Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kemenag Kembali Terapkan Murur dan Tanazul pada Musim Haji 2025

Hantoro , Jurnalis-Kamis, 19 September 2024 |11:00 WIB
Kemenag Kembali Terapkan Murur dan Tanazul pada Musim Haji 2025
Jamaah haji Indonesia mengikuti skema murur. (Foto: Haji.kemenag.go.id)
A
A
A

KEMENTERIAN Agama (Kemenag) akan kembali menerapkan sistem murur dan tanazul secara terstruktur dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun 1446 Hijriah/2025 Masehi. Hal ini diberlakukan sebagai solusi kepadatan saat puncak ibadah haji di dua tempat yaitu Muzdalifah dan Mina.

"Insya Allah tahun 2025 murur akan kita berlakukan kembali dengan jumlah yang lebih banyak," ungkap Direktur Bina Haji Kemenag Arsad Hidayat di kegiatan Jagong Masalah Haji dan Umrah (Jamarah) di Pasuruan, Jumat 13 September 2024, dilansir Kemenag.go.id.

Direktur Bina Haji Kemenag Arsad Hidayat. (Foto: Haji.kemenag.go.id)

Ia memperkirakan jumlah jamaah haji yang mengikuti program murur (melintas di Muzdalifah) bakal lebih banyak daripada tahun lalu.

"Pemerintah Saudi sangat setuju dengan program murur, dan awalnya mereka meminta 120 ribu atau 50 persen dari seluruh jamaah haji Indonesia ikut murur saja, tapi kita kan butuh waktu yang panjang untuk diskusi siapa yang berhak untuk melakukan murur dan itu tidak mudah," paparnya.

Pada haji tahun lalu, sambung Arsad, jamaah haji yang masuk program murur adalah mereka yang terkategori lanjut usia (lansia), berisiko tinggi (risti), pengguna kursi roda, serta jamaah pendamping.

"Setelah mendapatkan persetujuan dari para ulama dan ormas Islam seperti PBNU, PP Muhammadiyah, dan Persis; baru kita mururkan jamaah dengan kriteria tersebut, ditambah pendampingnya, karena jamaah yang fisiknya kuat juga diperlukan untuk mobilisasi jamaah yang murur," terangnya.

Sementara di Mina, area yang ditempati jamaah haji sudah dapat dianggap sebagai masyaqqah. Dengan kuota normal haji Indonesia sebesar 221.000 jamaah, luas area di Mina yang dapat ditempati hanya sekira 0,8 meter persegi per orang.

"Mina itu sempit, apalagi jika ada tambahan kuota. Solusinya tidak ada yang lain, yaitu sebagian jamaah harus kita tanazul-kan," bebernya.

Dirinya menambahkan, kebijakan tanazul ini nantinya diterapkan bagi jamaah haji yang tinggal di wilayah Raudhah dan Syisyah.

"Jadi bagi mereka yang tinggal di Raudhah dan Syisyah, tidak menginap di tenda Mina, melainkan langsung pulang ke hotel," jelasnya.

Oleh karena itu, dia mengharapkan akselerasi data jumlah jamaah haji yang nantinya mengikuti program tanazul. Data tersebut diperlukan untuk kebutuhan kontrak seluruh layanan jamaah pada saat puncak haji dengan pihak Arab Saudi.

"Pada Februari, data ini diharapkan sudah terkumpul, karena tanggal 25 Februari adalah deadline terakhir kontrak layanan dengan pihak Arab Saudi, termasuk pembelian makan di Mina dan terkait kebutuhan konsumsi jamaah yang tanazul di hotel," pungkasnya.

(Hantoro)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement