ABU Nawas bertemu seorang pemuda Mesir yang datang ke Baghdad untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali. Suatu malam dia bermimpi kawin dengan anak Tuan Qadhi (Hakim Istana) dengan mahar sekian banyak.
Tuan Hakim Istana yang mendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda Mesir tersebut tidak mau membayar mahar karena hanya mimpi.
Tuan Hakim Istana berbuat arogan, dia merampas semua harta benda tersebut sehingga pemuda Mesir itu menjadi seorang pengemis, gelandangan, dan akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual qahwa (kopi).
Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya, wanita tua beserta pemuda Mesir tersebut datang ke rumah Abu Nawas. Wanita tua itu berkata beberapa patah kata, kemudian diteruskan si pemuda Mesir.
Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas meminta murid-muridnya menutup kitab. "Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu."
Ternyata Abu Nawas dan murid-muridnya beraksi memporak-porandakan rumah Tuan Hakim. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Tuan Qadhi selain melaporkan perbuatan Abu Nawas dan murid-muridnya kepada Baginda Raja.
"Mengapa kamu dan murid-muridmu menghancurkan rumah Qadhi?" tanya Raja seperti dilansir nu.or.id.
"Karena mimpi, Paduka yang mulia," jawab Abu Nawas.
"Hanya bermodal mimpi kamu hancurkan rumah Qadhi?" tanya Baginda lagi.
"Betul, Paduka. Hal itu juga yang dilakukan oleh Tuan Qadhi kepada pemuda Mesir," jelas Abu Nawas.
"Apa maksudmu?" tanya Raja yang belum mengerti.
Abu Nawas lalu memanggil pemuda Mesir beserta wanita tua penjual qahwa supaya menceritakan perbuatan Tuan Qadhi.
Raja akhirnya memecat Tuan Qadhi dan diperintahkan mengembalikan seluruh harta kepada pemuda Mesir. Sedangkan langkah Abu Nawas mendapat banyak pujian.
Wallahu a'lam.
(Hantoro)