Justru ketika anak-anak mempraktikkan sesuatu itulah sambil dijelaskan kepada mereka, bahwa yang ini benar (haq) maka lazimkanlah, ini batil salah maka jauhilah.
Mereka juga tidak diperkenankan memakai imamah (surban) kecuali setelah anak-anak ini menghafal bidayatul hidayah secara mantap dan mempraktikan isinya.
Kaum salafus Alawiyyin ini amat memberi perhatian yang besar dalam aspek pendidikan anak. Mereka mendidik langsung anak-anak sebelum mengajarkan ilmu.
Setelah praktik itu mantap dijalankan, sehingga akhlak terbentuk. Jadi ketika kebaikan dan ketaatan itu telah mengakar, maka menjadi kebiasaan anak-anak, barulah diajarkan teorinya.
Oleh karenanya, sejak dini anak-anak itu dibangunkan di sepertiga malam agar terbiasa ketika dewasa nanti.
(Abu Sahma Pane)