Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Simak Contoh 15 Kultum Ramadhan Singkat 2 Menit

Iqbal Widiarko , Jurnalis-Kamis, 13 Maret 2025 |14:37 WIB
Simak Contoh 15 Kultum Ramadhan Singkat 2 Menit
Ilustrasi ustadz tengah menyampaikan kultum Ramadhan yang singkat/Foto: FreePik
A
A
A

KULTUM Ramadhan singkat 2 menit layak disimak. Ketika melaksanakan berpuasa, kita merasakan bagaimana rasanya lapar dan haus. Hal tersebut mengajarkan kita untuk peduli kepada mereka yang kurang beruntung. Rasulullah SAW merupakan orang yang paling dermawan dan beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah berkurang harta karena sedekah." (HR. Muslim)

Dilansir dari berbagai sumber pada Kamis (13/3/2025), Okezone telah merangkum kultum Ramadhan singkat 2 menit, sebagai berikut.

Kultum Ramadhan Singkat 2 Menit

1. Meraih Surga lewat Puasa

Assalamualaikum Wr.Wb.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إنَّ الْحَمْدَ ِلله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِيْرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيٍّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِي اللهُ فَلَامُضِلَّ لَهْ، وَمَنْ يَضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهْ، أَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهْ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه لَانَبِيَّ بَعْدَهْ. أما بعد.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas nikmat iman dan Islam. Atas karunia-Nya juga, kita bisa berkumpul melaksanakan sholat tarawih di tempat mulia ini.

Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya Islam. Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan bertemu Bulan Ramadhan. Bulan yang penuh ampunan dan ladang pahala. DI bulan suci ini, kita diwajibkan puasa sehari penuh. 

Puasa di Bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi tiap Muslim yang jika dilakukan dengan penuh keimanan dapat mengantarnya ke surga. Kewajiban berpuasa di Bulan Ramadan ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa’taála dalam surat Al-Baqarah ayat 183 sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan melalui ayat tersebut di atas Allah SWT ber-khitab kepada orang-orang mukmin dari kalangan umat ini dan memerintahkan kepada mereka berpuasa, yaitu menahan diri dari makan dan minum serta bersenggama dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. 

Karena di dalam berpuasa terkandung hikmah membersihkan jiwa, menyucikannya serta membebaskannya dari endapan-endapan yang buruk (bagi kesehatan tubuh) dan akhlak-akhlak yang rendah.

Syaikh Al-Maraghi di dalam kitab tafsirnya seperti diterangkan Ustaz Saiyid Mahadhir dalam bukunya Bekal Ramadhan dan Idul Fitri,  hikmah dari puasa itu adalah hadirnya sifat taqwa dalam diri seorang muslim, karena puasa membiasakan seorang muslim untuk takut kepada Allah swt dalam kondisi sembunyi maupun ramai. 

Muara dari ketakwaan itu yang mengantarkan seorang Muslim meraih pintu surga Firdaus seperti disebutkan dalam sebuah hadits berikut:

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَصَامَ رَمَضَانَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ هَاجَرَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ جَلَسَ فِي أَرْضِهِ الَّتِي وُلِدَ فِيهَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَبِّئُ النَّاسَ بِذَلِكَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِهِ كُلُّ دَرَجَتَيْنِ مَا بَيْنَهُمَا كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, dan berpuasa pada bulan Ramadhan, maka Allah berkewajiban memasukkannya ke dalam surga, baik ia berhijrah di jalan Allah  atau duduk di tempat tinggalnya tempat ia dilahirkannya.”

Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak sebaiknyakah kami mengabarkan orang-orang tentang hal ini?” Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Sallam  menjawab: “Dalam surga terdapat seratus derajat yang Allah persiapkan bagi para mujahidin di jalan-Nya, yang jarak antara setiap dua tingkatan bagaikan antara langit dan bumi, maka jika kalian meminta Allah, mintalah surga firdaus, sebab firdaus adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi, di atasnya ada singgasana Arrahman, dan daripadanya sungai surga memancar.” (HR. Bukhari No. 6873 dan 2851, Ahmad No. 8067 dan 8119)

Melalui hadis di atas, ternyata iman kepada Allah dan Rasulnya, mendirikan shalat dan berpuasa Ramadhan kemuliaannya sebanding dengan berhijrah di jalan Allah. Saking gembiranya, para sahabat meminta izin kepada Rasulullah SAW  untuk memberitahukan kabar gembira tersebut kepada khalayak ramai.

Alih-alih mengidzinkan, Rasulullah malah melanjutkan sabdanya bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyediakan surga yang didalamnya ada 100 derajat yang mana setiap dua derajat jaraknya bagaikan langit dan bumi, Subhanallah. Surga tersebut diperuntukkan untuk orang-orang yang berjihad di jalan Allah.

Seberapa jauhkah jarak antara langit dan bumi ? Ibnu Hajar menjelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang seberapa jauhnya. Imam Thabrani mengatakan bahwa jarak tempuh antara langit dan bumi memakan waktu waktu sekitar 500 tahun, Subhanallah.

Rasulullah juga menganjurkan kita agar berdoa memperoleh Firdaus, surga yang paling baik dan paling tinggi. Di atas Firdauslah singgasana Allah Al-Rahman berada. Di bawah singgasana tersebutlah memancar sungai-sungai yang mengaliliri semua surga.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

2. Ikhlas dalam Beribadah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Keikhlasan adalah ruh dari setiap ibadah yang kita lakukan. Ibadah yang dilakukan tanpa keikhlasan akan menjadi sia-sia dan tidak bernilai di sisi Allah SWT. Dalam bulan Ramadan ini, saat kita memperbanyak amal ibadah, kita harus memastikan bahwa semua yang kita lakukan hanya untuk mencari ridha Allah SWT, bukan untuk mendapat pujian atau pengakuan dari manusia.

Allah SWT berfirman:

"Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al-Bayyinah: 5)

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama ibadah adalah untuk Allah SWT semata. Keikhlasan dalam ibadah menjadikan amal kita diterima dan membawa pahala yang besar. Ketika kita beribadah dengan tujuan mendapatkan pujian atau perhatian dari manusia, inilah yang disebut dengan riya’. Ini adalah salah satu bentuk syirik kecil dan termasuk dosa besar yang harus kita hindari. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, ‘Riya’." (HR. Ahmad)

Riya' dapat menghapus pahala ibadah dan membuat amal kita tidak bernilai di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus selalu mengoreksi niat kita sebelum, saat, dan setelah beribadah. Lalu, bagaimana cara kita untuk menjaga keikhlasan dalam ibadah? Pertama, luruskan niat sejak awal. Pastikan bahwa semua ibadah yang kita lakukan hanya untuk Allah SWT.

Ketika hendak sholat atau sedekah, pastikan kita melakukannya demi mendapat ridho Allah, bukan karena ingin terlihat baik di mata orang lain. Jika sulit, lakukan ibadahnya secara sembunyi-sembunyi agar hanya Allah yang melihatnya.

Kedua, selalu ingat bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Allah tahu apa yang tersembunyi dalam hati kita. Jadi, jangan coba-coba menipu Allah dengan berkata ikhlas, tapi hatinya tidak.

Ketiga, selalu ingat bahwa pahala itu datangnya dari Allah, bukan dari manusia. Jadi, percuma jika kita beribadah dengan mengharapkan validasi orang lain. Lebih baik kita mengharapkan validasi dari Allah sehingga turun pahala bagi kita.

Hadirin sekalian,

Di bulan Ramadhan ini, mari kita perbanyak amal ibadah dengan penuh keikhlasan. Jangan biarkan riya' menghilangkan pahala dan keberkahan dari ibadah kita. Semoga Allah SWT menerima setiap amal kita dan menjadikan kita hamba-hamba yang ikhlas dalam beribadah.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

 

3. Al-Quran dan Mukjizatnya

Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du.

Hadirin yang berbahagia, Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar yang diberikan A oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. Tidak seperti mukjizat para nabi sebelumnya yang bersifat sementara, mukjizat Al-Qur'an bersifat abadi dan terus berlangsung hingga hari kiamat.

Mukjizat ini tidak hanya menyentuh aspek spiritual, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk ilmu pengetahuan, bahasa, dan sejarah. Marilah kita renungkan beberapa aspek mukjizat Al-Qur'an yang membuatnya begitu istimewa.

Pertama, keindahan dan kesempurnaan bahasa Al-Qur'an. Bahasa Al-Qur'an adalah bahasa yang sangat indah, mendalam, dan penuh dengan makna. Bahkan, orang-orang Arab pada masa Nabi Muhammad saw. yang terkenal dengan kefasihan dan keindahan bahasa mereka, terkagum-kagum dengan keindahan bahasa Al-Qur'an.

Allah SWT menantang siapa saja yang meragukan Al-Qur'an untuk membuat satu surah saja yang sebanding dengannya. Allah berfirman: Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang apa (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Nabi Muhammad), buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah penolong penolongmu selain Allah, jika kuma orang-orang yang benar (QS. Al-Baqarah [2]:23).

Hingga hari ini, tidak ada satu pun manusia yang mampu menandingi keindahan dan kedalaman bahasa Al-Qur'an, meskipun hanya satu surah. Kedua, pemberitaan tentang hal gaib dan fakta ilmiah. Al-Qur'an juga mengandung banyak pemberitaan tentang hal-hal ghaib dan fakta ilmiah yang baru dapat dibuktikan kebenarannya oleh ilmu pengetahuan modern.

Sebagai contoh. Al-Qur'an menyebutkan tentang tahapan-tahapan penciptaan manusia dalam rahim, yang kemudian. dibuktikan kebenarannya oleh para ilmuwan embriologi. Allah SWT berfirman:

"Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta," (QS. Al-Mu'minun [23]:14).

Ayat ini menunjukkan. bahwa Al-Qur'an bukan hanya kitab suci yang mengatur kehidupan spiritual, tetapi juga mengandung ilmu pengetahuan yang jauh melampaui zamannya. Mukjizat Al-Qur'an yang ketiga adalah keabadian. dan relevansinya sepanjang zaman.

Meskipun diturunkan lebih dari 1400 tahun yang lalu, Al-Qur'an tetap relevan dan menjadi pedoman hidup bagi umat manusia hingga saat ini. Setiap ayatnya tidak pernah kedaluwarsa, selalu bisa diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.
Al-Qur'an mampu menjawab tantangan zaman, memberikan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, baik di masa lalu, sekarang, maupun masa depan. Allah SWT berfirman: "Tidakkah mereka mentadabburi Al-Qur'an? Seandainya (Al-Qur'an) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya," (QS. An-Nisa [4]:82).

Dengan memahami mukjizat Al-Qur'an ini, mari kita tingkatkan kecintaan kita kepada Al-Qur'an. Marilah kita memperbanyak membaca, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Qur'an adalah petunjuk hidup yang akan mengantarkan kita menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Semoga kita semua senantiasa diberi kekuatan oleh Allah Swt. untuk selalu berpegang teguh pada Al-Qur'an dan menjadikannya cahaya dalam hidup kita. Demikian, Wallahu a'lam.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

4. Keutamaan Lailatul Qadar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Di malam ini, Allah SWT menurunkan rahmat dan ampunan yang berlimpah. Berikut adalah beberapa amalan yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan malam Lailatul Qadar, beserta penjelasannya:

Melakukan salat malam.

Shalat malam merupakan salah satu amalan yang dianjurkan di bulan Ramadan. Salat malam dapat dilakukan kapan saja setelah shalat Isya' hingga sebelum fajar.

Membaca Al-Qur'an.

Membaca Al-Qur'an merupakan salah satu amalan terbaik di bulan Ramadhan. Membaca Al-Qur'an dapat membantu meningkatkan ketaqwaan dan mendapatkan pahala yang berlimpah.
Berdoa dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

Berdoa dan memohon ampunan kepada Allah SWT merupakan salah satu cara untuk mendapatkan rahmat dan ampunan di malam Lailatul Qadar.

Melakukan zikir dan tahmid.

Zikir dan tahmid merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melakukan zikir dan tahmid dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

5. Bekal Pasca Ramadan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ramadhan merupakan bulan pelatihan bagi kita untuk meningkatkan ibadah, mengendalikan hawa nafsu, dan membentuk kebiasaan-kebiasaan baik. Namun, tantangan sebenarnya adalah bagaimana kita bisa mempertahankan kebiasaan baik tersebut setelah Ramadhan berakhir.

Allah SWT pernah berfirman dalam Al-Qur’an:

"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian)." (QS. Al-Hijr: 99)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa ibadah sejatinya tidak hanya dilakukan di bulan Ramadhan, tapi harus terus dijaga sepanjang hidup kita. Jika saat Ramadan kita giat beribadah, maka kita juga harus tetap rajin mendekatkan diri pada Allah SWT di bulan-bulan setelahnya.

Di bulan Ramadan, kita terbiasa melaksanakan sholat wajib tepat waktu, salat tarawih, dan memperbanyak ibadah sunnah seperti tahajud dan witir. Setelah Ramadhan, mari kita tetap menjaga sholat tepat waktu dan menghidupkan ibadah sunnah.

Saat Ramadan, kita berlomba-lomba untuk mengaji karena bulan suci adalah bulan turunnya Al-Qur’an. Setelah Ramadhan, jangan sampai Al-Qur’an hanya menjadi pajangan dan diabaikan. Tetaplah membaca, memahami, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu juga dengan berpuasa, kita bisa berusaha menahan diri dari perkataan kotor, gibah, dan perbuatan yang tidak bermanfaat. Kebiasaan ini harus terus kita pertahankan agar hati kita senantiasa bersih dan jiwa kita tetap terjaga.

Masih banyak amalan-amalan lain yang biasa kita lakukan di bulan Ramadhan yang harus tetap dirutinkan di bulan-bulan lainnya. Keberhasilan Ramadhan tidak hanya diukur dari seberapa baik kita beribadah selama bulan itu, tapi juga dari bagaimana kita mempertahankan kebiasaan baik tersebut setelahnya.

Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk terus istiqomah dalam kebaikan dan menjadikan kita hamba-hamba yang bertakwa sepanjang hidup. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

6. Mendekatkan Diri Pada Allah SWT

Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du.
Jemaah salat yang dirahmati Allah, percaya kepada Allah SWT. adalah rukun iman yang pertama dan paling mendasar dalam Islam. Keyakinan ini bukan hanya tentang mengakui keberadaan Allah Swt. tetapi juga memahami makna dan implikasi dari kepercayaan ini dalam kehidupan sehari-hari.
Kata Allah dalam Bahasa Arab mengandung makna yang sangat dalam. Allah adalah nama yang unik, yang tidak ada padanan atau serupa dengan nama lainnya. Nama ini berasal dari akar kata yang berarti Yang Disembah atau Yang Dipatuhi. Allah adalah zat yang patut disembah karena keagungan-Nya, keajaiban ciptaan-Nya, dan karena Dia adalah satu-satunya yang berhak mendapatkan ketaatan penuh dari makhluk-Nya.

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT. berfirman: Katakanlah (Nahi Muhammad), "Dialah Allah Yang Maha Esa" (QS. Al-Ikhlas [112]:1). Allah adalah Zat yang Maha Esa, yang tidak memiliki sekutu atau tandingan. Semua ciptaan-Nya, dari yang paling kecil hingga yang paling besar, menunjukkan keajaiban dan kekuasaan-Nya.

Ketika kita melihat keajaiban alam semesta ini dari matahari, bulan, bintang, hingga kehidupan di bumi-semua itu adalah bukti dari kebesaran Allah Swt. Sebagai manusia, kita mungkin terbiasa dengan hal-hal ini sehingga kehilangan rasa takjub, tetapi sesungguhnya, setiap detail dari ciptaan-Nya adalah bukti kebesaran dan keajaiban-Nya.

Percaya kepada Allah Swt. juga berarti meyakini. bahwa segala sesuatu yang terjadi di di dunia ini berada dalam kehendak-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa izin-Nya. Sebagaimana firman Allah: "Apakah mereka tercipta tanpa asal-usul ataukah mereka menciptakan (diri mereka sendiri)?"(QS. At-Tur [52]:35).

Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini tidak mungkin ada tanpa pencipta. Keteraturan yang kita lihat di alam ini, mulai dari pergerakan planet hingga siklus kehidupan, semuanya menunjukkan adanya kekuatan yang mengaturnya, yaitu Allah SWT.

Bagi sebagian orang, muncul pertanyaan tentang siapa yang menciptakan Allah. Pertanyaan ini tidak relevan karena Allah SWT adalah zat yang tidak diciptakan. Dia adalah pencipta segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam filsafat, ada rantai sebab akibat yang harus berhenti pada suatu titik, dan titik itu adalah Allah SWT yang merupakan pencipta segala sesuatu.

Memahami dan mengimani bahwa Allah SWT adalah pencipta dan pengatur segala sesuatu memberikan kita pandangan bahwa hidup kita berada dalam kendali-Nya. Keyakinan ini seharusnya membuat kita lebih tawakal dan berserah diri kepada Allah SWT dalam setiap keadaan, baik suka maupun duka. Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas izin-Nya. kita akan lebih mudah menerima takdir dan menjalani kehidupan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Dengan demikian, percaya kepada Allah bukan hanya sekadar pengakuan, tetapi juga melibatkan pemahaman mendalam tentang kekuasaan-Nya dan penerapan keyakinan ini dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah fondasi yang kuat untuk semua amalan lain dalam Islam. Demikian, Wallahu a'lam.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

 


7. Pentingnya Kesehatan saat Menjalankan Puasa

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan. Selain meningkatkan ketaqwaan, puasa juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga kesehatan di bulan puasa, beserta penjelasannya:

Menyantap makanan bergizi seimbang saat sahur dan berbuka.
Saat sahur, pilihlah makanan yang kaya akan karbohidrat kompleks, protein, dan serat. Hindari makanan yang tinggi lemak dan gula. Saat berbuka, jangan langsung makan berlebihan. Sebaiknya mulai dengan makanan ringan dan kurma, kemudian dilanjutkan dengan makanan utama yang bergizi seimbang.

- Minum air putih yang cukup.
Dehidrasi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti kelelahan, sakit kepala, dan sembelit. Pastikan Anda minum air putih minimal 8 gelas per hari, terutama saat sahur dan berbuka.
- Tidur yang cukup.
Tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Pastikan Anda tidur minimal 7-8 jam per hari selama bulan Ramadhan.
- Melakukan olahraga ringan.
Olahraga ringan dapat membantu meningkatkan kebugaran tubuh dan mencegah penyakit. Lakukan olahraga ringan selama 30 menit setiap hari, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau yoga.
- Menghindari aktivitas yang berlebihan.

Hindari aktivitas yang berlebihan yang dapat menyebabkan kelelahan dan dehidrasi. Aturlah waktu Anda dengan baik agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan maksimal.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

8. Keutamaan Berbuka Puasa dan Sunah-Sunahnya


Ilustrasi Makan Bersama
Ilustrasi Makan Bersama. foto/istockphoto
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Puasa adalah ibadah yang penuh dengan hikmah dan keutamaan. Salah satu momen yang paling dinanti oleh orang yang berpuasa adalah waktu berbuka. Berbuka puasa bukan hanya sekadar makan dan minum setelah seharian menahan lapar dan haus, tapi juga memiliki banyak keutamaan.

Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya.” (HR. Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa berbuka puasa adalah momen yang penuh keberkahan dan kebahagiaan. Selain itu, orang yang memberi makan untuk berbuka puasa juga mendapatkan pahala besar.

Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi).

Bayangkah, hanya dengan memberi makan berbuka kepada orang yang berpuasa, kita ikut mendapatkan pahalanya. Tak hanya itu, kita juga perlu tahu bahwa ada banyak sunah dalam berbuka yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Pertama adalah menyegerakan berbuka.

Rasulullah SAW bersabda: "Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua, berbuka dengan kurma atau air. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

”Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena dia adalah berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).

Ketiga, membaca doa berbuka seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

“Ketika berbuka puasa, Rasulullah SAW berdoa: Dhahaba azh-zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah).” (HR. Abu Daud).

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Berbuka puasa bukan hanya tentang membatalkan puasa dan menikmati makanan, tetapi juga momen untuk mensyukuri nikmat Allah, mengamalkan sunnah Rasulullah, serta berbagi dengan sesama.

Semoga kita semua dapat mengamalkan sunnah-sunah berbuka puasa dan mendapat keberkahan serta pahala yang berlipat ganda di bulan Ramadhan ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.


9. Menjaga Lisan

Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ

(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan anugerah dan karunia yang sangat besar kepada kita. Sehingga kita bisa hadir dalam masjid yang mulia ini untuk melaksanakan shalat fardhu Isya dan Tarawih secara berjamaah.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah

Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan rahmat. Keberkahan tersebut bisa jadi karena di dalamnya ada ibadah puasa yang diwajibkan kepada umat Islam. Untuk mendapatkan rahmat dan keberkahan tersebut, tentu harus melaksanakan ibadah puasa sekaligus memperhatikan adab-adabnya.

Menurut Syekh Izzuddin bin Abdissalam dalam kitabnya Maqashidush Shaum, ada enam adab bagi orang yang berpuasa, salah satunya adalah menjaga lidah dan anggota tubuh dari perbuatan yang dzalim dan melanggar syariat.

Jemaah yang dirahmati oleh Allah SWT,

Bagi orang yang berpuasa, penting sekali dalam menjaga lisan dan hati agar bisa menebar kedamaian di bulan suci Ramadhan. Berkenaan dengan hal tersebut, Rasulullah Saw bersabda:

من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

Artinya: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan melakukannya, maka Allah tidak butuh jika ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Al-Bukhari)

Syekh Shalih bin Abdullah bin Ahmad al-'Ushaimi dalam kitabnya, Syarah Maqashidush Shaum, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "qaulaz zûr wal 'amala bih" dalam hadits tersebut adalah dilarang untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu yang bathil.

Lebih jauh, maksud utama dari puasa adalah 'puasa' dari melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah swt, yaitu dengan cara menjaga lisan dari berkata buruk, ghibah, mencemooh, dan sebagainya. Oleh karena itu, jika seseorang yang berpuasa tetap tidak bisa menjaga lisannya, maka pahala puasanya tentu menjadi kurang sempurna. (Syekh Shalih bin Abdullah bin Ahmad al-'Ushaimi, Syarah Maqashidush Shaum, hal. 55)

Jemaah yang berbahagia,

Menjaga lisan dari perbuatan ghibah, namimah, dan sebagainya, merupakan suatu keniscayaan bagi umat Islam yang menginginkan pahala puasanya sempurna. Rasulullah saw sendiri telah mewanti-wanti bahwa ghibah, namimah, berbohong, bisa menggugurkan pahala puasa. Beliau bersabda,

خَمْسٌ يُفْطِرْنَ الصَّائِمَ: الْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالْكَذِبُ، وَالنَّظَرُ بِالشَّهْوَةِ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ

Artinya: "Lima hal yang bisa menggugurkan pahala orang berpuasa; membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu." (HR Ad-Dailami)

Selain itu, ghibah sendiri merupakan perbuatan tercela yang dalam Al-Qur'an disebut bahwa pelaku gibah diumpamakan seperti orang yang memakan daging orang yang digibahkan. Allah swt berfirman,

وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: "Janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS Al-Hujurat: 12).

Adapun yang dimaksud dengan ghibah itu sendiri adalah menyebut-nyebut setiap sesuatu yang dibenci seseorang, baik dalam hal yang masih ada kaitannya dengan agama, dunia, pribadi, akhlak, harta, anak, istri, pelayan, pakaian, dan sebagainya." (Syekh Wahbah Zuhaili, Tafsirul Munir, [Damaskus: Darul Fikr, 1991 M], juz. 13, hal. 256-257)

Muslimin muslimat yang dicintai Allah ...

Mengingat pentingnya menjaga hati dan lisan, terlebih di bulan suci Ramadhan, mari jadikan momentum bulan Ramadhan yang penuh rahmat ini dengan menebar kedamaian. Wallahu a'lam.

Demikianlah ceramah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

10. Ramadhan Penuh Cinta

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Ramadhan adalah bulan penuh cinta. Cinta kepada Allah SWT, cinta kepada Rasulullah SAW, cinta kepada Al-Quran, cinta kepada keluarga, cinta kepada saudara, cinta kepada sesama, dan cinta kepada diri sendiri. Di bulan ini, kita diajak untuk menumbuhkan, mengekspresikan, dan menyebarkan cinta dalam berbagai bentuk dan cara.

Cinta kepada Allah SWT adalah cinta yang paling utama, yang paling mendasar, dan yang paling hakiki. Cinta ini adalah sumber dari segala cinta yang lain. Cinta ini adalah motivasi dari segala ibadah yang kita lakukan. Cinta ini adalah tujuan dari segala usaha yang kita lakukan. Cinta ini adalah nikmat yang paling besar, yang paling indah, dan yang paling abadi. Cinta ini adalah cinta yang harus kita jaga, kita rawat, dan kita tingkatkan.

Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada Allah SWT adalah dengan berpuasa. Puasa adalah ibadah yang paling dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana hadits qudsi yang telah disebutkan sebelumnya. Puasa adalah ibadah yang menunjukkan ketaatan, kesabaran, ketakwaan, dan keikhlasan kita kepada Allah SWT.

Puasa adalah ibadah yang menunjukkan bahwa kita mencintai Allah SWT lebih dari segala sesuatu, bahkan lebih dari makanan, minuman, dan hawa nafsu kita.

Cinta kepada Rasulullah SAW adalah cinta yang paling wajib, yang paling mulia, dan yang paling sempurna. Cinta ini adalah bukti dari keimanan kita. Cinta ini adalah syarat dari keselamatan kita. Cinta ini adalah teladan dari kebaikan kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita tunjukkan, kita tiru, dan kita dakwahkan.

Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada Rasulullah SAW adalah dengan mengikuti sunnah-sunnahnya. Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah SAW yang menjadi contoh dan pedoman bagi kita. Sunnah adalah sumber dari segala keberkahan, kebahagiaan, dan kesuksesan kita. Sunnah adalah jalan menuju cinta Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya, "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31).

Cinta kepada Al-Quran adalah cinta yang paling bermanfaat, yang paling berkah, dan yang paling indah. Cinta ini adalah cahaya dari hidayah kita. Cinta ini adalah obat dari penyakit kita. Cinta ini adalah pelindung dari fitnah kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita baca, kita pahami, dan kita amalkan.

Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada Al-Quran adalah dengan tilawah. Tilawah adalah membaca Al-Quran dengan tartil, tajwid, dan tadabbur. Tilawah adalah ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Artinya, “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif itu satu huruf, Lam itu satu huruf, dan Mim itu satu huruf.” (HR. Tirmidzi).

Cinta kepada keluarga adalah cinta yang paling alami, yang paling dekat, dan yang paling hangat. Cinta ini adalah fitrah dari manusia. Cinta ini adalah amanah dari Allah SWT. Cinta ini adalah sumber dari keharmonisan, kesejahteraan, dan ketenangan kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita hormati, kita sayangi, dan kita jaga.

Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada keluarga adalah dengan berbuka puasa bersama. Berbuka puasa bersama adalah kebiasaan yang sangat baik, yang sangat menyenangkan, dan yang sangat bermakna. Berbuka puasa bersama adalah kesempatan untuk berkumpul, bercengkrama, berbagi, dan bersyukur bersama keluarga. Berbuka puasa bersama adalah momen untuk merasakan nikmatnya makanan, minuman, dan kasih sayang keluarga.

Cinta kepada saudara adalah cinta yang paling luas, yang paling ikhlas, dan yang paling kuat. Cinta ini adalah ukhuwah dari Islam. Cinta ini adalah rahmat dari Allah SWT. Cinta ini adalah pondasi dari persatuan, persaudaraan, dan perdamaian kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita jalin, kita pupuk, dan kita perkuat.

Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada saudara adalah dengan sedekah. Sedekah adalah memberikan sebagian harta, waktu, tenaga, atau ilmu kita kepada orang yang membutuhkan, tanpa mengharap balasan dari mereka. Sedekah adalah ibadah yang sangat mulia, yang sangat menyelamatkan, dan yang sangat menguntungkan. Sedekah adalah bukti dari kepedulian, kemaslahatan, dan kebahagiaan kita.

Cinta kepada sesama adalah cinta yang paling universal, yang paling humanis, dan yang paling toleran. Cinta ini adalah akhlak dari Islam. Cinta ini adalah dakwah dari Allah SWT. Cinta ini adalah jembatan dari kerukunan, keadilan, dan kemanusiaan kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita sebarkan, kita tunjukkan, dan kita wujudkan.

Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada sesama adalah dengan saling menghormati. Menghormati adalah mengakui, menghargai, dan menghargai hak-hak, perbedaan, dan keunikan orang lain, tanpa memandang agama, suku, ras, atau golongan mereka. Menghormati adalah sikap yang sangat bijak, yang sangat adil, dan yang sangat santun. Menghormati adalah cermin dari kepribadian, kematangan, dan keindahan kita.

Cinta kepada diri sendiri adalah cinta yang paling penting, yang paling sehat, dan yang paling positif. Cinta ini adalah modal dari kepercayaan diri kita. Cinta ini adalah kewajiban dari Allah SWT. Cinta ini adalah kunci dari keseimbangan, kesehatan, dan kesempurnaan kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita miliki, kita rawat, dan kita tingkatkan.
Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada diri sendiri adalah dengan menjaga diri. Menjaga diri adalah memelihara, memperbaiki, dan mengembangkan potensi, kemampuan, dan kualitas diri kita, baik secara jasmani, rohani, maupun intelektual. Menjaga diri adalah tindakan yang sangat penting, yang sangat bermanfaat, dan yang sangat menyenangkan. Menjaga diri adalah tanggung jawab, investasi, dan prestasi kita.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

11. Menjaga Hawa Nafsu

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita kembali dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Di bulan ini pula kita diwajibkan untuk berpuasa dari fajar hingga petang.

Puasa sebenarnya merupakan benteng bagi kita dalam mengendalikan hawa nafsu dan menjauhkan diri dari sifat-sifat buruk. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Puasa adalah perisai. Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan jangan bertengkar. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia berkata: 'Aku sedang berpuasa’.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari hadis ini kita bisa memahami bahwa puasa bertindak layaknya sebuah benteng yang bisa menjaga diri kita dari hal-hal buruk. Puasa bisa menghindarkan kita dari amarah dan permusuhan. Orang yang berpuasa dilatih untuk lebih sabar dan tidak mudah terpancing emosi.

Maka, puasa juga otomatis akan menjauhkan kita dari dosa. Dengan berpuasa, kita dilatih untuk menahan diri dari berkata kotor, berbohong, menggunjing, serta melakukan maksiat lainnya.

Di sisi lain, puasa juga menjadi benteng bagi diri kita dari hawa nafsu, termasuk menahan syahwat. Rasulullah SAW bersabda:

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menahan syahwatnya (sebagai tameng).” (HR. Bukhari).

Puasa juga melatih kedisiplinan dan kesabaran dalam diri kita. Dengan berpuasa, kita belajar mengendalikan keinginan dan tidak langsung menuruti hawa nafsu. Puasa pun mendidik kita menjadi lebih bertakwa, karena kita akan merasa diawasi oleh Allah dan lebih berhati-hati dalam bertindak.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Mari kita jadikan puasa sebagai sarana untuk membersihkan diri dari sifat buruk dan mengendalikan hawa nafsu. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

12. Perbanyak Sedekah di Bulan Suci

Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ

(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan yang penuh berkah, bulan Ramadhan. Shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah, dalam bulan Ramadhan ini, kita tidak hanya diwajibkan untuk berpuasa, tetapi juga dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan, salah satunya adalah bersedekah. Ramadan adalah bulan penuh keberkahan, bulan di mana pahala dilipatgandakan, dan bulan di mana kita memiliki kesempatan untuk berbagi kepada sesama.

Sedekah memiliki keutamaan yang luar biasa, terutama jika dilakukan di bulan Ramadan. Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat dermawan, dan beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan ini. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa:

"Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya untuk mengajarkan Al-Qur'an." (HR. Bukhari & Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa Ramadhan adalah waktu terbaik untuk meningkatkan kepedulian sosial dan berbagi rezeki kepada orang-orang yang membutuhkan.

Allah SWT juga berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 261:

"Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir ada seratus biji. Dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261)
Dari ayat ini, kita memahami bahwa setiap sedekah yang kita keluarkan, terlebih di bulan Ramadan, akan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Sedekah tidak hanya bermanfaat bagi orang yang menerima, tetapi juga memberikan banyak manfaat bagi yang memberi. Berikut adalah beberapa manfaat sedekah, khususnya di bulan Ramadhan:

1. Menghapus Dosa dan Membersihkan Hati

Rasulullah SAW bersabda:

"Sedekah itu dapat memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. Tirmidzi)

Setiap manusia pasti memiliki dosa, baik yang disadari maupun tidak. Sedekah adalah salah satu cara untuk membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah kita lakukan.

2. Mendatangkan Keberkahan dan Rezeki

Banyak orang berpikir bahwa memberi akan mengurangi harta mereka, padahal dalam Islam, sedekah justru membuka pintu rezeki. Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah berkurang harta karena sedekah. Namun, justru Allah akan menambah kemuliaan bagi seorang hamba yang dermawan." (HR. Muslim)

Maka, jangan ragu untuk bersedekah. Apa yang kita keluarkan akan kembali kepada kita dalam bentuk rezeki yang lebih banyak dan berkah dalam hidup.

3. Memberikan Kebahagiaan kepada Orang Lain

Bayangkan betapa bahagianya seseorang yang sedang kesulitan saat menerima bantuan dari kita. Sedekah tidak hanya berbentuk harta, tetapi juga bisa berupa makanan, tenaga, ilmu, atau sekadar senyuman yang menenangkan hati orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

"Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah." (HR. Tirmidzi)

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak bersedekah, karena setiap kebaikan yang kita lakukan, sekecil apa pun, bisa menjadi sedekah.

Ada banyak cara untuk bersedekah di bulan yang mulia ini. Beberapa di antaranya adalah:

1. Memberikan makanan berbuka puasa

Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang memberikan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun." (HR. Tirmidzi)

2. Membantu fakir miskin dan anak yatim

Menyantuni mereka yang membutuhkan adalah perbuatan yang sangat dicintai Allah SWT. Berinfak bisa dilakukan di masjid atau lembaga sosial.

4. Menyediakan pakaian atau perlengkapan bagi yang membutuhkan

Hal ini sangat bermanfaat terutama menjelang Idul Fitri.

5. Bersedekah dalam bentuk ilmu dan tenaga

Jika tidak mampu dengan harta, kita bisa berbagi ilmu atau membantu pekerjaan orang lain dengan ikhlas.

Hadirin sekalian, Ramadan adalah bulan di mana pahala dilipatgandakan, dan salah satu amal terbaik yang bisa kita lakukan adalah bersedekah. Dengan bersedekah, kita tidak hanya membantu sesama, tetapi juga membersihkan diri, menambah keberkahan, dan memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT.

Oleh karena itu, marilah kita jadikan Ramadan ini sebagai momen untuk meningkatkan kepedulian sosial. Jangan takut kekurangan karena Allah SWT telah menjanjikan balasan yang berlipat ganda bagi mereka yang bersedekah dengan ikhlas.

Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang dermawan. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

13. Qiyamullail

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dari Jabir r.a., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,“Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah Suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya(mengabulkan nya); dan itu setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Qiyamullail adalah sarana berkomunikasi seorang hamba dengan Rabbnya. Sang hamba merasa lezat di kala munajat dengan Penciptanya. Ia berdoa, beristighfar, bertasbih, dan memuji Sang Pencipta.  Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sesuai dengan janjinya, akan mencintai hamba yang mendekat kepadanya.

Kalau Allah swt mencintai seorang hamba, maka Ia akan mempermudah semua aspek kehidupan hamba-Nya. Dan memberi berkah atas semua aktivitas sang hamba, baik aktivitas di bidang dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. 

Sang hamba akan dekat dengan Rabbnya, diampuni dosanya, dihormati oleh sesama, dan menjadi penghuni surga yang disediakan untuknya.

Seorang muslim yang kontinu mengerjakan qiyamullail, pasti dicintai dan dekat dengan Allah swt. Karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita. “Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itu tradisi orang-orang shalih sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah,menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (HR.Ahmad).

Jika Anda ingin mendapat kemuliaan di sisi Allah dan di mata manusia,amalkanlah qiyamullail secara kontinu. Dari Sahal bin Sa’ad r.a., ia berkata, “Malaikat Jibril a.s. datang kepada Nabi saw. lalu berkata,‘Wahai Muhammad, hiduplah sebebas-bebasnya, akhirnya pun kamu akan mati. Berbuatlah semaumu, pasti akan dapat balasan. Cintailah orang yang engkau mau, pasti kamu akan berpisah. Kemuliaan orang mukmin dapat diraih dengan melakukan shalat malam, dan harga dirinya dapat ditemukan dengan tidak minta tolong orang lain.

’”Orang yang shalat kala orang lain lelap tertidur, diganjar dengan masuk surga. Kabar ini sampai kepada kita dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abdullah bin Salam dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, dan sholatt malam lah pada waktu orang-orang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

14. Menjalin Silaturahmi

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jemaah yang berbahagia dan dirahmati Allah,

Bulan Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga momentum untuk memperbaiki hubungan dengan sesama. Salah satu ajaran Islam yang sangat ditekankan di bulan ini adalah pentingnya menjalin silaturahmi dan saling memaafkan.

