Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Belajar Ilmu Fikih, Gus Baha Ungkap Manfaatnya yang Luar Biasa Besar

Hantoro , Jurnalis-Sabtu, 14 Oktober 2023 |07:14 WIB
Belajar Ilmu Fikih, Gus Baha Ungkap Manfaatnya yang Luar Biasa Besar
Ilustrasi Gus Baha beberkan manfaat luar biasa besar belajar ilmu fikih. (Foto: Istimewa/nu.or.id)
A
A
A

GUS Baha membahas manfaat luar biasa belajar ilmu fikih. Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini mengatakan para kiai ahli fikih harus bangga dengan ilmu atau kealiman yang dimiliki.

"Sebab kalau kita menjadi wali, mungkin yang sowan kepada kita akan banyak, dan gulamu (untuk menggambarkan hadiah yang diberikan saat seseorang sowan) banyak," kata Gus Baha, dikutip dari nu.or.id, Sabtu (14/10/2023).

"Tapi kalau kita menjadi seorang yang ahli ilmu atau alim, orang yang mengaji kepada kita akan banyak dan orang yang menjadi tahu soal ilmu fikih juga banyak," imbuhnya.

Info grafis Gus Baha. (Foto: Okezone)

Gus Baha mengatakan di era modern ini agak ruwet dengan adanya fenomena orang tidak mandi, rambutnya gondrong, di pinggir gunung, dan tidak pernah keluar sudah dianggap wali.

Berbeda dengan orang alim yang mandi, dandanannya rapi, dan pakai parfum pasti tidak akan ada yang menganggapnya wali.

"Padahal bisa saja dia (yang dandanannya rapi) wali," lanjut pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA ini. 

Gus Baha menyebut jika seseorang menjadi wali yang mendapatkan manfaat adalah diri pribadi orang itu saja, sebab orang itulah yang diberi uang, misalnya, dan dihormati.

Namun jika menjadi alim, yang akan mendapat manfaat yakni agama Islam. Dengan alim atau ahli fikih, orang-orang menjadi mengaji kepada orang alim tersebut.

"Jadi orang-orang ingin belajar fikih, cara sholat, cara haji, cara istinja, dan belajar Islam secara benar," ungkapnya.

Kealiman atau kedalaman ilmu tersebut, menurut Gus Baha, juga sesuai khazanah keluarga Kiai Kajen yang ta'dimul ilmi atau ilmu adalah segala-galanya.

Gus Baha juga mengisahkan bahwa ia pernah mendengar cerita Mbah Mu'adz Thohir, pengasuh Pondok Pesantren Kulon Banon dan Pondok Pesantren Roudhoh At-Thohriyyah Kajen.

"Dulu ada anak Kajen yang hendak mondok di suatu pondok pesantren. Karena musholanya ada najis dan tidak disucikan, akhirnya anak tersebut tidak jadi dipondokkan di situ," kisahnya.

Menurut Gus Baha, ukuran atau standar akan hal itu adalah ilmu fikih.

"Jadi kalau ada orang ahli fikih yang memetik buahnya ialah agama Islam. Karena orang-orang jadi tahu halal haram, cara bersuci, cara shalat dan lain sebagainya," pungkasnya.

Wallahu a'lam bisshawab

(Hantoro)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement