Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Zikir dengan Lirih atau Keras, Ini Kata Gus Baha

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Kamis, 30 Januari 2025 |11:57 WIB
Zikir dengan Lirih atau Keras, Ini Kata Gus Baha
Zikir dengan Lirih atau Keras, Ini Kata Gus Baha (nu.or.id)
A
A
A

JAKARTA - Zikir menjadi amalan bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam berzikir, apakah perlu melantunkannya dengan keras atau cukup diucapkan secara lirih saja?

Terkait hal ini, Pengasuh Pesantren Tahfidz Qur'an LP3IA Narukan, Rembang, KH Ahmad Bahauddin atau Gus Baha menyarankan umat muslim ketika zikir kepada Allah untuk tidak terlalu keras maupun terlalu pelan atau lirih. 

"Cuma dalam masalah ini, perlu kita ketahui bahwa malaikat itu bukan Tuhan dan tidak memiliki kemampuan seperti Tuhan yang bisa mendengar tanpa batasan. Namun, malaikat pencatat amal baik bisa kesulitan juga mencatat kalau terlalu pelan atau lirih ketika wiridan," katanya, melansir laman NU Online, Kamis (30/1/2025).

1. Abu Bakar Zikir dengan Lirih

Menurutnya, masalah ini pernah terjadi pada para sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Keduanya memiliki gaya zikir berbeda.

Abu Bakar memiliki cara, kalau wiridan itu lirih atau pelan. Lalu dipanggil Nabi dan bertanya apakah benar informasi kalau Abu Bakar wiridan dengan pelan, maksudnya bagaimana? Lalu Abu Bakar menjawab, yang ia sebutkan itu adalah Allah. Tanpa ia sebut pun, Allah sudah mendengar apa maksudnya.  

"Jadi begini, malaikat Raqib-Atid ketika mendengar suara wiridan lirih seperti Abu Bakar juga kesulitan mengetahui apa yang dibaca," ucap Gus Baha. 

2. Umar bin Khattab Zikir dengan Lantang

Sementara itu, Umar bin Khattab punya kebiasaan wiridan dengan lantang. Kemudian juga ditanya oleh nabi terkait alasannya wiridan dengan lantang. Umar bin Khattab menjawab itu adalah cara agar dirinya tetap wiridan tanpa rasa ngantuk dan semangat.  

 

"Robbi zidni ilman nafia. Dalam masalah sosial, ilmu kita itu harus diperbarui terus. Kadang yang kita kira tahu itu, ternyata masih sisi lainnya. Kalau masalah ibadah, sudah ada pakemnya. Karena masalah sosial itu bisa diperdebatkan seperti suara dalam wiridan," tegas Gus Baha.

3. Saran Nabi Muhammad

Lalu Nabi Muhammad memberikan saran kepada Abu Bakar untuk menaikkan sedikit suaranya ketika wiridan. Biar malaikat enak menulisnya. Kepada Umar bin Khattab, nabi berpesan untuk tidak terlalu keras sehingga menurunkan suaranya sedikit. 

Menurut Gus Baha, inilah namanya ilmu. Di awal keduanya terlihat baik-baik saja, tujuan juga baik. Tapi, yang mendengarkan bukan hanya Allah, juga ada malaikat pencatatat amal yang tidak memiliki kemampuan seperti Allah.  

"Belum tentu malaikat itu mendengar semua. Ini bisa dilihat dalam kisah Nabi Yunus yang wiridan di dalam perut ikan di tengah laut. Malaikat lalu lapor Allah, bahwa ia mendengar ada orang yang menyebut nama Allah cuma tidak jelas siapa yang berzikir tersebut dan kalimatnya apa," tuturnya.
 

(Erha Aprili Ramadhoni)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement