Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Apakah Nabi Muhammad Melihat Allah saat Isra Miraj? Ini Penjelasan Para Ulama

Hantoro , Jurnalis-Sabtu, 20 April 2024 |19:20 WIB
Apakah Nabi Muhammad Melihat Allah saat Isra Miraj? Ini Penjelasan Para Ulama
Ilustrasi penjelasan para ulama tentang Nabi Muhammad melihat Allah saat Isra Miraj. (Foto: Freepik)
A
A
A

Selanjutnya mari disimak keterangan Ibnu Abil Iz sebagai kata terakhir untuk menyimpulkan perselisihan ini. Setelah menyebutkan perselisihan apakah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala ataukah tidak ketika peristiwa Isra Miraj, beliau menyimpulkan:

لكن لم يرد نص بأنه صلى الله عليه وسلم رأى ربَّه بعين رأسه، بل ورد ما يدل على نفي الرؤية، وهو ما رواه مسلم في صحيحه، عن أبي ذر – رضي الله عنه – قال: سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم هل رأيت ربك؟ فقال: “نور أنى أراه” وفي رواية “رأيت نوراً”،

"Hanya saja tidak terdapat dalil tegas yang menyatakan beliau pernah melihat Tuhannya dengan mata kepala beliau. Sebaliknya, terdapat dalil yang menunjukkan bahwa beliau tidak melihat Allah secara langsung. Yaitu hadits yang diriwayatkan Muslim dalam shahihnya, dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, 'Apakah Anda melihat Tuhan Anda?' Jawab Nabi, 'Ada cahaya, bagaimana mungkin aku melihatnya.' Dalam riwayat lain, 'Aku melihat cahaya'."

وقد روى مسلم – أيضًا – عن أبي موسى الأشعري – رضي الله عنه – أنه قال: قام فينا رسول الله صلى الله عليه وسلم بخمس كلمات، فقال: “إن الله لا ينام ولا ينبغي له أن ينام، يخفض القسط ويرفعه، يرفع إليه عمل الليل قبل عمل النهار، وعمل النهار قبل عمل الليل، حجابه النور ، لو كشفه لأحرقت سُبحات وجهه ما انتهى إليه بصره من خلقه”

"Juga diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Musa Al Asy'ari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkhutbah menyampaikan lima kalimat:

Sesungguhnya Allah tidak tidur dan tidak layak Allah disifati dengan tidur, Dia yang menaik-turunkan timbangan, amalan malam hari dilaporkan kepada-Nya sebelum datang amalan siang, dan amalan siang hari dilaporkan kepada-Nya sebelum datang amalan malam. Hijab-Nya adalah cahaya. Andaikan Allah menyingkap cahaya itu, tentu subuhat (pancaran) wajahnya akan membakar makhluk-Nya sejauh pandangan-Nya." (HR Ahmad nomor 19597 dan Muslim: 179)

Kemudian Imam Ibnu Abil Iz menyimpulkan dua hadits tersebut:

فيكون – والله أعلم – معنى قوله لأبي ذر: “رأيت نوراً” أنه رأى الحجاب، أي: فكيف أراه والنور حجاب بيني وبينه يمنعني من رؤيته، فهذا صريح في نفي الرؤية والله أعلم

"Karena itu –Allahu a'lam– makna keterangan Abu Dzar, 'Nabi melihat cahaya,' bahwa beliau melihat hijab. Artinya, bagaimana mungkin Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melilhat Allah, sementara ada cahaya yang menjadi hijab antara diri beliau dengan Allah, yang menghalangi beliau untuk melihat Allah. Ini merupakan dalil yang tegas, beliau tidak melihat Allah ketika Isra Miraj."

Wallahu a'lam bisshawab

(Hantoro)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement