ABU Nawas bikin orang-orang langsung tobat pakai cara membuktikan fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Berawal dari suatu hari dia sedang duduk bersama kawan-kawannya, kemudian memberi sebuah nasihat tentang bahaya fitnah.
Dalam ajaran agama Islam dijelaskan bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Kemudian salah seorang kawan bertanya kepada Abu Nawas.
"Wahai Abu Nawas, bukannya fitnah hanya dilakukan oleh mulut, tidak mengakibatkan cacat, tidak pula mengeluarkan luka yang dapat mengeluarkan darah, tapi kenapa dianggap lebih kejam daripada pembunuhan?" ujar salah seorang kawannya seperti dilansir kanal YouTube Humor Sufi Official.
"Sedangkan pembunuhan bukan mengakibatkan cacat, tapi sampai menghilangkan nyawa seseorang," sambung kawan itu lagi.
Abu Nawas pun menjawab bahwa dampak yang ditimbulkan dari fitnah sangatlah besar, bahkan bisa mengakibatkan peperangan. Kawan Abu Nawas yang bertanya itu makin penasaran dengan penjelasan tersebut.
"Masak sih Abu Nawas? Bisakah kau buktikan ucapanmu itu. Aku sendiri tidak pernah mendengar kisah tentang bahayanya sebuah fitnah," tanya kawan Abu Nawas.
Abu Nawas lalu menerangkan sebuah kisah yang pernah diceritakan oleh Hamad bin Salamah Radiyallahu Anha.
Dahulu ada seorang saudagar kaya ingin membeli budak. Pergilah dia menemui sang penjual. Saat akan memilih budak itu, ia mendapati rata-rata memiliki cacat dan sudah tua.
Namun ada satu budak yang masih muda, badannya bersih dan tidak memiliki cacat.
"Aku mau budak yang itu saja," kata saudagar kaya tersebut kepada si penjual.
"Apa tuan yakin, dia memang masih muda dan tidak cacat, tapi dia adalah budak yang suka fitnah," tutur si penjual.
Akan tetapi, saudagar kaya itu tidak menghiraukan imbauan dari penjual tadi. Ia tetap membeli budak tersebut.
Baru beberapa hari bekerja dengan saudagar kaya, budak itu mulai melakukan kebiasaannya yaitu menebar fitnah.
Budak itu mendatangi istri saudagar kaya. "Sesungguhnya suamimu tidak mencintaimu, ia hendak menikahi wanita lain, dan akan menjadikanmu sebagai budak," ujar budak tersebut kepada istri saudagar kaya.
Istri saudagar terkejut mendengarnya. "Mana mungkin, bagaimana kau tahu?" tanyanya merasa penasaran.
"Karena setiap kali aku diajak suamimu, ia menemui perempuan yang akan dijadikan istrinya," jawab si budak.
Istri saudagar kaya itu pun terlihat gelisah. Dia terdiam sambil menahan sakit di hatinya.
"Tapi jangan khawatir, aku punya solusi agar suamimu mengurungkan niatnya," kata si budak tersebut.
"Katakan kepadaku apa yang harus aku lakukan," tanya istri saudagar itu.
"Nanti malam saat kau akan tidur dengan suamimu, ambillah pisau. Ketika suamimu terlelap, cukurlah beberapa janggutnya. Simpan helaian itu olehmu, maka suamimu akan tergila-gila kepadamu," kata si budak itu.
Istri saudagar kaya pun mulai terhasut dan mengikuti saran dari budak baru itu.
Sementara si budak gantian mendatangi saudagar. "Wahai tuan, sesungguhnya istri tuan telah berselingkuh dengan laki-laki lain, dan dia ingin membunuh tuan serta menguasai harta Anda," kata si budak.
"Itu tidak mungkin. Istriku sangat baik dan setia kepadaku," ujar saudagar kaya itu.
"Kalau tuan tidak percaya, nanti malam tuan lihat sendiri apa yang akan dilakukan oleh istri Anda," ungkap budak itu.
"Memang nanti malam apa yang akan dilakukan istriku?" tanya saudagar kaya.
"Tuan tidak boleh lengah, pura-pura tidur, tapi jangan tidur sungguhan," kata si budak mewanti-wati.
Rupanya saudagar kaya itu pun terhasut oleh omongan dari budak barunya.
Malam tiba, saudagar kaya mengikuti intruksi yang disarankan budaknya tersebut.
Saudagar kaya itu pun pura-pura tidur. Sang istri menghampiri dengan membawa sebilah pisau. Saat istrinya akan mencukur janggut saudagar itu, ternyata saudagar mengira sang istri akan membunuhnya.
Ia langsung merebut pisau itu dan menancapkannya ke tubuh sang istri. Istri saudagar pun tewas di tangannya sendiri.
Kematian istrinya itu pun membuat pihak keluarga dari istrinya tidak terima, apalagi tuduhan perselingkuhan kepada mendiang istrinya ternyata tidak terbukti.
Akhirnya pihak keluarga istri dari saudagar kaya itu pun membunuh saudagar tersebut.
Namun, pihak keluarga dari saudagar kaya itu ternyata tidak terima juga, karena saudagar meninggal dengan cara yang keji. Sehingga, menyulut peperangan antara dua kubu keluarga yaitu pihak keluarga istri dan pihak keluarga suami.
Sedemikian kejinya perbuatan fitnah itu, karena sangatlah membahayakan. Sehingga dari kisah ini, kawan-kawan Abu Nawas dapat memahami bahaya dari sebuah fitnah.
Allahu a'lam.
(Hantoro)