Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mengenal Bulan-Bulan Suci dalam Kalender Islam, Tempat Pahala Dilipatgandakan

Hantoro , Jurnalis-Jum'at, 23 Agustus 2024 |19:23 WIB
Mengenal Bulan-Bulan Suci dalam Kalender Islam, Tempat Pahala Dilipatgandakan
Ilustrasi bulan-bulan suci dalam kalender Islam. (Foto: Freepik)
A
A
A

MARI mengenal bulan-bulan suci dalam kalender Islam yang menjadi tempat pahala dilipatgandakan. Masing-masing adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hadits Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.

Dihimpun dari Konsultasisyariah.com, Ustadz Ammi Nur Baits ST BA menjelaskan terkait empat bulan suci atau haram tersebut sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya 4 bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus." (QS At-Taubah: 36)

Hal yang dimaksud empat bulan haram adalah bulan Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram (tiga bulan ini berurutan), dan Rajab. Disebut bulan haram, karena bulan ini dimuliakan masyarakat Arab, sejak zaman jahiliyah sampai zaman Islam. Pada bulan-bulan haram tidak boleh ada peperangan.

Az-Zuhri mengatakan:

كان المسلمون يعظمون الأشهر الحرم

"Dulu para sahabat menghormati syahrul hurum." (HR Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf nomor 17301)

Kemudian mengenai empat bulan haram tersebut juga dijelaskan dalam hadis. Dari Abu Bakrah radhiallahu‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

"Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada 12 bulan. Di antaranya ada 4 bulan haram (suci), 3 bulan berurutan: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab Suku Mudhar, antara Jumadil Tsani dan Sya'ban." (HR Al Bukhari dan Muslim)

Dinamakan Syahrullah (Bulan Allah)

Dari Abu Hurairah radhiallahu‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم

"Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram." (HR Muslim)

Imam An-Nawawi mengatakan, "Hadis ini menunjukkan bahwa Muharram adalah bulan yang paling mulia untuk melaksanakan puasa sunnah." (Syarah Shahih Muslim, 8:55)

As-Suyuthi mengatakan, Dinamakan syahrullah –sementara bulan yang lain tidak mendapat gelar ini– karena nama bulan ini "Al Muharram" nama nama Islami. Berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman jahiliyah. 

Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dengan nama Shafar Awwal. Kemudian ketika Islam datang, Allah Subhanahu wa ta'ala mengganti nama bulan ini dengan Al Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah). (Syarh Suyuthi ‘Ala shahih Muslim, 3:252)

Bulan ini juga sering dinamakan Syahrullah Al Asham (Arab: شهر الله الأصم ) atau "Bulan Allah yang Sunyi". Dinamakan demikian karena sangat terhormatnya bulan ini (Lathaif al-Ma’arif, halaman 34). Oleh karena itu, tidak boleh ada sedikit pun friksi dan konflik di bulan ini.

Ada satu hari yang sangat dimuliakan oleh para umat beragama. Hari itu adalah hari Asyura’. Orang Yahudi memuliakan hari ini, karena hari Asyura’ adalah hari kemenangan Musa bersama Bani Israil dari penjajahan Fir’aun dan bala tentaranya. Dari Ibnu Abbas radhiallahu‘anhuma, beliau menceritakan,

لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا ، يَعْنِى عَاشُورَاءَ ، فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ ، وَهْوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى ، وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ ، فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ . فَقَالَ « أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ » . فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura’. Beliau bertanya, "Hari apa ini?" Mereka menjawab, "Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah." Akhirnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Kami (kaum Muslimin) lebih layak menghormati Musa daripada kalian." Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. (HR Bukhari)

Para ulama menyatakan bahwa bulan Muharram adalah adalah bulan yang paling mulia setelah Ramadhan. Hasan Al Bashri mengatakan:

إن الله افتتح السنة بشهر حرام وختمها بشهر حرام فليس شهر في السنة بعد شهر رمضان أعظم عند الله من المحرم وكان يسمى شهر الله الأصم من شدة تحريمه

"Allah membuka awal tahun dengan bulan haram (Muharram) dan menjadikan akhir tahun dengan bulan haram (Dzulhijjah). Tidak ada bulan dalam setahun, setelah bulan Ramadhan, yang lebih mulia di sisi Allah daripada bulan Muharram. Dulu bulan ini dinamakan Syahrullah Al-Asham (bulan Allah yang sunyi), karena sangat mulianya bulan ini." (Lathaiful Ma’arif, halaman 34)

Itulah uraian ringkas tentang bulan-bulan suci dalam Islam. Wallahu a'lam

(Hantoro)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement