Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ketika Abu Nawas Kerjai Pria Pelit Sampai Merengek Minta Ampun

Hantoro , Jurnalis-Rabu, 12 Juni 2024 |05:12 WIB
Ketika Abu Nawas Kerjai Pria Pelit Sampai Merengek Minta Ampun
Ilustrasi cerita lucu Abu Nawas mengerjai pria pelit sampai menangis minta ampun. (Foto: YouTube Humor Sufi Official)
A
A
A

Baginda Raja pun terkejut mendengarnya. "Katanya desa ini warganya dermawan semua, tapi kenyataannya tidak demikian," pikir Baginda Raja dalam hati.

Terpaksa ia melanjutkan perjalanan dengan sempoyongan. Dikarenakan tidak puasa menahan letih serta lapar, Baginda Raja pun terjatuh dan pingsan di tengah jalan.

Saat ia tersadar ternyata sudah terbaring di salah satu rumah warga. Baginda Raja sedang dikerumuni orang-orang yang khawatir dengan kondisinya.

Setelah Baginda Raja siuman, para warga lalu memberinya makan dan minum. "Kau dari mana? Kenapa sampai pingsan?" tanya salah satu warga.

Tapi, Baginda Raja sengaja menutupi jati dirinya. Ia berpura-pura mengaku dari desa seberang yang sedang melakukan perjalanan jauh.

"Kalau kelelahan dan lapar, berhentilah dahulu, mampir dan istirahatlah di salah satu rumah kami. Pasti akan dipersilahkan dan diberi makan," kata para warga.

"Aku sudah sempat berhenti di salah satu rumah warga, tapi malah dibentak dan diusir," balas Baginda Raja.

Mendengar itu, para warga pun terkejut, karena belum pernah seorang warga pun mengusir orang asing saat meminta bantuan, apalagi dengan kondisi yang sangat kelelahan dan kelaparan.

Setelah ditelusuri ternyata orang yang mengusirnya adalah warga pendatang. Dia adalah pria kikir yang suka mengemis. Para warga pun meminta maaf dan memberi tahu siapa orang yang mengusirnya itu.

Ketika kondisinya sudah pulih benar, Baginda Raja akhirnya meminta izin untuk pamit. Ia pun menyampaikan terima kasih kepada para penduduk yang telah membantunya dengan sangat tulus. Saat Baginda Raja memacu kudanya, kembali terus memikirkan kebaikan hati para warga desa tersebut.

Selang beberapa hari, desa tadi dihebohkan dengan datangnya rombongan pasukan berkuda dari kerajaan. Seakan tidak percaya apa yang mereka lihat, para penduduk desa itu pun berhamburan keluar dari rumahnya.

Tamu mereka kini membawakan sejumlah kuda yang mengangkut banyak makanan dan emas. Lalu dibagikan kepada tiap-tiap penduduk desa. Saking terkejutnya, mereka hanya bengong saat menerima hadiah.

Mereka pun masih bertanya-tanya, siapa orangnya yang telah memberikan hadiah begitu banyak? Setelah semua penduduk mendapatkan bagiannya, Baginda Raja yang berada di posisi paling belakang akhirnya muncul dan memperkenalkan diri.

Ia segera turun dari kuda dan menyalami satu per satu penduduk desa. Seketika itu juga penduduk desa baru mengetahui dia adalah sang penunggang kuda yang tersesat dan kelelahan yang ternyata rajanya sendiri.

Dengan perasaan bahagia dan terharu, Baginda Raja kemudian menyampaikan terima kasih kepada seluruh penduduk desa. Tidak berhenti sampai di situ, Baginda Raja juga mengundang mereka ke istana untuk menghadiri jamuan khusus.

Keesokan harinya para warga desa tersebut datang ke istana memenuhi undangan Baginda Raja. Saat perjamuan berlangsung, Baginda Raja memanjatkan syukur tidak terkira karena masih ada banyak orang dermawan di wilayah yang dipimpin.

Mendengar kebahagiaan Baginda Raja, warga desa yang baik hati itu pun turut berbahagia. Tapi tiba-tiba di tengah-tengah acara, Baginda Raja dikejutkan suara tangisan seseorang yang merengek meminta masuk ke istana.

Dikarenakan penasaran, Baginda Raja meminta pengawalnya untuk mempersilakan orang tersebut masuk dan menyampaikan keluhannya.

Ternyata yang menghadap Baginda Raja adalah laki-laki pelait yang menolak membantunya beberapa waktu lalu. Di hadapan Baginda Raja, ia menangis tersedu-sedu.

"Kenapa Paduka tidak menuju rumah hamba saja? Kenapa Paduka tidak menjadi tamu hamba saja? Andai saja Paduka menjadi tamu hamba, maka hamba juga akan turut diundang dan ikut memperoleh bongkahan emas."

Si laki-laki kikir ini masih belum juga menyadari bahwa orang yang dibentak dan diusirnya tempo hari adalah Baginda Raja sendiri. Mendengar perkataan si laki-laki pelit, semua orang pun tertawa serta memintanya segera pulang.

Sementara Baginda Raja dan Abu Nawas hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan terheran-heran bagaimana bisa seorang yang pelit hidup di tengah-tengah orang-orang yang dermawan.

Allahu a'lam

(Hantoro)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement