"Manusia sekarang memberi sesuatu yang paling tidak penting bagi dirinya kemudian disedekahkan. Pada Nabi Ibrahim, Allah tidak mengajarkan seperti itu. Berikanlah sesuatu yang paling kamu sukai, yang paling berharga, untuk kepentingan orang lain. Misalnya melalui menyembelih binatang, karena binatang inilah yang akan dibagikan kepada fakir miskin yang belum tentu setiap setahun sekali makan daging. Nah, inilah makna dari berkurban yang bermakna bagi masyarakat miskin, dan itu disebut dengan Idul Kurban," ujar Cak Ali.
Cak Ali juga mengatakan, Idul Adha merupakan Hari Tasyrik, dan ketika Hari Tasyrik seluruh umat Islam diharamkan melakukan ibadah puasa.
"Ketika Idul Adha itu merupakan suasana yang gembira, Hari Tasyrik, dan umat islam tidak dibolehkan, haram hukumnya, untuk melakukan ibadh puasa," terang Cak Ali.
Hal ini sesuai dengan hadis riwayat Muslim,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim no. 1141).
Imam Nawawi berkata, “Ini adalah dalil tidak boleh sama sekali berpuasa pada hari tasyrik.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 18)
(Dyah Ratna Meta Novia)