Allah SWT berfirman:

"Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan." (QS. An-Nisa: 1)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama, caranya dengan tidak memutus tali silaturahmi. Silaturahmi sendiri memiliki banyak keutamaan, salah satunya bisa memperpanjang umur dan melapangkan rezeki.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tak hanya silaturahmi, Ramadan juga mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang pemaaf. Allah SWT berfirman:

"Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu?" (QS. An-Nur: 22)

Memaafkan terkadang sulit dilakukan karena hati kita dipenuhi oleh amarah. Namun, memaafkan sejatinya adalah bentuk ketakwaan dan akhlak mulia yang diajarkan Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis disebutkan:

“Orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi yang disebut orang kuat adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya pada saat marah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki hubungan sosial kita. Mari manfaatkan momen ini untuk menyambung kembali silaturahmi dengan saudara-saudara kita yang mungkin telah terputus, serta saling memaafkan agar hati kita bersih dalam menjalankan ibadah.

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapatkan keberkahan Ramadhan dengan mempererat tali persaudaraan dan saling memaafkan. Aamiin.

15. Ramadan Madrasah Kehidupan

Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ

(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)

Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kita nikmat iman dan Islam, serta kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan yang penuh rahmat, yaitu bulan Ramadhan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqomah di jalan kebaikan hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah, Ramadan bukan hanya sekadar bulan di mana kita diwajibkan untuk berpuasa. Ramadan adalah madrasah, sekolah kehidupan, tempat kita belajar dan menempa diri menjadi pribadi yang lebih baik. Allah SWT memberikan kita bulan yang mulia ini agar kita bisa melatih diri untuk lebih disiplin, lebih sabar, dan lebih peduli kepada sesama.

Dalam Surah Al-Baqarah ayat 183, Allah SWT berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan utama puasa adalah untuk membentuk pribadi yang bertakwa. Tapi apa sebenarnya makna takwa?

Takwa adalah ketika kita selalu merasa diawasi oleh Allah SWT dalam setiap perbuatan kita, baik di bulan Ramadan maupun setelahnya. Orang yang bertakwa bukan hanya rajin beribadah, tetapi juga memiliki hati yang bersih, lisan yang terjaga, dan perbuatan yang bermanfaat bagi sesama.

Dalam bulan Ramadhan, kita dididik untuk menahan lapar dan haus. Namun lebih dari itu, kita juga belajar untuk menahan amarah, menjaga lisan, dan menahan diri dari segala bentuk kemaksiatan. Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan keji, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari)

Hadits ini mengingatkan kita bahwa puasa yang sempurna bukan hanya menahan diri dari makanan, tetapi juga menahan diri dari segala bentuk keburukan.

Ada tiga pelajaran utama yang bisa kita ambil dari Ramadhan sebagai madrasah kehidupan:

1. Kesabaran dan Pengendalian Diri

Saat berpuasa, kita belajar untuk bersabar. Kita menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Kita juga menahan diri dari emosi dan godaan duniawi. Kesabaran ini bukan hanya untuk Ramadhan, tetapi harus kita bawa ke dalam kehidupan sehari-hari.

Allah SWT berfirman dalam Surah Az-Zumar ayat 10:

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."

Jika kita mampu bersabar dalam menghadapi ujian Ramadan, maka kita juga bisa bersabar dalam menghadapi ujian kehidupan.

2. Keikhlasan dalam Beribadah

Ramadan mengajarkan kita untuk beribadah dengan penuh keikhlasan. Tidak ada yang tahu apakah kita benar-benar berpuasa atau tidak, kecuali Allah SWT. Ini adalah bentuk latihan keikhlasan tertinggi.

Keikhlasan ini harus terus kita terapkan dalam kehidupan. Jangan sampai ibadah kita hanya sekadar rutinitas tanpa makna. Jika Ramadan bisa membuat kita rajin shalat, membaca Al-Qur'an, dan bersedekah, maka setelah Ramadhan pun kita harus tetap istiqomah.

3. Kepedulian kepada Sesama

Saat kita berpuasa, kita merasakan bagaimana rasanya lapar dan haus. Ini mengajarkan kita untuk peduli kepada mereka yang kurang beruntung. Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah berkurang harta karena sedekah." (HR. Muslim)

Maka, mari kita manfaatkan Ramadan ini untuk memperbanyak sedekah. Bukan hanya dengan harta, tetapi juga dengan tenaga, ilmu, dan waktu kita untuk membantu sesama.

Ramadan Harus Meninggalkan Jejak

Hadirin yang dimuliakan Allah, Ramadan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. Namun, keberhasilan Ramadhan tidak hanya diukur dari seberapa banyak ibadah yang kita lakukan, tetapi juga dari perubahan apa yang kita bawa setelahnya.

Jangan sampai Ramadan hanya menjadi ritual tahunan tanpa makna. Jadikanlah Ramadhan sebagai momentum untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bertakwa, dan lebih dekat kepada Allah SWT.

Semoga kita semua bisa meraih berkah Ramadan dan keluar dari bulan ini sebagai pribadi yang lebih baik. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Itulah informasi terkait kultum Ramadhan singkat 2 menit yang bisa Anda simak, semoga bermanfaat. Jangan lupa untuk selalu terus update berita dan info terkini Anda hanya di Okezone.

(Fetra Hariandja)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement