"Dan Kami telah menguji Sulaiman, Kami tempatkan di atas singgasananya sesosok tubuh tanpa nyawa, kemudian ia bertobat. Dia berkata, “Tuhan, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku sebuah kerajaan yang tak seorang pun menguasai sesudahku. Engkau Maha Pemberi tanpa batas.”
Maka Kami tundukkan angin di bawah kekuasaannya, berhembus lembut menurut perintahnya, ke mana pun ia kehendaki. Dan setan-setan semuanya termasuk ahli bangunan dan penyelam. Dan yang lain-lain terikat dalam belenggu. Inilah pemberian Kami; maka berikanlah kepada orang lain atau tahanlah, tiada suatu perhitungan. Dan sungguh, bagi Kami ia mendapat tempat kedudukan yang dekat dan tempat kembali yang baik."
Kedua ayat di atas hanyalah sebagian kecil dari ayat-ayat tentang kepemimpinan. Konteks hari ini kiranya kita fahami bahwa wabah virus yang tidak terlihat ini adalah penciptaaan dan kuasa Allah azza wajalla. Tidak berlebihan bukan, jika kita memaknai wabah ini sebagai ujian untuk menyibak rahasia kebaikan?
Sebagian besar pemimpin negara ini ini adalah seorang muslim. Barangkali sangat tepat jika kemudian para pemimpin negara ini menjadikan Alquran sebagai sistem pedoman dalam menghadapai wabah yang dahsyat ini.
Momentum nuzulul Quran harus kemudian menjadi pengingat agar senantiasa menjalankan mandat sebagai khalifah. Bekerja sesuai rahmat, ridho dan perintah Allah Azza wajalla. Seluruh elemen harus menempatkan diri sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini dengan senantiasa bersumber pada Alquran. Memperdalam nilai-nilai Alquran sebagai sumber dalam menjalankan amanah kepemimpinannya.
Kepemimpinan yang penuh khidmat dan kejujuran. Mencerminakan ikhtiyar gigih dengan penuh pikiran positif dalam menumpas wabah ini. Nabi Muhammad pun juga sudah memberikan teladan tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin, sifat itu yakni siddiq (jujur), amanah, tabligh (menyampaikan), fathonah (cerdas).
Tentu masih banyak sumber-sumber nilai bagaimana kepemimpinan itu harus dijalankan. Saat ini, sepertinya seluruh umat Islam di Indonesia bahkan dunia harus benar-benar menjadi agen kepemimpinan Qurani.
Kepemimpinan yang senantiasa bersenyawa dengan nilai yang terkandung dalam Alquran. Apakah Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, ketua Ormas dan bahkan kepemimpinan hingga level Rukun Tetangga (RT).
Momentum nuzulul quran ini harus memberikan hikmah kepada kita semua, agar senantiasa kembali pada nilai alquran. Kepemimpinan yang jujur, dengan mata batin yang jernih tanpa dihinggapi hawa nafsu yang merugikan manusia lainnya.
Saya meyakini dengan laku kepemimpinan Qurani ini, wabah maha dahsyat corona ini akan segera teratasi. Pada akhirnya, seluruh umat manusia bisa menjalankan kehidupan normal kembali.
Kita membayangkan kepemimpinan Presiden Jokowi dan seluruh pembantunya jujur apa adanya kepada rakyat. Menghadapi dengan segenap tanggung jawab. Kekuatan daya pikirnya diperas hanya untuk menyelamatkan nyawa manusia Indonesia.
Sedangkan di pihak lain, para Ketua Ormas, Ketua Partai dan para pemimpin di berbagai sendi kehidupan senantiasa menjadikan Alquran sebagai rujukan dalam melakukan hal-hal nyata untuk bersama-sama lepas dari musibah ini.
Bisa dibayangkan, dalam sekejap wabah ini akan segara hilang dari muka bumi ini. Tentu tidak cukup jika kita mengupas tuntas isi Alquran yang berisi 6.236 ayat ini. Semoga dengan perspektif yang saya tulis ini, menjadi pencerah bagi para pemimpin di berbagai level untuk menjalankan kepemimpinan berkemajuan. Kepemimpinan negarawan dengan mengharap ridho Allah azza wajalla. Wallahu’alam bishowab.
Oleh : Sunanto
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah
(Muhammad Saifullah )