Tahun-tahun terus berlalu, sejarah peradaban Islam tak pernah luput dari ingatan bahkan diwariskan kisahnya hingga saat ini. Pada masa perjuangan, hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah menjadi salah satu tonggak kebangkitan Islam.
Saat hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah, terdapat tiga perempuan hebat yang punya andil besar dalam peristiwa ini. Mereka membantu Rasulullah menghadapi masa sulit. Kala itu Rasulullah dikejar-kerja orang-orang kafir Quraisy yang benci terhadap Nabi untuk dibunuh.
Dilansir dari About Islam, Kamis ( 29/8/19). Berikut tiga tokoh perempuan yang punya andil besar dalam hijrah Rasulullah:
1. Asma bin Abu Bakar
Asma merupakan putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia ikut dalam perjalanan hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah yang saat itu penuh dengan bahaya. Meninggalkan Makkah, Asma menghadapi tentangan yang besar.
Selama itu, ia dikenal sebagai Zât an-Nitâqayn (perempuan yang memiliki dua selendang) setelah ia merobek selendangnya untuk membantu membawa makanan Nabi SAW dan ayahnya ketika mereka bersembunyi di Gua Thawr untuk melarikan diri dari orang-orang yang ingin membunuh Rasulullah.
Saat itu, Abu Jahal merupakan seorang pemimpin di antara orang-orang yang ingin membunuh Rasulullah. Mereka curiga Asma adalah kaki tangan dalam menyembunyikan Nabi. Abu Jahal marah besar dan memaksa memberitahu di mana ayahnya dan Nabi bersembunyi.
Tapi Asma menghadapi kemarahan Abu Jahal dengan berani. Begitu Abu Jahal menyadari bahwa kemarahannya tidak membuat Asma untuk memberi tahu di mana tempat orang-orang yang bersembunyi dari upaya pembunuhannya, ia menampar Asma yang sedang hamil dengan sangat kuat sehingga kalungnya terlepas.
2. Ummu Salamah
Ummu Salamah adalah salah satu tokoh perempuan yang hijrah dari Abyssinia ke Madinah. Dia meninggalkan rumah dan keluarganya dua kali untuk mencari kebebasan beragama. Bagi Ummu Salamah, berpindah dari Abyssinia berarti meninggalkan rumahnya dan melepaskan ikatan garis keturunan untuk menghormati dan mengejar pahala di jalan Allah SWT.
Setelah kembali dari Abyssinia menuju rumahnya di Makkah, dan melihat keadaan di Makkah tidak membaik seperti yang dipikirkan, ia dan keluarganya segera berangkat lagi untuk meninggalkan segalanya dan pindah ke Madinah.
Tetapi suami dan anaknya mendapat tentangan dari keluarganya dan mereka terpecah-belah. Berhari-hari setelah peristiwa itu, keluarganya mengasihaninya dan mengembalikan putranya.
Ingin menyatukan kembali seluruh keluarganya dan ingin jauh dari penindasan di Makkah, Ummu Salamah bertekad untuk hijrah melakukan perjalanan paling berbahaya ke Madinah saat itu.
Berjalan melalui ganasnya padang pasir membutuhkan waktu yang sangat lama dan menghadapi banyak bahaya. Namun ia tetap berani berangkat sendirian dengan anaknya ke Madinah karena percaya kepada Allah SWT.
Saat itu Allah memberinya keselamatan ketika dia bertemu Utsman bin Talhah sehingga dalam perjalanannya tidak ada kandala yang mengganggu. Utsman dengan hormat menemaninya selama sisa perjalanan hingga sampai di Madinah dengan selamat.
3. AisyahAisyah adalah salah satu anak pertama yang lahir dalam komunitas Muslim di Makkah. Ia masih tergolong sangat muda ketika hijrah dari Makkah ke Madinah saat itu.Tetapi meskipun usianya yang masih muda, dia tidak hanya berani melakukan perjalanan berbahaya. Ia juga menceritakan banyak hal yang terjadi di sekitarnya.Salah satu cerita hijrah semacam itu menunjukkan seberapa dekat Nabi dengan Aisyah. Abu Bakar, ayah Aisyah ingat bahwa ketika ia bertanya kepada Nabi siapa yang akan menemaninya di gua untuk menghindari upaya pembunuhan, Abu Bakar rupanya menangis ketika Nabi mengatakan kepadanya bahwa itu adalah Nabi SAW sendiri.Begitu mereka memasuki Madinah, Aisyah menceritakan semua yang dilihatnya. Dia mengatakan, betapa berbahayanya kehidupan bahkan setelah perjalanan berakhir. Aisyah juga mengatakan, saat datang ke Madinah itu merupakan tanah Allah yang paling tercemar, air di sana juga berbau busuk.Melihat ketiga perempuan rela melakukan hijrah dan menerjang badai kesulitan pada zaman itu, tentu memberi kita pandangan sekilas ke dalam kehidupan para Nabi saat melakukan hijrah. Penuh pengorbanan mereka saling melindungi dan mewariskan Islam kepada kita sampai dengan saat ini.Oleh karena itu sudah selayaknya kita sebagai umat Rasulullah semakin mencintainya dan sering mengucapkan salawat kepadanya. Sebab sesungguhnya Rasulullah selalu membalas salawat yang kita sampaikan kepada beliau.
(Muhammad Saifullah )