ALQURAN dan sains menjelaskan soal rasa dalam air hujan. Air hujan secara alamiah memiliki rasa tawar, dan merupakan air paling bersih. Hal itu pun telah lama dijelaskan di dalam kitab suci Alquran.
Dalam Alquran Surat Al Waqi'ah Ayat 68–70 dijelaskan, "Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?"
Demikian juga penjelasan pada buku "Sains dalam Alquran" karya Dr Nadiah Thayyarah, yakni jika bukan karena rahmat dan anugerah Allah Subhanahu wa Ta'ala, tentu air hujan akan berubah menjadi asin. Sehingga, tidak bisa dimanfaatkan oleh manusia, hewan, hingga tumbuhan.
Jadi, bagaimana air hujan dapat terbentuk dan turun ke muka bumi?
Air tawar bergerak dalam ruang lingkup atmosfer. Jika ada zat-zat yang mencemarinya, baik yang berupa karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen, maupun zat-zat pencemar yang lain, maka ketika air itu turun dalam bentuk hujan, bakal mengalir sekali lagi dalam bentuk hujan asam.
Pasalnya, sebagian besar oksida itu ketika mengalir di dalam air akan berubah menjadi zat asam yang berdampak terhadap bebatuan dan makhluk-makhluk hidup. Faktanya, ada banyak pengaruh negatifnya terhadap manusia.
Sebab itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala menganugerahkan kepada umat manusia suatu proses yang alamiah. Anugerah tersebut adalah uap air yang bersumber dari air lautan, samudera, dan daratan, serta melalui proses fotosintesis juga pernapasan tetumbuhan.
Uap air kemudian naik dan menebal, lalu turunlah air yang bersih. Di antara hal-hal yang perlu diperhatikan ialah bahwa zat asam ini terbentuk dalam ukuran yang kecil ketika terjadi petir.
Rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala menakdirkan zat asam ini terbentuk dalam jumlah kecil dan tidak banyak serta tidak mengganggu kesehatan umat manusia.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)