Walau bernama kisas (qishash), yang secara harfiah berarti ‘pembalasan’, aura kesumat tak terasa di sini. Justru sebaliknya, masjid ini menebarkan energi positif yang memancar dari tiap sudut interior bangunan.
“Masjid ini tak seangker sebutannya,” ujar Muhammad Jum’an, warga Jeddah yang rutin shalat berjamaah di Masjid Kisas. “Apalagi dalam setahun ini tak ada kisas di sini.”
Sebagai warga setempat, Jum'an mengaku bangga dengan keberadaan Masjid Juffali, yang kerap dikunjungi jemaah haji dan umrah. Secara khusus ia melempar pujian pada jemaah haji Indonesia, yang menurutnya, santun dan ramah. “Selalu senang berjumpa dengan jamaah haji Indonesia,” sanjungnya.
Pria paruh baya ini bersyukur ada warga kaya Saudi yang membangun masjid sedemikian megah. Memang, kata Jum’an, banyak orang kaya di Saudi, namun tak semua mau membangun masjid.
“Padahal, orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Salah satu bentuk ketakwaan adalah membangun masjid, oleh mereka yang diberi kelimpahan harta benda,” paparnya seraya menyitir satu ayat Alquran.
Masjid Juffali atau Masjid Kisas resmi berdiri pada 1986. Sang arsitek, Abdul Wahid al-Wakil, sengaja mendesain masjid ini dengan ‘sentuhan' lokal. Menyesuaikan keberadaannya yang tak jauh dari Kota Tua Jeddah.