KOMEDIAN Abdel Achrian menanyakan kriteria memilih pemimpin negara menurut ajaran Islam kepada Ustadz Khalid Basalamah. Hal ini terkait Pemilu 2024, khususnya pemilihan presiden dan wakil presiden, yang segera digelar pada 14 Februari.
Ustadz Khalid Basalamah pun menjelaskan, kaum Muslimin hendaknya memilih pemimpin berdasarkan agamanya. Ini sebagaimana dicontohkan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam ketika menentukan penggantinya dahulu sebagai amirul mukminin.
Ustadz Khalid Basalamah mengisahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam ketika tiba di Kota Madinah dalam fase hijrahnya pada tahun 1 Hijriah, langsung menjadi pemimpin. Itu karena beliau adalah seorang nabi yang berarti orang yang sangat paham tentang agama Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kemudian dilanjutkan estafet kepemimpinannya oleh para khulafaur rasyidin setelahnya yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Ketika itu Nabi Shallallahu alaihi wassallam menunjuk agar yang menggantikan imam sholat adalah Abu Bakar.
"Alasannya tentu cukup banyak, tapi kalau kita kerucutkan pendapat para ulama mengatakan karena memang ada hadits Nabi Shallallahu alaihi wassallam, kalau seandainya iman Abu Bakar ditimbang di sebuah timbangan, keyakinannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan keseriusan menerima agama ini, dan ditimbang di timbangan yang sebelahnya seluruh imannya umat ini, jadi seluruh sahabat, tabiin, kita semuanya ini, yang belum lahir pun umat Islam sampai hari kiamat, semuanya imannya disatukan di timbangan sebelahnya tetap iman Abu Bakar lebih berat," kata Ustadz Khalid Basalamah, dikutip dari kanal YouTube Abdel Achrian, Senin (12/2/2024).
Ia melanjutkan, berarti kasusnya adalah memang karena keimanan dan pemahaman agama Islam. Kemudian Abu Bakar dinobatkanlah menjadi pemimpin pada saat itu.
Setelah itu Abu Bakar menulis wasiat di saat beliau sakit. Waktu itu sekretarisnya adalah Utsman bin Affan.
Beliau mengatakan tulislah ini wasiat dari Abu Bakar amirul mukminin atau pemimpin orang beriman atau raja kepada kaum Muslimin mewasiatkan kepada Umar bin Khattab karena dia adalah orang yang paling paham agama Islam. Maka dengan surat wasiat itu Umar diangkat menjadi pemimpin.
Umar juga ketika hendak wafat, akibat ditusuk oleh Abu Lu'lu, sehingga akhirnya tinggal menunggu masa meninggal saja beberapa hari, beliau mengumpulkan enam orang sahabat yang tersisa hidup yang dijamin masuk surga.
Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abi Waqqas. Enam orang ini dikumpulkan oleh Umar di rumahnya.
Lalu Umar mengatakan, "Ini ada ruangan saya. Saya sering pakai ruangan ini untuk memecahkan perkara umat. Sekarang kalian masuk ke sini dan saya tunjuk Abdurrahman bin Auf sebagai ketua majelisnya. Jangan keluar dari ruangan ini kecuali kalian sudah pilih salah seorang dari kalian untuk menjadi pemimpin pengganti saya, karena alasannya kalian berenam adalah orang yang paling paham agama ini."
"Jadi selalu larinya kepada pemahaman agama," terang Ustadz Khalid Basalamah.
Kemudian Abdurrahman bin Auf saat masuk ke ruangan itu berkata, "Amir mukminin Umar bin Khattab sudah menunjuk saya menjadi ketua majelis, maka saya mengundurkan diri dari kandidat, karena saya tidak ingin bertanggung jawab di depan Allah pada hari kiamat. Tinggal kalian berlima saja."
Berlima ini kemudian berdiskusilah. Abdurrahman menengahi dengan cara menyebutkan siapa di antara lima orang ini yang paling banyak keutamaannya disebutkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wassallam.
Maka mengerucutlah kepada dua orang: Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu ajma'in. Utsman unggul satu atau dua hadits saja, di antaranya tentang beliau membeli satu sumur namanya Sumur Rumat yang diambil airnya untuk para mujahidin saat mau Perang Tabuk.
Nah, ketika itu Utsman pun akhirnya ditunjuk menjadi pengganti. Sewaktu mereka keluar dari ruangan itu, Umar sempat tanya, "Siapa yang kalian tunjuk?" Mereka mengatakan Utsman.
Kata Umar, "Alhamdulillah, saya telah lepas tanggung jawab di depan Allah Subhanahu wa Ta'ala pada hari kiamat nanti."
"Maka Utsman harus jadi pengganti. Jadi tanpa ada ribut, tanpa ada apa, mereka sudah sepakat kepada Utsman," beber Ustadz Khalid Basalamah.
Ketika Utsman meninggal, maka masyarakat Madinah dan kaum Muslimin mengingat kasus pertemuan yang Umar bentuk itu. Setelah Utsman, sosok yang ideal menjadi pemimpin adalah Ali. Maka dipilihlah Ali radhiyallahu anhu ajma'in.
"Nah, seperti itu kurang lebih estafetnya. Kalau kita simpulkan sebenarnya sih lebih kepada poin pertama masalah agama," jelas Ustadz Khalid Basalamah.
Ia juga menerangkan, kalau ada yang bertanya misalnya, "Kenapa kok di Indonesia harus pemimpin Muslim? Kan kita Bhinneka Tunggal Ika, lebih majemuk, ada agama-agama lain?"
"Ini sering saya kasih contoh di pengajian, rasionalnya saja, kita tidak usah bicara masalah dalil agama, karena dalil agama itu akan sangat panjang," kata Ustadz Khalid Basalamah.
Dia melanjutkan, kalau misalnya di Australia tiba-tiba ada satu orang Muslim menonjol menjadi kandidat presiden misalnya di pilpres mereka, atau di Amerika, atau di Jepang, atau di Korea, kira-kira ganjil atau tidak? Jawabannya pasti akan ganjil, karena di sana Muslim berstatus minoritas.
Ia menegaskan, secara rasional seharusnya Indonesia sama, karena dihuni 80 persen lebih Muslim, maka sangat ganjil kalau ada orang dari agama lain yang memimpin yang mayoritas. Seperti itu rasionalnya.
"Jadi kita poin pertama mendahulukan agama dulu, kemudian baru yang kedua adalah ilmu yang dia ketahui. Pengalaman, pengetahuan, tentang masalah pemerintahan itu sendiri. Dia harus punya background tentang masalah itu, dia tahu tentang masalah politik, hubungan luar negeri. Kemudian bagaimana menjaga keamanan, stabilitas negara, mengatur APBN, dan segala macam. Itu kan harus semua dikuasai," paparnya.
Dia mengungkapkan, jadi tidak bisa orang yang tak punya pengalaman kemudian tiba-tiba dinobatkan menjadi pemimpin. Sebab kata Nabi Shallallahu alaihi wassallam dalam sebuah hadits shahih, "Kalau satu perkara itu dikembalikan kepada selain ahlinya maka tunggulah kehancuran."
"Jadi kalau orang sembarangan dicomot langsung dimasukin maka itu akan jadi masalah," pungkasnya.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)