DIKISAHKAN Nabi Musa Alaihissallam mengalami sakit gigi. Ia menyampaikan keluhan dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar sakit gigi yang didera bisa segera sembuh.
Seketika Allah Azza wa Jalla memerintahkan Nabi Musa Alaihissallam untuk mengobati sakit gigi itu dengan tanaman obat. Demikian dikisahkan Ustadz Muhammad Aiz Luthfi, pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah, Subang, Jawa Barat, dikutip dari Kemenag.go.id.
"Ambillah rumput itu dan letakkan di gigimu," perintah Allah kepada Nabi Musa Alaihissallam, seperti dikisahkan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nurudh Dholam (Syekh Nawawi Al-Bantani, Nurudh Dholam, (Kediri: PPA, tt), halaman 11)
Setelah mendapat petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, Nabi Musa Alaihissallam pun melaksanakan perintah-Nya.
Ia memetik tanaman obat dan meletakkan di giginya yang sedang sakit. Seketika sakit gigi Nabi Musa Alaihissallam langsung sembuh berkat wasilah tanaman obat tersebut.
Beberapa waktu kemudian, sakit gigi Nabi Musa Alaihissallam kambuh lagi. Jika sebelumnya mengeluh dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, kali ini dia langsung memetik tanaman obat dan meletakkan di giginya yang sakit.
Nabi Musa Alaihissallam melakukan itu tentu karena tahu bahwa sebelumnya tanaman obat ini berkhasiat bisa menyembuhkan sakit giginya.
Ternyata upayanya tersebut tidak berhasil. Bukannya sembuh, sakit gigi Nabi Musa Alaihissallam malah bertambah parah.
Dalam keadaan ini, Nabi Musa Alaihissallam langsung mengadu dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Ya Allah, bukankah kemarin Engkau memerintahkan dan menunjukkanku dengan tanaman tersebut untuk mengobati sakit gigiku?" ucap Nabi Musa Alaihissallam.
Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian berfirman:
"Ya Musa, Aku adalah Dzat yang memberi kesembuhan, Dzat yang memberikan kesehatan, Dzat yang memberikan bahaya, Dzat yang memberikan manfaat. Pada sakit pertama kamu datang menghadap kepada-Ku maka Aku hilangkan penyakitmu. Kali ini, kamu tidak datang kepada-Ku tapi kamu datang kepada tanaman obat itu."
Ustadz Muhammad Aiz Luthfi menyatakan dari kisah ini setidaknya ada dua hikmah yang bisa dipetik. Pertama, Allah Subhanahu wa Ta'ala mempunyai sifat Jaiz yang bebas melakukan apa pun sesuai apa yang dikehendaki-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala bisa mengangkat dan menurunkan derajat seseorang sesuai kehendak-Nya. Allah Ta'a;a juga bisa memberi penyakit dan kesembuhan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.
Kedua, Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah pemilik semua yang ada di langit dan bumi, termasuk kesehatan dan kesembuhan. Untuk itu, hal yang mesti dilakukan umat Islam ketika sakit adalah berdoa memohon kesehatan dan kesembuhan kepada-Nya.
Selanjutnya, tetap melakukan ikhtiar lahir yaitu dengan obat dan aneka pengobatan, namun tetap meyakini bahwa hal itu hanya menjadi wasilah atau perantara untuk meraih kesehatan dan kesembuhan.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)