Antara BJ Habibie, Sekolah Unggulan dan Pesantren

Abu Sahma Pane, Jurnalis
Jum'at 13 September 2019 07:56 WIB
BJ Habibie Foto: Okezone
Share :

“Sebelum SMA DU 2 dinobatkan sebagai sekolah unggulan, semangat belajar para santri dalam mengikuti pendidikan formal sangat longgar. Sekolah masuk kelas pukul 7 hingga 9 adalah pemandangan biasa dan para siswa tidak merasa bersalah,” kenangnya.

Gus Zu’em kemudian mengemukakan bahwa bila masa libur sekolah berakhir tanggal 10 misalnya, santri datang kembali ke pondok sepekan setelahnya atau lebih itu sudah biasa. Sudah begitu, tidak ada sanksi akademis yang dijatuhkan.

Pada 1993 ketika Wardiman Djojonegoro menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), mendorong berdirinya sekolah-sekolah unggulan untuk anak-anak berprestasi dengan bantuan guru Mafikib atau matematika, fisika, kimia, biologi dari Menristek BJ Habibie lewat Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT.

“Saat itu ayah saya, KH As’ad Umar langsung merespons dorongan tersebut dengan memindah SMA DU 2 yang semula berlokasi di Kota Jombang ke komplek Pesantren Darul Ulum di Peterongan,” ungkap Ketua Yayasan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) tersebut.

Tentu saja, keputusan itu ditanggapi beragam. “Orang-orang di Darul Ulum kaget, karena di komplek pondok sudah ada beberapa sekolah, kok yang di luar ditarik ke dalam,” katanya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya