sambil menyaring perlahan apa yang dikatakan oleh Abu Nawas. "Ya. Tentu saja. Kematian dan neraka adalah yang haq. Tapi, bagaimana dengan pernyataanmu yang menyukai fitnah?" tanya Raja.
"Bukan hanya aku. Baginda Raja juga menyukai fitnah. Baginda barangkali lupa bahwa di dalam Alquran disebutkan bahwa harta benda dan anak-anak kita adalah fitnah. Padahal, Baginda juga menyenangi harta dan anak-anak seperti halnya saya. Benar begitu Baginda?" tanya Abu Nawas.
Sekali lagi Raja mengaggung-angguk dan membenarkan pernyataan Abu Nawas. "Ya, memang begitu," jawabnya.
"Lalu, mengapa kau mengatakan lebih kaya dibanding Allah Yang Mahakaya?" tanya Raja untuk kesekian kalinya.
"Anak adalah kekayaan. Aku lebih kaya dari Allah, karena aku mempunyai anak, sedang Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan," jawab Abu Nawas.
Raja lagi-lagi terdiam. Semua benar, sehingga Raja hanya bisa mengangguk-angguk. "Ya, kami benar. Tetapi apa maksudmu berkata begitu di tengah pasar sehingga membuat keonaran?" tanya sang Raja.
"Dengan cara begitu, saya akan ditangkap dan kemudian dihadapkan kepada Baginda Raja seperti sekarang ini," jawab Abu Nawas.
"Apa perlunya kau menghadapku?"
Kemudian tidak disangka, Abu Nawas malah memberikan jawaban yang membuat orang-orang di sekitarnya tertawa.
"Agar bisa mendapat hadiah dari Baginda Raja," jawab Abu Nawas sambil tertawa kecil.
Sidang yang mulanya tegang, mendadak jadi penuh gelak tawa. Akhirnya Raja pun menyerahkan hadiah kepada Abu Nawas dan misi sufi itu berhasil.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)