Ketekunan dan kecintaan Imam Bukhari terhadap ilmu hadis sudah terlihat sejak usia belia. Sebelum menginjak usia 10 tahun, ia telah menghafal banyak hadis.
Saat berusia 16 tahun, ia telah menghafal kitab karya Ibnul Mubarak dan Waki’ serta memahami fikih ashabul ra’yi atau madzhab Hanafi.
Bersama ibu dan saudaranya Ahmad, ia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah itu, ibunya dan Ahmad kembali pulang. Sementara Bukhari memilih tinggal di Makkah untuk memperdalam ilmu hadis.
Imam Bukhari menimba ilmu dari ratusan ulama di berbagai negeri. Ulama itu di antaranya Abdullah bin Muhammad bin Ja’ar al-Yamani, Muhammad bin Salam, dan banyak lainnya.
Perjalanan ilmiahnya membawanya ke Bashrah, Syam, Hijaz, hingga Kufah. Para ulama kemudian mengabadikan nama-nama gurunya dalam berbagai karya biografi.
Ilmu dan ketakwaan Imam Bukhari mendapat pujian dari para ulama besar. Beberapa Ulama berikut membuktikan kemuliaan ilmunya:
Ulama Makkah berkata:
مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ إِمَامُنَا وَفَقِيهُنَا وَفَقِيهُ خُرَاسَانَ
“Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) adalah imam kami, ahli fikih kami, dan ulama besar Khurasan.”