3. Wanita juga boleh sholat gerhana bersama kaum pria
Hal ini berdasarkan riwayat dari Asma binti Abi Bakr, beliau berkata:
أَتَيْتُ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – زَوْجَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ يُصَلُّونَ ، وَإِذَا هِىَ قَائِمَةٌ تُصَلِّى فَقُلْتُ مَا لِلنَّاسِ فَأَشَارَتْ بِيَدِهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ . فَقُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ أَىْ نَعَمْ
"Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha –istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam– ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan sholat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: 'Kenapa orang-orang ini?' Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, 'Subhanallah (Maha Suci Allah).' Saya bertanya: 'Tanda (gerhana)?' Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya." (HR Bukhari Nomor 1053)
4. Menyeru jamaah dengan panggilan "Ash-sholatu jaamiah" dan tidak ada azan maupun iqamah
Dari Aisyah Radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan:
أنَّ الشَّمس خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَبَعَثَ مُنَادياً يُنَادِي: الصلاَةَ جَامِعَة، فَاجتَمَعُوا. وَتَقَدَّمَ فَكَبرَّ وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.
"Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jamaah dengan: 'ASH-SHOLATU JAAMIAH' (mari kita lakukan sholat berjamaah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali rukuk dan empat kali sujud dalam dua rakaat." (HR Muslim nomor 901).
Dalam hadits ini tidak diperintahkan mengumandangkan azan dan iqamah. Jadi, azan dan iqamah tidak ada dalam sholat gerhana.
5. Berkhotbah setelah sholat gerhana
Disunnahkah setelah sholat gerhana untuk berkhotbah, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy-Syafii, Ishaq, dan banyak sahabat (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/435).
Khotbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana sholat id, bukan dua kali khotbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafii. (Lihat Syarhul Mumthi’, 2/433)
Itulah penjelasan mengenai amalan saat gerhana bulan. Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)