INILAH kisah Khalifah Umar bin Khattab tetap berperilaku tawadhu setelah disumpahi seorang pria. Umar adalah salah satu sahabat terbaik Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam. Meski salih dan pemberani, dia dikenal memiliki sifat sangat rendah hati.
Dilansir buku "10 Sahabat Nabi Dijamin Surga" karya Muhammmad Ahmad Isa, meski berstatus orang yang berkuasa, Khalifah Umar bin Khattab tidak segan-segan berbicara langsung dengan rakyatnya dan mencari solusi dari permasalahan yang ada.
Misalnya pada suatu hari ketika Umar sedang duduk bersama para sahabat dalam suatu majelis, tiba-tiba seorang pria berwajah murung dan diselubungi rasa lelah karena baru saja menempuh perjalanan jauh menerobos masuk ke kerumunan.
Setelah sampai di tengah-tengahnya, orang itu berseru kepada salah seorang yang duduk di situ, "Wahai Amirul Mukminin ...."
Lantas orang itu segera mengarahkan pandangan kepada Amirul Mukminin yang dimaksud. Lalu dia berseru kepadanya, "Engkaukah yang bernama Umar? Semoga kecelakaan dari Allah menimpamu, wahai Umar."
Setelah menyatakan demikian, orang itu bergegas keluar kerumunan tanpa merasa bersalah dan peduli terhadap perbuatannya tadi. Beberapa sahabat yang hadir pun mengikuti orang tersebut dengan penuh marah. Tapi, Umar segera memanggil dan meminta mereka kembali ke tempat semula.
Kemudian dalam keadaan setengah berlari, Khalifah Umar mengikuti laki-laki itu. Sementara hatinya terus bergejolak.
Betapa tidak, bukankah laki-laki tersebut menyerukan, "Semoga kecelakaan dari Allah menimpa engkau, wahai Umar."
Sungguh, perkataan itu bermakna bencana baginya. Bahkan yang demikian merupakan malapetaka yang tidak sanggup dibendung oleh kesabaran sebelum dia mengetahui penyebab persisnya. Sampai akhirnya, Umar menemui laki-laki itu dan mengajaknya kembali ke tempat semula.
Kemudian Umar bertanya, "Semoga kecelakaan dari Allah menimpaku; mengapa kamu berkata demikian, hai saudaraku sesama orang Arab?"
Pria itu pun menjelaskan, "Karena para gubernur yang menjadi wakil engkau tidak berbuat adil. Bahkan, mereka berbuat zalim (terhadap kami, rakyatnya)."
Umar bin Khattab kembali bertanya, "Siapakah gubernurku yang kamu maksud?"
Laki-laki tersebut menjawab, "Gubernur engkau yang bertugas di Mesir yang bernama Iyadh bin Ghanam."
Sebelum mendengarkan pengaduan itu secara terperinci, Umar sudah menunjuk dua sahabatnya dan berpesan kepada mereka, "Pergilah kalian ke Mesir dan bawalah Iyadh bin Ghanam ke hadapanku. Tegaskan bahwa ini adalah instruksi langsung dari Khalifah Umar."
Seperti itulah sikap seorang yang kuat dan pemberani sejati yang mampu memecah kekuatan, menghalau bahaya, dan mencegah kelancangan.
Jika Anda ingin melihat orang ini seperti burung yang dihantam embusan angin topan, cukup serukan kepadanya, "Tidakkah kamu bertakwa kepada Allah, wahai Umar?"
Dari situlah Anda akan menyaksikan seorang manusia yang tangan kirinya kaku, sedangkan kitab catatan amalnya telah terbentang di hadapan kedua mata, dan seluruh alam bergema saat mendengarnya. Demikian kondisi kita kelak, hingga terdengar seruan Allah Subhanahu wa Ta'ala:
اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
Artinya: "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirmu." (QS Al Isra' (17) Ayat 14)
Sikap tawadhu atau rendah hati senantiasa melekat dalam diri Umar bin Khattab. Oleh karena itulah, dia memilih mendekati laki-laki tersebut (dan meminta penjelasan) daripada (meraup kenikmatan) dunia.
Allahu a'lam.
(Hantoro)