Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Melihat Tempat yang Jadi Saksi Abu Bakar Dipilih sebagai Khalifah

Hantoro , Jurnalis-Selasa, 06 Agustus 2024 |16:22 WIB
Melihat Tempat yang Jadi Saksi Abu Bakar Dipilih sebagai Khalifah
Ilustrasi tempat Abu Bakar dipilih menjadi khalifah. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

MARI melihat tempat yang menjadi saksi Abu Bakar dipilih sebagai khalifah atau pemimpin kaum Muslimin. Lokasi itu adalah Taman Saqifah Bani Saidah di Tanah Suci Madinah, Arab Saudi. 

Dilansir laman resmi Kementerian Agama (Kemanag) Republik Indonesia, taman luas ini dikelilingi pagar besi setinggi 2,5 meter bercat hitam dan putih. Jika melihat peta, jarak Taman Saqifah Bani Saidah hanya 300 meter dari pintu King Saud Masjid Nabawi, Kota Madinah.

Taman berpagar setinggi dua anak-anak ini berisi berbagai tanaman. Namun, pohon kurma yang menjulang tinggi lebih mendominasi taman yang dulunya menjadi peristiwa penting setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam.

Di petilasan yang sekarang terhimpit oleh berbagai gedung ini, 1432 tahun silam, para sahabat Anshar berkumpul. Sedianya mereka hanya ingin memilih pemimpin Kota Madinah setelah wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.

Tapi kehadiran beberapa sahabat Muhajirin dalam forum di Saqifah, obrolan berubah ke arah siapa yang akan memimpin kaum Muslimin secara umum, bukan sekadar pemimpin di Kota Yatsrib. Setelah itu dipilihlah Abu Bakar menjadi khalifah secara oleh mayoritas kaum Muslimin yang hadir.

Saqifah Bani Saidah atau As-Saqifah pada tahun 11 Hijriah merupakan bangunan beratap yang digunakan oleh Kabilah Bani Saidah, Suku Khazraj, salah satu kabilah yang berasal dari Madinah, Hijaz, barat daya Jazirah Arab. 

Taman Saqifah Bani Saidah di Madinah tempat Abu Bakar dipilih menjadi khalifah. (Foto: Kemenag.go.id)

Dahulu Saqifah Bani Saidah yang letaknya berada di barat daya kediaman Nabi Shallallahu alaihi wassallam ini merupakan permukiman dan perkebunan milik Kabilah Bani Saidah. Awalnya bentuk Saqifah sangat besar, dikarenakan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya kaum Anshar.

Dikarenakan belum banyak gedung seperti sekarang, bagian depan Saqifah terdapat halaman yang luas dan lebar dan di dekatnya terdapat sumur milik Bani Saidah. Saat ini Saqifah menjadi sebuah taman berpagar, masyarakat tidak bisa leluasa bermain atau kongko karena pagar hampir selalu digembok saban harinya.

Saqifah Bani Saidah kerap kali disebut dalam buku-buku sejarah Islam, terutama ketika menceritakan peristiwa pemilihan pemimpin usai wafatnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam pada tahun 11 Hijriyah bertepatan dengan tahun 632 Masehi.

Pakar sejarah Islam Nasrullah Jasam mengungkapkan bahwa pada peristiwa pemilihan khilafah Islamiyah sejatinya sahabat Ansor saat itu sudah mempunyai dan sudah siap akan membaiat kandidat yang mereka usung yaitu Saat bin Ubadah.

Namun akhirnya setelah terjadi berbagai diskusi, pertimbangan serta suara mayoritas forum yang hadir, terutama usulan dari sahabat Muhajirin yang di antaranya sahabat Umar, mengusulkan Abu Bakar.

"Kaum Anshor rela menyerahkan posisi khalifah kepada Sayidana Abu Bakar Shiddiq atas usulan Sayidina Umar," ungkap Nasrullah Jasam kepada Tim Media Center Haji (MCH) di Saqifah Bani Saidah. 

Ia menceritakan, ketika itu sempat terjadi perdebatan. Bahkan, kaum Ansor sempat berujar "Minna amirun wa minkum amirun" yang artinya, 'Dari kelompok kita memilih pemimpin sendiri dan dari kelompok lain memilih ketuanya sendiri juga'.

"Kita memilih pemimpin masing-masing," jelas lulusan Al Azhar Kairo ini.

Dia melanjutkan, Umar kemudian menjawab dalam forum yang mulai menghangat tersebut dengan ucapan, "Minna amirun wa minkum wuzara", yang artinya 'Pemimpin dari kami sedangkan kalian adalah para menteri'.

Dikatakan Nasrullah, akhirnya Umar berhasil meyakinkan kaum Ansor sehingga mereka membaiat Abu Bakar. Padahal sebetulnya Abu Bakar cenderung memilih satu di antara dua orang, yaitu Abu Ubaidillah bin al Jarrah dan Umar bin Khattab, untuk menjadi khalifah.

Akan tetapi, Umar menolak dan berujar, "Bagaimana mungkin aku menjadi pemimpin umat yang di dalamnya terdapat Abu bakar." Umar pun mengulurkan tangannya membaiat Abu Bakar, begitu juga dengan sahabat yang lainnya.

Nasrullah mengungkapkan, dari kejadian itu dapat dipetik sebuah nilai positif. Para sahabat menyadari betul bahwa adanya seorang pemimpin sangat penting di tengah-tengah umat.

Oleh karena itu, ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam wafat, para sahabat segera berkumpul untuk memilih sosok yang menggantikan Rasulullah sebagai pemimpin umat.

"Perbedaan pandangan dalam memilih pemimpin adalah hal yang lumrah, dan ini terjadi antara sahabat dari kalangan Anshor dan Muhajirin. Bahkan kalangan bani Hasyim memiliki pandangan lain yang karena beberapa alasan cenderung memilih Sahabat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah," terangnya.

Sehingga, hal-hal yang sudah diputuskan akan menjadi keputusan bersama dan harus ditaati. "Demi kesejahteraan dan kedamaian ummat. Hendaknya setiap orang menyadari dan mengukur diri akan kemampuannya," tambahnya.

Dalam hal ini, sikap Umar patut dijadikan contoh. Ketika Abu Bakar memintanya untuk menjadi khalifah, dengan rendah hati, Umar berkata, "Bagaimana mungkin aku menjadi pemimpin umat yang di dalamnya terdapat Abu Bakar."

Umar merasa bahwa sosok Abu Bakar lebih layak menjadi khalifah dari dirinya. Semoga hikmah peristiwa Saqifah Bani Saidah bisa menjadi renungan bagi semua umat manusia.

Allahu a'lam

(Hantoro)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement